Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote kalian yah, makasih dan selamat membaca✨💗
*
*
*Bahkan dalam gelap sekalipun, kamu adalah apa yang paling bersinar.
****
Sera menatap lekat ke arah Yagiz di antara remangnya suasana mobil pria itu. Keheningan mengelilingi mereka, membiarkan sesekali helaan napas terdengar dengan begitu jelas. Sera ingin bertanya banyak hal, hanya saja sepertinya Yagiz enggan menerima sebuah pertanyaan.
"Sera ...." Yagiz berujar lirih dengan tatapan yang tertunduk menatap jemarinya.
"Lo, ada masalah?" tanya Sera.
Yagiz menggeleng. "Nggak, yang tadi kayaknya cuma kebawa suasana aja. Gue, udah lama nggak dipeluk sama lo," ujarnya berbohong.
Banyak kata yang ingin Sera lontarkan. Tentang betapa ia mengenali intonasi suara Yagiz saat pria itu berbohong. Serta, tentang betapa Sera bisa menilai gerak-geriknya yang tampak gelisah. Hanya saja semua seolah tertahan dan menjadi sesak yang menyiksa di tenggorokannya. Yagiz kini berdiri pada sebuah sisi yang tidak Sera kenali. Pria itu bukan lagi orang yang sama dengan milik Sera dua tahun lalu.
"Oke, gue lupain aja," ujarnya.
"Maaf, gue tau lo nebak kalau gue bohong. Tapi, Ra, sekali ini aja tolong pura-pura nggak tahu. Bisa, kan?"
Sera mengangguk perlahan. Melihat Yagiz yang terus menunduk dan menghela napasnya berkali-kali, membuat Sera menyadari satu hal. Sebuah badai besar tengah berputar mengelilingi pria itu.
"Lo udah izin buat nggak balik ke dalam?" tanya Sera mencoba mengalihkan topik.
"Udah, sekarang mau pulang aja?"
"Boleh."
Tidak ada percakapan yang terjadi setelahnya. Mobil itu hanya terus melaju dan membiarkan dua orang yang ada di dalamnya, tenggelam dalam keterdiaman mereka. Sapuan lembut dari udara yang menyusup melalui sela jendela Sera yang terbuka, terasa bagai sebuah pelukan semu yang mencoba menenangkan gemuruh di dalam dada.
"Yagiz ...." Sera memulai percakapan. Sungguh, rasanya sesak saat tidak ada satu kata pun yang terlontar padahal ada dua bibir di sana.
"Apa? Mau jajan?" tanya Yagiz.
"Tiba-tiba banget jajan," ujar Sera dengan mata yang memicing curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak Cinta Mantan
Teen Fiction"Dulu aku marah karena ngerasa 180 hari itu bakal nyiksa aku, Giz. Tapi, sekarang aku nyesel, lebih baik aku minta kontrak kita berlaku selamanya." Anasera Safaluna, hidup dalam belenggu cacian dan tuntutan dari sang ayah yang meminta ia selalu menj...