Cila mengeluh dalam hati saat melihat ada tamu datang. Pulang kerja dalam keadaan lelah, yang diinginkannya hanya berada di dalam kamar, merebahkan diri di ranjang dan menikmati waktu sendiri yang menyenangkan. Sepertinya itu mudah diwujudkan saat melihat adiknya sedang berbincang dengan Jairo. Pemuda berambut kecoklatan dengan wajah tirus dan tuguh kurus itu sedang tertawa bersama Casey. Keduanya terlihat bahagia layaknya pasangan muda pada umumnya. Di samping mereka ada Cahyani yang sibuk menawarkan makanan. Cila berniat menyelinap sayangnya kepergok sang mama.
"Cila! Mau kemana kamu? Sini sebentar, ngobrol sama Jairo."
Cila menghela napas panjang, melambai pada Jairo. "Hai, Jairo."
Sapaan ramahnya hanya ditanggapi dengan anggukan kecil oleh pemuda itu. Sikap tidak sopan yang sangat menjengkelkan. Itulah kenapa Cila tidak suka dengannya. Anehnya sang mama selalu memintanya beramah tamah dengan Jairo. Hal yang sangat menjemukan baginya.
Jairo memakai kemeja kotak-kotak berlengan pendek dengan celana denim hitam, tidak melepas sepatu kulitnya padahal sedang ada di dalam rumah. Jam bermerek dengan harga kisaran puluhan juta melingkar di pergelangan kiri. Belum lagi tas kulit cokelat di sampingnya, ponsel keluaran terbaru serta kunci mobil Fortuner hitam ada di atas meja. Segala sesuatu yang melekat pada pemuda itu adalah ciri anak orang kaya.
Casey bersikap sangat memuja, dengan gaun putih selutut menyandarkan kepala di bahu Jairo dengan sikap manja. Cila tidak tahan melihatnya.
"Kemari, Cila. Nggak sopan berdiri di anak tangga gitu!" tegur Cahyani sekali lagi.
"Nggak apa-apa, Tante. Saya udah biasa kok sama sikap, Cila!" sela Jairo dengan senyum lebar.Meraih jemari Casey dan meremas dengan lembut. "Iya, nggak, Sayang?"
Casey mencebik, wajah cantiknya seketika muram. Melotot pada Cila dengan sikap penuh permusuhan.
"Lo ada masalah apa, sih, Cila? Nggak suka sama gue nggak apa-apa. Masa, iya, sama Jairo lo harus jutek gitu! Nggak ada sopan santun!"
"Jangan marah, Sayang. Biar mama yang bicara sama kakakmu. Memang Cila ini sikapnya makin lama makin aneh!"
"Nggak aneh, Tante. Emang Cila aja yang kurang suka sama saya." Jairo menambah panas suasana dengan menimpali percakapan ibu dan anak.
Cahyani tertawa lirih. Menunjuk Cila yang masih berdiri kaku di anak tangga paling bawah. "Kenapa nggak suka? Kamu tampan dan baik. Mana bisa Cila dapetin cowok kayak kamu, Jairo."
Casey menyahut cepat ucapan sang mama. "Jairo itu level pergaulannya udah beda, Mama. Jangankan dapat pacar macam Jairo. Teman aja Cila cuma dua. Mika sama Baskara. Syukur-syukur kalau ada cowok yang mau sama dia!"
Cila tertegun, tidak tahu di mana letak kesalahannya sampai-sampai mama dan adiknya sendiri mencelanya habis-habisan. Memang harus diakui kalau dirinya tidak suka bertemu Jairo karena pasti seperti ini ujungnya. Dianggap tidak sopan? Bukankah tadi dirinya sudah menyapa?
Pandangannya tertuju pada sang mama yang sekarang tertawa lebar bersama Jairo. Bertanya-tanya apakah benar perempuan itu yang dulu melahirkannya? Kenapa tidak ada perasaan sayang sama sekali dalam Cahyani untuknya? Kenapa selalu menganggapnya salah?
Casey adalah saudara kandungnya, banyak orang mengatakan kalau wajah mereka mirip. Yang membedakan hanya kulit Casey mengikuti sang mama yang putih. Sedangkan kulit Cila lebih mirip sang papa yang cokelat eksotis. Lalu salahnya di mana? Apakah karena perbedaan warna kulit membuat perasaan orang tua juga berbeda?
"Jairo, apa kesibukanmu sekarang?" tanya Cahyani.
"Saya sedang bantu-bantu papa, Tante. Rencana mau ngembangin satu pabrik lagi. Sedang nego dengan bank investasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semalam
RomanceKisah lanjutan dari Pesona Papa Muda. Kisah romantis dan erotis dari Cila serta satu lagi Baskara.