Bab 3

2K 193 6
                                    

Adiar yang juga sedang mabuk, tanpa banyak kata membalas ciuman Cila. Bibir mereka bertaut dengan tubuh Cila menempel erat di tubuhnya. Dada yang membusung menyentuh dadanya dengan paha saling membelit. Keduanya seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Lidah saling membelai dengan tangan Adiar mencengkeram pinggul Cila dan menahan agar tetap menempel pada selangkangannya.

"Adiar, aku ingin bercin-ta," desah Cila dengan hasrat tidak tertahankan. Ingin mengoyak kemeja Adiar saat ini juga.

Adiar mengedip bingung. "Apaa?"

"Aku tahu kamu juga lagi nafsu." Dengan berani Cila mengusap kejantanan Adiar yang menegang di balik celana. "Lihat ini, kamu nggak bisa ngelak kalau kamu tegang."

"Cilaa, aku—"

"Adiar, please. Kalau kamu nggak mau, bisa-bisa aku bersetubuh sama sembarang orang di sini." Cila merengek dan merayu dengan tidak tahu malu. Entah apa yang terjadi dengan tubuhnya, seolah tidak tertahan untuk bersentuhan dan bercumbu dengan laki-laki. Vaginanya berdenyut tidak nyaman di balik celana dalam. Cila seolah terbakar oleh gairah. Terdengar suara teriakan memanggil namanya, Cila menjadi panik. "Adiar, aku nggak mau tidur sama bule itu, tolong."

Adiar menghela napas panjang, berusaha menjernihkan pikirannya. Jari Cila yang terus mengusap kejantanannya seolah meluruhkan pertahanannya. Dengan segera api hasrat membakar serta menghanguskan dirinya. Cila terlihat ketakutan, ujung mata Adiar berusaha melihat dalam gelap tapi tidak menemukan sosok yang membuat Cila ketakutan.

"Sudahlah, kalau kamu nggak mau. Gimana lagi?" Cila melepaskan tangannya dari kejantanan Adiar. Berniat untuk pergi saat tubuhnya diraih dan kembali dicium dengan panas.

"Cila, jangan sampai kamu menyesali ini," bisik Adiar.

Cila membalas ciumannya dengan tak kalah bergairah. Tidak mengindahkan orang-orang yang berlalu lalang di belakang mereka. Adiar mengusap dada Cila dari balik haun tipis, mengulurkan jari untuk menyentuh puncak dada yang menegang. Cila terengah.

"Aaah."

Adiar tidak sanggup lagi menahan. Memeluk Cila ke arah toilet khusus laki-laki yang tidak banyak orang di dalamnya. Tidak mengindahkan beberapa laki-laki yang sedang buang air kecil. Adiar membuka pintu, mendorong Cila masuk dan mengunci.

"Sorry, ini yang paling cepat," ucapnya dengan terengah.

"Nggak masalah, yang penting bisa sama kamu," jawab Cila. Tidak peduli kalau kata-katanya terdengar murahan. Ia ingin membuka seluruh gaun untuk meredam rasa panas di tubuhnya.

Adiar mengambil tas Cila dan meletakkan di kaitan dinding. Lalu membuka resleting gaun dan menurunkannya hingga ke pinggang. Bra tanpa tali yang dipakai Cila terlepas dan diletakkan sembarang bergantung pada tas yang lebih dulu di sana. Adiar melumat bibir Cila dengan tangan meremas dada membusung.

"Sial! Dadamu sekel sekali."

"Aaah, memang."

Adiar menunduk untuk mengisap puting yang menegang, melumatnya hingga menjadi basah dan makin tegang. Satu jarinya mengusap vagina Cila yang tertutup celana dalam. Memdengar Cila terengah makin hebat.

"Yaa, yaa, di situ."

"Kamu suka diusap begini?"

"Sukaa."

"Lagi?"

"Iyaa."

Adiar menyelipkan jarinya di antara renda celana dalam untuk mengusap vaginan secara langsung. Cila mengerang, melumat bibir Adiar dengan paha membuka lebar. Membiarkan Adiar mengusap dan membelai vaginannya yang sudah basah.

Cinta SemalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang