Acara ulang tahun Alika dilakukan di teras samping rumah. Sebuah tenda besar warna merah muda dipasang menutupi halaman samping, ada banyak bunga, balon, serta kain perca yang membuat suasana layaknya di gedung dari pada taman.
Tidak banyak yang diundang untuk acara ini, hanya beberapa kerabat dekat dan keluarga saja. Untuk teman-teman Alika, akan ada acara berbeda di sekolah nanti. Saat ini Mika sedang mengobrol bersama Cila. Baskara sibuk diskusi dengan Haven, sedangkan Sundari sedang menyuapi anak laki-laki Mika yang baru berumur satu setengah tahun. Heina dan suaminya mengobrol dengan kerabat di ruang tengah, sementara Alika sibuk membuka kado.
"Lo pasti nggak percaya apa yang dilakukan sama teman-teman Alika di kelas pas ulang tahun."
Cila mendesah, mengunyah potongan kue ulang tahun bagiannya. "Pesta besar pastinya. Dulu teman-teman sekolah gue gitu soalnya."
Mika menggoyangkan jari. "Bukan sekedar pesat tapi diadakannya tuh di tempat-tempat kayak hotel. Mana hampir tiap bulan ada yang ulang tahun pula."
"Hahaha, hedon sekali mereka."
"Sepertinya sengaja untuk pamer. Aku bicara baik-baik dengan Alika, jangan iri dengan acara teman-temannya. Untungnya anak gue ngerti."
Cila mengangguk, mencecap rasa manis di lidah. "Untungnya Alika anak yang baik dan nggak nuntut."
"Memang, makanya banyak yang suka sama dia. Cuma kakek dan neneknya yang itu aja yang aneh. Tahu'kan siapa?"
"Mereka itu keluarga aneh. Punya keturunan yang begitu cantik, menggemaskan dan pintar, malah milih anaknya Cody. Ngomong-ngomong Fabiola belum balik dari luar negeri?"
Mika menggeleng. "Belum, nggak tahu kapan mau balik. Kasihan gue sama dia, kayak tertekan di keluarga sendiri. Waktu datang buat pamitan aja, nangis sambil meluk Alika. Katanya ngerti banget gimana perasaan Alika karena sama-sama diabaikan."
"Kasihan, ya? Padahal dulunya nyebelin banget."
"Hooh, sama kayak Nola nyebelinnya. Siapa sangka sekarang berubah."
"Bokap lo masih sering datang?"
Menghela napas panjang, tatapan Mika tertuju pada sang mama yang sedang mengobrol dengan salah satu bibi Haven. Entah apa yang mereka bicarakan tapi terlihat sangat senang bahkan tertawa. Sundari semenjak cucu laki-lakinya lahir makin terlihat segar dan bahagia.
"Masih, dong," jawab Mika dengan nada jengkel. "Gini, ya, bukan gue nggak suka sama bokap gue. Gimana pun dia emang bokap gue. Tapi, dia itu maksa buat balikan sama nyokap. Makanya gue kesel banget tahu nggak. Dikira mudah apa lupain masa lalu? Diusir tanpa uang, selalu dimaki dan dihina sama istri kedua suaminya. Nggak ada perempuan yang mau direndahkan gitu aja."
"Emang, bokap lo aja kecintaan banget!"
"Bukan kecintaan, dia cuma butuh orang buat ngurusin. Padahal ada Nola dan Nilo."
"Ngomong-ngomong, mana Nilo? Biasanya adik lo itu rajin datang."
Mika menunjuk adiknya yang menjelma menjadi pemuda tampan. Sedang duduk di sudut taman dan bermain game di ponsel bersama dua keponakan Haven. Cila berdecak melihatnya.
"Gue yakin, kalau ditawari tuh bocah pasti mau pindah kemari."
"Emang, gue aja yang nggak mau nawarin. Nggak mau bikin laki sama mertua gue repot."
Cila mengerti perasaan sahabatnya, tidak ingin mengasuh Nilo bukan perkara sakit hati atau dendam tapi lebih ke sikap tahu diri pada keluarga Haven. Bagaimana pun Nilo hanya saudara tiri, meskipun membutuhkan bimbingan ibu tapi bukan tugas Mika dan Sundari untuk memberikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semalam
RomanceKisah lanjutan dari Pesona Papa Muda. Kisah romantis dan erotis dari Cila serta satu lagi Baskara.