Cila berniat datang langsung ke apartemen Adiar tapi dilarang. Adiar bahkan berniat menjemput ke rumah dan ditolak oleh Cila. Ia tidak ingin keluarganya melihat Adiar dan mengajukan banyak pertanyaan. Karena itu sepakat untuk bertemu di halte bis yang tidak jauh dari rumah Cila. Untuk keluar rumah dan menginap, Cila beralasan ada urusan dengan Mika. Tanpa memberitahu secara rinci pada orang tuanya kalau akan menginap di rumah Adiar.
"Kenapa aku harus antar dan jemput kamu di halte. Padahal aku bisa antar jemput langsung depan rumah."
Cila menggeleng dari samping Adiar. "Nggak bisa, Kak. Orang tuaku rempong sekali. Akan banyak pertanyaan kalau laki-laki antar dan jemput aku."
Adiar menoleh dari samping kemudi. "Memangnya kamu nggak pernah bawa cowok ke rumah?"
"Nggak pernah."
"Nggak pernah pacaran?"
"Nggak. Kalau naksir mah ada aja."
Adiar terdiam, sedikit heran di jaman sekarang ada cewek berumur lebih dari dua puluh dan belum berpacaran. Ia teringat akan Mika dan Baskara, sepertinya satu geng memang bukan tipe suka pacaran sembarangan. Baskara sampai sekarang juga tidak punya pacar. Mika justru pacaran sekali lalu menikah. Apakah Cila dan Baskara akan mengikuti jejak Mika?
"Hebat juga kamu nggak pernah pacaran."
Cila menoleh sambil mengedipkan sebelah mata. "Ya, gitulah. Kak Adiar pasti punya banyak pacar."
Adiar menggeleng. "Nggak, hanya satu saja pas kuliah. Setelah itu putus dan nggak pacaran lagi sampai sekarang."
"Kenapa? Masih cinta?"
"Bukan, tapi sibuk kerja. Pacaran akan nguras energi, aku suka sama kamu sekarang ini."
Deg. Cila tanpa sadar meraba dada mendengar perkataan Adiar. "Kenapa?"
"Karena nggak bikin repot. Kita ketemu sesuai janji aja. Nggak ada kewajiban harus ini dan itu. Iya, nggak? Coba kalau pacaran, pasti ribet sekali karena harus sering ngasih kabar dan banyak lagi."
Cila tertawa kecil, mengangguk dengan antusias. Awalnya ia cukup tersanjung dengan perkataan Adiar yang bilang menyukainya. Ternyata berbeda presepsi rasa suka. Tidak masalah kalau hubungan mereka tanpa status, yang terpenting sama-sama suka.
Adiar mengajak makan malam di restoran Perancis. Memesan anggur yang mahal untuk berdua. Di tengah-tengah acara makan, mengeluarkan kotak dan memberikan Cila seuntai gelang berlian yang indah.
"Kenapa beli gelang seindah ini. Pasti mahal harganya," gumam Cila. Berusaha menolak pemberian Adiar.
"Nggak mahal, kok. Gelang ini punya bentuk yang lucu dan warna berlian yang biru cocok sama kamu. Sini, aku bantu pakein."
Adiar menarik paksa tangan Cila dan membantu memakai gelang. Pas di tangan dan berkilau indah saat tertimpa sinar lampu.
"Cocok sama kamu, Cila."
Cila mengamati gelang berlian di tangannya dan mengakui memang cocok di kulitnya. Tidak menyangka kalau Adiar akan memberinya hadiah mewah dan mahal.
"Makasih, Kak. Lain kali nggak usah buang-buang uang untuk hadiah. Aku senang kalau ditraktir."
"Ditraktir udah pasti, antar jemput pun aku siap, tapi hadiah itu kesenangan. Aku punya adik laki-laki yang bisa cari uang sendiri. Orang tuaku pun nggak kekurangan, semua hal bisa dibeli sendiri dan selalu menolak pemberianku. Makanya aku senang kalau kamu mau terima hadiah dariku. Anggap saja kamu membantuku menyalurkan hobi belanja."
"Menyalurkan hobi belanja? Baiklah, aku bisa terima alasanmu, Kak. Lain kali tolong kalau mau buang-buang uang, ingat aku, ya."
Adiar tergelak, mengisi gelas dengan anggur lalu bersulang. Mereka melanjutkan makan sambil mengobrol. Setelah itu memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar taman yang ada di samping restoran. Dengan jari saling menggenggam, melangkah santai di antara orang-orang yang berlalu lalang untuk malam mingguan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semalam
RomansaKisah lanjutan dari Pesona Papa Muda. Kisah romantis dan erotis dari Cila serta satu lagi Baskara.