Cila tidak pernah terpikir akan melakukan tindakan liar dengan bercumbu di dalam mobil dengan resiko akan dipergoki orang. Dari awalnya ciuman biasa, berkembang menjadi sentuhan dan akhirnya menggila oleh gairah. Bukan hanya dirinya yang terpicu, Adiar pun sama bergairah dengan dirinya. Tidak ada yang peduli kalau ada yang melihat, nafsu membutakan bukan hanya otak tapi juga mata mereka.
Cila terbeliak dengan napas tersengal seiring dengan sentuhan jari Adiar di bagian sensitif tubuhnya. Ia nyaris memekik saat Adiar menyentuh klitorisnya. Membungkuk lalu menggigit bahu Adiar untuk menahan pekikan.
"Basah sekali kamu, Cila. Siap untuk bercinta?" tanya Adiar dengan suara serak. Mengecupi bibir Cila tanpa henti. Gadis dengan kulit eksotis ini makin cantik karena kulit yang berkeringat akibat gairah. "Aku ingin bercinta denganmu sekarang."
"Kak, kita di luar. Aaah ...."
Cila menjawab pelan, meski berusaha menunjukkan logikanya masih jalan tapi reaksi tubuhnya berkhianat. Semakin dalam Adiar menyentuhnya, semakin lengket dan basah area intimnya oleh cairan gairah yang tidak tertahankan. Rasanya ia menjadi binal karena Adiar.
"Memangnya kenapa kalau di luar. Nggak akan ada yang lihat," jawab Adiar sambil mengamati lingkungan sekilas. "Parkiran ruko udah sepi. Apa kamu mau Cila?"
Cila ingin menolak tapi justru mengangguk dengan tubuh bergerak karena sentuhan Adiar yang makin menggila. Pinggulnya seakan tidak singkron dengan perintah dari isi kepalanya. Ia menngerang panjang, kala celana dalamnya dilepas.
"Kita ke belakang," ucap Adiar dengan suara parau karena hasrat tak tertahan.
Cila bergerak lebih dulu, disusul oleh Adiar. Dengan gaun masih tersangkut di pinggang, Adiar membuka paha dan membelainya sekali lagi. Bra dan celana dalam tertinggal di bangku depan tapi tidak ada yang peduli.
"Aaah ...."
Cila mendesah panjang saat Adiar kembali meremas dada dan merebahkannya ke kursi. Jarinya terangkat untuk membuka kancing kemeja Adiar dan membelai kulit yang putih serta bahu yang kokoh.
Cila mengusap-usap puting Adiar yang menegang, ingin sekali mengisapnya tapi tidak punya kesempatan melakukan itu karena Adiar membuka celana dan memosisikan diri di tengah tubuhnya.
"Ini akan sedikit sulit tapi setidaknya bisa membuat hasrat kita terpenuhi," bisik Adiar dengan jemari membelai vagina Cila yang basah.
Cila melenguh, mengulurkan tangan untuk menyentuh kejantanan yang menegang. Tersenyum melihat Adiar menggigit bibir menahan desisan gairah. Adiar yang terbiasa tenang, menjadi laki-laki yang tidak sabaran karena gairah. Satu sentuhan di area intim dan membuat wajahnya mengeras dan bibir mengatup.
"Ah, sial! Jarimu makin lihai. Belajar dari mana, hah?"
Cila tersenyum bangga. "Nggak belajar, inting aja."
"Hebat, aku suka instingmu. Yaa, terus memijat seperti itu."
Sementara Cila terus mengusap dan memijat kejantanan Adiar yang sudah menebal dan memanjang, dadanya diremas dengan kuat. Tidak ingin membuang waktu lebih lama karena takut kepergok, Adiar menekuk lutut Cila dan mulai melakukan penetrasi.
"Aaah!"
Cila dan Adiar mendesah bersamaan saat hujaman pertama dilakukan. Pinggul Cila bergerak, mengimbangi Adiar yang keluar masuk dari tubuhnya. Area yang sempit dan tidak leluasa serta situasi yang membuat mereka bisa sewaktu-waktu terpergok, membuat percintaan menjadi semakin intens dan menggairahkan.
"Tubuhmu candu, Cila. Gimana ini?" tanya Adiar seiring dengan setiap gerakannya. Ia tidak butuh jawaban Cila, karena memang pertanyaannya diajukan untuk dirinya sendiri. Bagaimana ia kelak menjalani hidup kalau pikirannya selalu kotor? Hanya ingin mencium, menyentuh, dan juga bercinta dengan Cila. "Sial! Aku bisa gila!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semalam
Roman d'amourKisah lanjutan dari Pesona Papa Muda. Kisah romantis dan erotis dari Cila serta satu lagi Baskara.