14.

1.2K 64 0
                                    

(⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠)

Jam sudah menunjukkan pukul 19: 26
malam hari.

Mansion Rahanjaya sangat sepi karna mereka masih di rumah sakit, menyisakan Alken sendiri. Alken masih tertidur pulas tadi sempat ia terbangun namun tidur lagi.

.
.
.

Lena sudah terbangun, sekarang ia dalam gendongan papahnya, Adrian.

Ratna sedikit senang karna Lena baik baik saja tapi di hatinya sangat jengkel kepala Alken. Ia ingin mengobrak abrik Alken seperti mana dia mencelakai Lena.

"Mah, pah aku pulang dulu sama bang Azwan" ucap adriel berpamitan kepada mereka.

"Abang, nanti suruh bang Ken ke sini ya aku pengen sama bang Ken" ucap Lena.

Semua orang yang ada di ruangan itu pun merasa kesal, kenapa Lena masih berbaik hati kepada Alken sedangkan dia? Telah mencelakai Lena sampai seperti ini.

"Alken udah jahat sama kamu kenapa kamu masih baik?" Tanya adriel karna ia sudah kepalang kesal.

Lena menggeleng "Abang Ken baik Kok waktu tadi siang Lena yang salah" ucap Lena.

"Jangan membela nya Lena, jika dia salah berarti dia memang salah" ucap Azwan.

"Engga abang, waktu itu aku yang salah hiks bang Ken gak salah apa apa hiks" ujar Lena terisak ia bingung harus membela macam mana lagi kepada Alken.

"Udah udah, nanti Abang Ken kesini ya jangan nangis" ucap Adrian.

"pah.. bang Ken gak salah apa apa, papah percaya kan sama Lena?" tanya  Lena kepada papahnya.

"iya sayang" balas Adrian kepada Lena karna ia tidak mau ribet.

"Yaudah aku pamit mah" ucap Azwan

"Hati hati di jalan yaa" ucap Ratna.

Mereka berdua mengangguk secara bersamaan.

Setelah itu azwan dan adriel pun pergi menuju parkiran, setelah sampai azwan langsung masuk ke dalam mobil di ikuti oleh adriel.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang ramai dengan kendaraan.

"bakal gue kasih pelajaran tu anak" ucap adriel sedikit emosi.

"liat aja ke kamar nya pasti lu seneng" ucap Azwan dengan senyum smirk nya.

"bakal gue kasih lebih dari itu" ucap adriel.

Sampailah di mansion Rahanjaya, Azwan dan adriel pun langsung masuk ke dalam mansion.

adriel langsung menuju kamar Alken, Azwan terkekeh kecil, adiknya memang mempunyai sabar setipis tisu.

Adriel masuk kedalam kamar Alken, mendekati kasur persegi lalu membuka selimut dengan kasar yang menutupi seluruh tubuh alken.

Alken sedikit terkejut karna seseorang menarik selimut secara paksa yang sedang ia kenakan.

Alken mengerjapkan matanya, ia masih mengantuk. Saat Alken ingin melihat seseorang itu siapa tiba tiba

Bugh!

Sakit di sebelah pipi kanan Alken, setelah papah dan Abang pertama kini Abang ketiga yang menyiksa nya.

Adriel tersenyum puas saat melihat kondisi Alken, ternyata ucapan Abang pertamanya benar.

Alken menunduk, Ia tidak berani menatap abangnya itu.

"Anak kaya lu pantes mati" ucap adriel penuh dengan tekanan.

Azwan duduk di kursi meja Alken. Melihat apa yang adik ke 3 nya lakukan pada Alken.

"Jawab jujur, apa yang lu lakuin sampai Lena terjauh" tanya adriel dengan tangan di atas siap siap untuk menampar wajah Alken yang sudah bonyok.

"Lena terjatuh sendiri, awalnya Lena loncat loncat saat turun dari tangga" jawab Alken dengan jujur.

Plak!

tamparan keras sudah mendarat di pipi Alken. Tubuhnya gemetar, ia takut pada adriel.

Adriel tidak percaya dengan tutur kata yang di ucapkan oleh Alken.

"Jawab pertanyaan gue Alken!" ucap Adriel lagi.

"Emang kaya gitu bang kejadian nya hiks" bulir bening sudah menetes sedari tadi.

Plak!

"Lu bohong bangsat!" Teriak Adriel.

"Engga hiks, Abang salah paham" ucap Alken.

Tangan Adriel sudah melayang siap untuk mendarat di pipi Alken namun seseorang menahan tangan Adriel. Adriel pun menoleh ke sisi kanan dan dia adalah Albi.

Alken merasa amat bersyukur karna ada Albi yang menolong nya.

"apa yang terjadi?" tanya Albi kepada Adriel.

"Ck, udah lah bang jangan ikut campur" ucap adriel karna merasa jengah setiap ada Albi pasti ia akan membela anak haram itu.

"Lena jatuh dari tangga gara gara Alken" jawab Azwan kepada adiknya,Albi.

"Udah lah, lagian Alken udah bonyok kaya gitu, kalian gak puas apa?" tanya Albi kepada mereka berdua, Albi merasa jengah, ia baru saja pulang dan ingin istirahat namun saat hendak memasuki kamar nya ia mendengar suara gaduh di kamar Alken dan benar saja.

"Kalo dia mati baru gue puas" jawab adriel dengan wajah emosi.

Hati Alken merasa di sayat sayat, sakit di dadanya.

"Udah bubar" ucap Albi tidak menggubris jawaban dari adriel.

"Ck, kenapa sih bang, Abang selalu aja bela si anak haram ini, Abang lupa dia anak haram ha? Dia pembawa sial keluarga ini bang, harusnya dia gak lahir!" Ucap Adriel panjang lebar, ia sudah tidak bisa menahan emosi nya lagi.

Alken yang mendengar itu pun terisak lagi, dada Alken merasa tercekat, apakah sebenci itu sampai setiap kata yang keluar dari mulut abangnya selalu ada kata 'anak haram'?

"Adriel!!"

Plak!

Albi menampar wajah adriel.

Adriel mematung, baru kali ini dia di tampar oleh Albi. Perih dan panas yang ia rasakan di pipinya.

"Albi!" Azwan bangkit dari duduknya.

_____

Alken gue🙇🏻

Yoww jangan lupa tinggalkan jejak!
Tbc.

The Story ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang