17.

386 77 18
                                    

Pada kenyataannya saat kita akan bertemu kembali dengan orang yang kita hormati dan kagumi setelah ditinggal bertahun-tahun bukan hal yang gampang dihadapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada kenyataannya saat kita akan bertemu kembali dengan orang yang kita hormati dan kagumi setelah ditinggal bertahun-tahun bukan hal yang gampang dihadapi. Seperti Rajevan sekarang, entah kenapa dirinya jadi gelisah saat akan bertemu superhero nya ketika kecil.

Seorang pria yang meninggalkan anak berusia 15 tahun demi melupakan rasa sakit saat ditinggal sang istri, melupakan anak yang masih membutuhkan dirinya disini, serta anak yang tak sanggup beranjak untuk mengambil langkah melupakan wanita terkasih.

Harusnya Rajevan sudah berhasil melupakan hari dimana dia menangis dalam diam di kamar saat keberangkatan sang Papah ke London. Dia sudah 18 tahun, artinya itu sudah lewat 3 tahun.

Tapi perasaan sesaknya masih ada. Sesak karena baru ditinggal sang wanita terkasih 3 hari, kemudian ditinggal oleh sang pria hebatnya pula. Meninggalkan Rajevan yang hanya mampu meratapi diri.

Hari-hari kebangkitan nya bukan support dari sang Papah yang menemani, tetapi dari Om, Tante, sepupu bahkan sepasang suami-isteri yang ditugasnya mengasuh dirinya. Bukan dari sang Papah, yang malah memutuskan komunikasi beberapa bulan dengan keluarga nya disini.

Rajevan tak mengerti sebenarnya yang egois disini siapa, dirinya atau Papah nya? Karena mereka hanya manusia yang terluka sebab ditinggal wanita terkasih selamanya.

"Jangan mikirin apapun, Je.."

Suara Nadikta menarik paksa raga Rajevan yang hendak melayang sebab lamunan itu. Dia tersadar dan menatap tangan mereka yang saling genggam, dia mendongak untuk menyatukan pandangan mereka.

"Gue pengen tau, apa yang Papah rasain, apa yang Papah lakuin selama 3 tahun kebelakang. I want to know everything."

Nadikta mengangguk lalu menarik tubuh Rajevan untuk dipeluk. "Iya, tanyain semua hal yang pengen lo tau Jevan. Gapapa, Papah lo pasti bakal jawab semua nya."

Rajevan tak menjawab, dia lebih memilih mengeratkan pelukan mereka membuat tubuh Nadikta semakin tenggelam dalam rengkuhan hangat.

"Eh, gue hampir lupa sesuatu."

Nadikta mengernyit. "Apa?"

"Tentang Yona." Malah sebuah dengusan yang Rajevan dapat, "Gak usah dibahas."

Pelukan itu dilepaskan, dan Rajevan menangkup kedua pipi Nadikta dimana sang empunya sedang memasang wajah kesal. "Mau ngelurusin aja, biar kedepannya lo gak salah paham lagi. Gue sama dia emang pernah pacaran, itu pun cuma seminggu karena gue masih denial sama perasaan sendiri. Dia ngajak balikan, jelas gue tolak. Hati gue bukan milik dia sejak awal Na, gak pernah ada yang milikin hati gue kecuali satu orang yang gue suka."

"Siapa?"

"Pake nanya, ya elo lah cantik. Siapa lagi sih, bendahara galak sejak kelas sepuluh. Gue udah naksir lama sama lo."

Wajah Nadikta merona, kenapa tiba-tiba confess sih?!

"Udah ah, gue balik ya. Takut keburu malem, bye!" Nadikta langsung buru-buru bergerak tanpa sempat Rajevan tahan. Dia sudah mau keluar dari kamar tapi menghentikan langkah dan berbalik kembali, "Cepet sembuh! Jangan dipaksain sekolah, besok balik sekolah gue kesini lagi. Bye!" ucapnya dengan cepat lalu pergi keluar kamar.

Playboy Bucin | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang