Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote kalian yah, makasih dan selamat membaca✨💗
*
*
*Tidak ada dari kita yang benar-benar pulih. Kita, hanya semakin lihai menyembunyikan lukanya.
****
Musik terus mengalun di dalam sebuah kamar bernuansa putih dan abu itu. Di sebuah meja yang dipenuhi buku dan beberapa alat tulis, tampak tiga buah pigura foto berukuran kecil, yang menampilkan foto bernuansa hitam putih.
Di sudut lainnya yang tak jauh dari jendela kaca berukuran cukup besar, tampak sebuah kanvas dengan lukisan yang masih belum diselesaikan. Serta di bagian lantai, tercecer beberapa pesawat kertas beraneka warna.
"Giz, makan sayang," seorang wanita paruh baya berteriak dari balik pintu yang tertutup rapat.
"Mama?" ujar Yagiz memastikan, lalu mulai menghentikan alunan musik yang sejak tadi menemaninya melipat pesawat kertas di lantai.
"Musiknya kenceng banget. Kamu ampe nggak denger mama manggil dari tadi, Giz"
Seorang wanita cantik, dengan rambut yang dicepol rendah, sembari mengenakan dress berwarna cokelat muda, tampak membuka pintu dengan pelan.
"Ngapain?" tanyanya.
"Ngelipet pesawat buat mainan," jawab Yagiz seadanya.
"Ada-ada aja kamu! Udah beresin dulu, abis itu kita makan malam. Papa udah nunggu tuh,"
"Sip! Bentar lagi aku turun,"
"Jangan lama, yah, Giz,"
Yagiz tersenyum, lalu menatap ke arah pintu. "Astaga, Ibu Arum ini, aku nggak akan lama kok, Bu,"
"Heleh heleh, nyebut nama, nih, ye," ledek Arum.
Yagiz terkekeh, lalu kembali merapikan pekerjaannya. "Udah ah, nggak kelar ini!" tegasnya.
"Hahaha, yaudah, mama tunggu di bawah."
Tidak berselang lama, Yagiz melangkah keluar dari kamarnya, menuju lantai dasar. Di meja makan telah ada Delano—ayahnya, dan juga Arum—ibunya. Meski hanya hidup bertiga, sajian makan malam mereka selalu tampak meriah dan beragam, hingga selalu membuat Yagiz merasa seolah makan di restoran mewah setiap harinya.
"Gimana kuliahnya, Giz?" tanya Delano.
"Lancar, Pa. Aku nggak ada kendala di organisasi juga," jawab Yagiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak Cinta Mantan
Teen Fiction"Dulu aku marah karena ngerasa 180 hari itu bakal nyiksa aku, Giz. Tapi, sekarang aku nyesel, lebih baik aku minta kontrak kita berlaku selamanya." Anasera Safaluna, hidup dalam belenggu cacian dan tuntutan dari sang ayah yang meminta ia selalu menj...