14 - Kembali

447 102 20
                                    

Dua hari telah berlalu sejak Ian dan Vio pergi ke sawah untuk yang ke-dua kalinya sejak mereka tinggal sementara di desa.

Pagi ini, tepat pukul 9 terlihat Ian dan Vio yang sempat menginap beberapa hari di desa itu tengah memasukkan barang-barang milik mereka ke dalam mobil.

Mereka juga terlihat dibantu oleh Bu Diah yang ikut memasukkan berbagai sayuran dan buah-buahan ke dalam mobil.

Setelah semua barang-barang masuk ke mobil, Ian dan Vio kemudian memeluk Bu Diah secara bersamaan, sebelum akhirnya berpisah dan kembali ke kota.

"Ada barang yang dilupain ga anak-anak?"

Ian menggelengkan kepalanya, "Ga ada nek—"

"Eh sebentar!" itu Vio yang menyeletuk, yang kemudian melesat masuk ke dalam rumahnya.

Bu Diah kemudian terkekeh. "Ternyata cucu nenek juga pelupa ya... sama kayak neneknya."

Perkataan dari Bu Diah dibalas kekehan juga dari Ian yang belum masuk ke mobilnya.

Bu Diah lantas beralih menatap Ian.

"Nak Ian..."

"Iya nek?"

"Tolong jaga cucu nenek satu-satunya ya... Dunia di kota itu keras, kan? Jadi nenek minta tolong bantu jaga Vio di sana, karena cuma kamu sama keluarga kamu yang Vio punya di sana nak..." kata Bu Diah sambil mengusap air mata yang lolos dari kedua pelupuk matanya.

Ian meraih punggung Bu Diah kemudian mengusapnya, berusaha untuk menenangkan Bu Diah.

"Pasti nek. Kalopun nenek ga minta, Ian pasti jagain Vio... Nenek jangan khawatir ya."

Bu Diah kemudian dibuat tersenyum dan mengangguk.

"Tapi kalo Vio ada berbuat salah, marahin aja Vionya ya nak... Jangan sampai Vio masuk ke jalan yang salah di sana."

"Siap nenek... Bakal Ian marahin kalo Vio nakal." ucap Ian yang diakhiri dengan tawa.

Mengetahui jika cucunya pasti dijaga baik oleh Ian membuat Bu Diah merasa lega. Walaupun Vio sudah cukup lama tinggal bersama keluarga Ian, namun Bu Diah masih tetap khawatir dengan cucunya semata wayangnya itu.

Tak berselang lama, Vio kemudian keluar dari dalam rumah membawa beberapa barang yang tadi ia lupakan.

Vio lantas memeluk neneknya lagi sebelum akhirnya dirinya masuk ke dalam mobil, begitupun dengan Ian.

Mobil yang Ian kendarai kemudian menderu tanda dirinya sudah siap menancap gas. Beberapa detik setelahnya, mobil yang Ian kendarai pun akhirnya meninggalkan rumah Bu Diah.

Bu Diah tersenyum dengan bibirnya yang sedikit bergetar menatap mobil hitam yang membawa pergi cucunya itu.

Rasa sedih dan tak ikhlas atas kepergian cucunya itu tentu Bu Diah sempat rasakan. Namun Bu Diah juga merasa bersyukur karena dengan ke kota, cucunya itu dapat meraih cita-cita dan menjalani hidup layaknya remaja seusianya.

 Namun Bu Diah juga merasa bersyukur karena dengan ke kota, cucunya itu dapat meraih cita-cita dan menjalani hidup layaknya remaja seusianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mas Ardan: Arianta Gandara - BxB [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang