Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote kalian yah, makasih dan selamat membaca✨💗
*
*
*Semua manusia pernah atau sedang terluka. Tidak pernah ada yang baik-baik saja sepanjang hidupnya. Hanya cara mereka mengatasinya yang berbeda.
****
Sejak lebih dari tiga puluh menit yang lalu, Sera terus saja terdiam sembari menatap lurus ke arah Yagiz. Pria dengan alis tebal itu tampak begitu telaten dalam merapikan barang-barang Sera yang berserakan. Jujur saja, Sera menanti sebuah pertanyaan dari bibir Yagiz. Namun, tampaknya pria itu enggan berbicara.
"Makasih, Giz," ujar Sera, kala melihat Yagiz berhenti sejenak, lalu menenggak habis minuman miliknya.
"Apa? Oh, sama-sama, Ra," jawab Yagiz.
"Lo boleh pulang. Gue bisa beresin sisanya sendiri," ujar Sera enggan membebani.
Yagiz mengerutkan kening."Ngusir?" tanyanya.
"Hah?" Dengan cepat Sera menggeleng. "Nggak gitu! Gue sama sekali nggak maksud ngusir!" tegasnya.
Tawa Yagiz memenuhi ruangan berukuran sedang itu. Ayolah, ia tidak bodoh. Yagiz bukannya tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Sera. Ia hanya senang melihat wanita itu gelagapan.
"Panik amat udah kayak kepergok maling," ledek Yagiz.
"Ih, ngerjain gue, ya, lo?" tanya Sera sinis.
"Alamak, baru sadar dia. Hahaha" Yagiz terus tertawa hingga rasanya Sera ingin membekap bibirnya detik itu juga.
Padahal, Sera pikir bertemu kembali dengan Yagiz adalah sebuah bencana. Namun, sepertinya untuk hari ini ia harus berterima kasih pada semesta. Tanpa Yagiz, Sera yakin ia hanya akan terus menangis sendiri di pojok ruangannya sepanjang malam.
"Sera ...." tawanya mendadak berhenti.
"Apa?" tanya Sera.
"Maaf karena ninggalin lo hari itu, Ra." Sebuah permohonan maaf kembali terlontar dari bibir Yagiz.
"Lupain aja! Gue rasa itu udah nggak penting buat dibahas," ujar Sera.
"Gue tetap butuh lo nerima maaf gue, Ra."
Sera yang tadinya sibuk mengemasi beberapa pernak-pernik miliknya sontak berhenti. Tatapannya menyiratkan kesedihan dengan kepalan tangan yang kian erat. Padahal, untuk beberapa saat ia berniat melupakan semuanya. Akan tetapi, tampaknya Yagiz berniat membahasnya terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak Cinta Mantan
Teen Fiction"Dulu aku marah karena ngerasa 180 hari itu bakal nyiksa aku, Giz. Tapi, sekarang aku nyesel, lebih baik aku minta kontrak kita berlaku selamanya." Anasera Safaluna, hidup dalam belenggu cacian dan tuntutan dari sang ayah yang meminta ia selalu menj...