Cila berbaring malas di sofa ruang tamu, mengunyah potongan apel yang diberikan Adiar untuknya. Setelah sarapan yang sedikit kesiangan, ia mengistirahatkan tubuh sebelum beranjak pulang. Tidak mungkin untuk menginap lagi di sini.
Pandangan Cila terarah ke sosok Adiar yang bersandar pada pagar balkon. Memakai celana pendek selutut berwarna cream dengan kaos putih. Cila menahan napas, saat melihat laki-laki itu merokok sambil melamun. Siapa sangka, tanpa kemeja, jas, serta kacamata, Adiar terlihat lebih muda. Selain itu tenaganya juga kuat saat bercinta. Tubuh Cila memanas saat teringat apa yang sudah dilaluinya bersama Adiar.
Dari semalam hingga tadi pagi, mereka sudah bergulat dengan gairah sebanyak empat kali. Cila pun mengeluh dalam hati, tersesat dalam malam panjang penuh nafsu bersama laki-laki yang bahkan tidak pernah terpikir oleh otaknya. Siapa yang menyangka kalau dirinya akan dibuat terus menerus mengerang dan mendesah oleh Adiar yang kaku dan membosankan.
Berbeda dengan Baskara yang hangat dan ceplas-ceplos, atau juga Haven yang ramah serta bicara dengan penuh kesopanan, Adiar terhitung sangat kaku. Setiap kali bertemu, mereka bertukar kata tidak lebih dari tiga kalimat saja. Mendadak semua berubah saat dikuasai nafsu, bukan hanya kalimat sapaan, berikut ejekan dan bahkan makian pun terlontar dari bibir Adiar yang pendiam. Cila sangat tidak menduga jalan permaian nasib mereka.
"Kamu belum cerita, bagaimana bisa terdampar di klub malam?"
Adiar yang baru selesai merokok, duduk di samping Cila yang melamun.
"Aku juga nggak tahu kalau akan datang ke klub. Timku, maksudnya adalah orang-orang di tempatku bekerja kedatangan tamu dari luar negeri. Namanya Antonius dan terbilang salah satu designer hebat. Aku sangat menyukai designnya dan orang-orang di rumah mode pun sama. Katanya mereka mengajakku meeting. Hal yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Kata-kata Cila membuat Adiar mengernyit. "Kenapa?"
Cila menghela napas panjang. "Di rumah mode itu, tidak peduli bagaimanapun aku bekerja keras, yang mereka berikan hanya pekerjaan kasar layaknya pesuruh. Mendadak aku diajak meeting, harusnya aku curiga. Tapi malah datang dengan gembira. Dari awal mereka sudah memintaku duduk di samping Antonius. Laki-laki bule itu nggak bisa jaga tangannya, pingin grepe-grepe terus. Aku mau pulang, ditahan buat minum dan tahu-tahu habis tiga gelas. Saat itulah aku baru sadar ada yang nggak beres saat badanku kerasa panas dan sensitif."
"Bajingan mereka!"
Makian Adiar diberi anggukan setuju Cila. "Aku nggak tahu kenapa Antonius mengincarku. Padahal ada dua gadis lainnya. Flavia sangat cantik, langsing, dan tadi malam pakai gaun terbuka. Aku kasih lihat fotonya."
Cila membuka ponsel yang data internetnya dimatikan, membuka foto pegawai rumah mode dan menunjukkan pada Adiar.
"Cantik'kan? Mirip sama Nola. Tipe-tipe lansing, putih, dan primadona."
Adiar mengangkat bahu. "Mungkin untuk sebagian orang, temanmu itu cantik. Bagi banyak orang, kamu lebih menarik."
Cila ternganga. "Kok bisa?"
"Bisalah, tubuhmu juga langsing, matamu bulat, kulitmu eksotis dan sehat. Kamu tipe perempuan yang menyenangkan untuk dilihat dan juga diajak bicara. Bule-bule sangat suka tipe kulit seperti kamu."
Cila menahan napas saat jari Adiar kini membelai betis dan pahanya. Karena tidak membawa pakaian ganti, ia hanya meminjam kaos Adiar yang mampu menutupi hingga ke pertengahan paha.
"Kulitmu halus sekali, Cila."
Cila tersenyum, berusaha untuk tetap bernapa normal dengan jari Adiar bergerilya di tubuhnya.
"Kamu sendiri gimana? Kenapa bisa di klub itu?"
Adiar menghela napas panjang, mengamati jarinya yang kini mengusap lembut bagian dalam paha Cila. Ia bisa merasakan gairahnya kembali terpicu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semalam
RomanceKisah lanjutan dari Pesona Papa Muda. Kisah romantis dan erotis dari Cila serta satu lagi Baskara.