"Jangan gituin alisnya terus... Nanti bisa cepet keriput kata mama!"
Ian tak bisa berkata-kata, hanya bisa menunduk menatap kedua manik sahabatnya yang begitu bersinar itu, yang juga tengah menatap dirinya.
Ian lantas beralih menatap senyuman simpul merona milik sang sahabat yang begitu indah di matanya.
.
.
.
.
Hari sudah menjelang malam, dan sinar mentari pun kini telah tergantikan oleh sinar rembulan. Walau tak secerah matahari, namun sinar sang rembulan di atas sana tetap menjadi pusat perhatian di tengah gelapnya langit malam.Suasana malam yang dingin begitu terasa, terutama di rumah Vio ini. Berada di ketinggian, membuat suhu udara di desa sini sangatlah jauh berbeda dengan di kota.
Ian, Vio, serta Bu Diah, nenek dari Vio beberapa menit yang lalu telah menyelesaikan makan malam mereka dengan lauk yang sederhana namun tetap terasa nikmat. Menu malam ini, adalah ikan gurame asam manis dan sayur sop yang dimasak oleh Vio sendiri.
Tentunya masakan yang dibuat oleh Vio itu menuai pujian dari dua orang yang lebih tua dari chef Vio di sana.
Bu Diah kini sudah berangsur pulih dari demamnya setelah perawatan dan perhatian yang diberikan penuh oleh Vio, cucu satu-satunya itu.
Juga dengan kehadiran Ian yang menambah keramaian dan kehangatan di rumah sederhana milik Bu Diah.
"Nenek, ini udah agak malem... Nenek ga masuk istirahat dulu?" tanya lembut Vio setelah mereka cukup lama mengobrol sambil menonton TV di ruang tengah.
Bu Diah kemudian mengangguk dan melemparkan senyumannya ke arah kedua remaja di sana.
"Kalau gitu, nenek tidur duluan yaa... Biar besok pagi-pagi bisa masakin kalian." perkataan Bu Diah itu diakhiri dengan tawanya membuat kedua remaja di sana ikut tersenyum.
"Kalian ndak mau tidur juga, anak-anak?"
Tepat setelah pertanyaan dari Bu Diah itu terlontar, Ian terlihat menguap dengan cukup lebar yang membuat perhatian Vio tertuju padanya.
"Kita juga bakal mau tidur nek, kasian Ian capek banget kayanya nih." kata Vio setelah melihat sang sahabat yang sudah menguap untuk ke-sekian kalinya.
Satu persatu dari tiga orang yang tadinya duduk di ruang tengah beranjak untuk menuju kamarnya masing-masing.
Tepatnya hanya Bu Diah yang menuju kamarnya sendiri, sedangkan Ian dan Vio harus berbagi kamar berdua karena di rumah Vio ini hanya terdapat dua kamar tidur serta masing-masing satu ranjang di dalamnya.
Setelah memasuki kamar, Ian dan Vio langsung menuju ranjang untuk berbaring serta menutupi tubuh mereka dengan selimut.
Udara di sana begitu dingin terutama pada malam hari seperti ini. Bahkan Vio yang penduduk asli sini sedikit tak kuat dengan dinginnya malam ini.
Selain suasana dingin di sekitar mereka, Ian dan Vio juga ditemani oleh cahaya kuning sedikit remang dari sebuah lampu yang menggantung pada plafon ruangan di sana. Malam itu juga diramaikan oleh suara jangkrik dan hewan nokturnal lain yang sedang aktifnya di luar rumah.
"Hoaaaam..." giliran Vio yang menguap, sepertinya remaja itu sudah sangat mengantuk.
Ian yang tadinya memainkan ponsel pun kini beralih menaruh benda persegi panjang dari tangannya itu pada meja sebelah ranjang di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ardan: Arianta Gandara - BxB [BL]
Novela Juvenil[ CERITA BL! ] Berbagi kisah remaja Arianta Gandara, yang awalnya si bocah ingusan dari desa, akan tetapi kini hidupnya berubah 180 derajat setelah tumbuh besar di kota. - - - ⚠️⚠️⚠️ - Cerita ini adalah sekuel dari cerita 'Mas Ardan' yang udah aku p...