Bayangin aja nih, jam enam sore dimana posisinya pas itu Rajevan baru balik futsal. Badan dia masih panas nih, keringet masih merambas dari pelipisnya. Dengan tubuh yang terduduk lemas di lantai samping ranjang, dia melihat pesan yang dikirimkan Arjuna.
Tampaknya pesan tersebut telah sampai sejak beberapa jam yang lalu, tepatnya beberapa menit setelah bubar sekolah. Sedangkan Rajevan tadi langsung pergi futsal dan dia gak ngecek ponsel sama sekali.
"Bangsat..." Gumamnya.
Makin panas lah dia. Bukan badan. Tapi hati.
Rajevan langsung lari ke kamar mandi, guna membersihkan tubuhnya dari keringat dan kotoran gak peduli sama badannya yang masih bercucuran keringat. Dia mandi dengan cepat tapi tenang, sampai bersih kok, bahkan wangi sabun nya aja semerbak satu kamar.
Selesai dengan ritual mandi cepatnya itu Rajevan langsung mengenakan pakaian; celana jeans dengan hoodie serba hitam. Menyambar kunci motor dan berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.
"Pa-- loh? Mau kemana Bang?"
"Abang keluar sebentar!"
"KEMANA?"
"NADIKTA!"
Alia Abimana mengernyit, "Hati-hati!" tampaknya perkataan dia tak dipedulikan sebab anak itu lebih dulu melajukan motornya dengan cepat, Abimana menggeleng.
"Roman-roman nya ada yang gak beres nih," gumam beliau. Bukan apa-apa, hanya saja dulu sekali Lea, istrinya selalu bilang jika Abimana sedang cemburu dia akan lupa segala hal dan memilih menyelesaikan semuanya dengan cepat gak peduli dengan apapun pokoknya harus ketemu dulu. Benar-benar impulsif sekali.
Anehnya, Abimana merasa anaknya itu sedang dalam fase tersebut. Beliau menghendikkan bahu, "Dasar anak muda." Ujarnya lalu pergi berlalu ke kamar.
Rajevan mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, kepalanya udah gak bisa diajak tenang lagi. Teringat pesan Arjuna. Sialan. Dia semakin mempercepat lajunya, mempersingkat perjalanan hingga tiba lebih cepat setengah dari waktu tempuh biasanya.
Motor itu berhenti didepan pagar rumah milik Nadikta, Rajevan mengatur nafasnya yang terasa tak beraturan. Dia segara mengeluarkan ponsel dan menghubungi satu nomor.
"Halo? Kenapa Je?"
"Gue didepan?"
"Hah?"
"Mau keluar apa gue yang masuk?"
Bisa Rajevan lihat tirai kamar dilantai dua bergerak tak lama sosok Nadikta yang memegangi ponsel ke telinga muncul dengan raut terkejut. "Lo ngapain?"
"Yaudah gue masuk."
"Nggak! Diem dulu disitu, gue turun."
Panggilan itu terputus bersamaan dengan Nadikta yang bergegas keluar dari kamarnya. Menuruni tangga dengan cepat membuat nya mendapat tatapan bingung dari Ayah dan Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Bucin | nomin.
Kurzgeschichten"Sakit ternyata suka sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya." "Makanya pacaran sama gue, dijamin bahagia terus." "Alah kentut. Pacaran sama playboy kayak lo lebih nyakitin!"