23.

1.3K 105 32
                                    

ヾ(^-^)ノ

"Raga yang mati namun jiwanya masih hidup"
.
.
.

Seorang pemuda menatap sendu batu nisan yang sudah mengering, disana terukir nama Arkan Aryanta.

Rasanya dia ingin sekali menangis namun dirinya masih hidup.

Ia masih tidak menyangka jika ternyata memang raga dirinya sudah tiada.

Sudah ada satu jam Alken duduk pinggir makam yang mungkin makam dirinya sendiri?

Jika waktu bisa di putar dirinya tidak akan pernah mau membantu anak kucing itu yang berujung dirinya meninggal.

Sekarang Alken harusnya pergi kemana? Tidak ada lagi tempat yang di tuju.

Uang saku pun sudah tinggal sedikit. Sudah tidak ada lagi harapan baginya.

Alken pasrah sekarang jika harus kembali ke kediaman Rahanjaya dirinya sudah tidak sanggup lagi.

(⁠╭⁠☞⁠•́⁠⍛⁠•̀⁠)⁠╭⁠☞

Sudah satu hari keluarga Rahanjaya di gemparkan oleh hilangnya Alken.

hey walaupun mereka tak segan menyakiti Alken tapi mereka tidak akan pernah melepaskan Alken dari genggaman mereka. Bahkan jika bisa  Alken harus mati di tangan mereka.

Yuni, ibunda Adrian pun ikut andil dalam mencari Alken. Dirinya sangat marah karna mengetahui anak itu kabur.

"Kerahkan semua bodyguard yang kau punya dan perketat penjagaan di rumah ini." ucap sang ibunda.

Di anggukki oleh sang anak, Adrian. Semua anggota keluarga tengah duduk dalam ruang keluarga.

Adrian memijit pelipisnya dengan wajah yang prustasi, hanya karna ulah satu orang dirinya tidak pergi bekerja.

2 bodyguard datang dengan tergesa mendekati sang majikan. "Tuan, Alken sudah ketemu keberadaannya ada di kota ****. " ucapnya

Sontak semua orang yang mendengar merasa terkejut, bagaimana bisa anak itu pergi ke sana jika di hitung jarak nya pun sangat jauh.

"Bawa kembali anak itu" ucap Adrian dingin.

Setelah majikannya mengatakan itu mereka berdua langsung saja pergi dan bergegas ke tempat yang akan di tuju.

Adrian atau sang kepala keluarga sudah memikirkan hukuman apa saja yang akan ia berikan pada anak itu.

⟵⁠(⁠o⁠_⁠O⁠)

Perut Alken sudah berbunyi sedari tadi, ia menyimpang ke warung nasi, memilih menu apa saja yang ingin dia makan, setelah selesai dirinya langsung saja duduk di kursi meja yang sudah di sediakan.

Perut Alken sudah penuh dengan makanan, ia berharap bisa bertahan sampai besok. Uang saku pun tinggal satu kali makan lagi. Alken bingung harus mendapatkan uang dari mana?

Hari mulai menggelap, Alken masih Luntang lantung di jalanan yang sedikit mulai sepi oleh orang orang.

Hawa dingin yang menancap pada kulit lembutnya membuat Alken sedikit menggigil, sungguh Alken masih bingung harus tidur dimana sekarang.

Andai saja rumah yang dulu ia tempati tidak dikunci mungkin dirinya bisa masuk ke dalam rumah itu.

Alken seperti diam di kota asing, tidak ada satu orang pun yang ia kenal di sini. Dirinya seperti orang yang di buang.

Alken berhenti di sebuah toko yang sudah tutup, mungkin dirinya akan tidur disini? tanpa alas apapun.

Alken duduk di ujung teras, memeluk dirinya yang kedinginan, walaupun sudah memakai celana panjang dan hoodie tebal tetap saja dirinya kedinginan.

Membuka ransel yang berisikan beberapa baju dan celana yang ia bawa, Alken membawa satu baju untuk dijadikan alas tidur lalu Alken membawa satu baju lagi untuk di jadikan selimut. Sungguh malang sekali Alken.

Alken benar benar merasa sulit sekarang. Tidak terbayangkan jika dirinya terus hidup seperti ini.

Alken menutup mata, ia akan tidur dirinya sangat lelah di tambah kakinya yang pegal pegal.

Alken meneteskan bulir bening dari mata yang terpejam, dadanya sesak dan tenggorokan nya sakit menahan tangis yang sedari ia tahan agar tidak keluar.

Alken tidak bisa tidur, Indra pendengarannya berisik oleh kendaraan yang berlalu lalang.

"Mah hiks Arkan udah gak kuat ma" batin Alken.

"Apa aku bunuh diri aja ya ma?"

"Ken.. gue pengen mati Ken. Gue pengen ketemu sama mamah gue, gue pengen bebas dari penjara penderitaan."

"Gue pengen mati"

"Gue pengen matiiii"

"Gue gak mau hidup" batin Alken lagi, rasanya dada alken sangat sesak.

Alken bukan tidak bersyukur tapi dirinya sudah lelah dengan semuanya.

Tidak lama setelah nya Alken benar benar tertidur dengan mata yang sembab.

Beberapa warga yang berjalan di sana  merasa kasihan pada pemuda yang tidur di lantai yang ber alasan baju saja serta baju yang di jadikan selimut namun mereka juga merasa enggan untuk membantu pemuda itu.

.
.
.

Woyy karakter Alken (Arkan) memang lemah, ku akui~

Karna tekanan dan siksaan yang sedari kecil alken atau Arkan terima sampai remaja, alken jadi seorang pemuda yang lemah, hatinya pun rapuh. Tapi jika di luar Alken akan menjadi orang yang sok kuat.

Dulu Arkan juga mendapat bully saat semasa sekolah. SD sampai SMP, Arkan di bully dengan cukup parah di tambah dirinya di perlakukan tidak semestinya anak oleh keluarganya, berdampak buruk sampai sekarang, membuat pribadi yang sulit dan kacau.

Membuat trauma yang sangat dalam dan sulit untuk sembuh. Bukan, bukan sembuh tapi sulit untuk menjadi seseorang yang seperti biasanya lagi.

Jangan anggap remeh orang orang yang terkena korban bullying, kita harus merangkul mereka, jangan sampai mereka berpikir jika dunia tak adil bagi mereka.

___

Banyak loh orang yang bunuh diri karna korban bullying and kamu jangan menjadi salah satunya. Kamu harus bahagia di kemudian hari! Banyak wish list yang belum terwujud dan kamuu harus wujudkan itu satu persatu!!

Hug jauh buat kalian yang pernah jadi korban bullying. Memang tidak mudah untuk kembali seperti semula tapi kalian gak sendirian oke??

____

Seperti biasa jangan lupa vote nya:D


The Story ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang