Chapter 1: The Warning of the Red Lanterns

1 0 0
                                    


Angin musim dingin berdesir lembut di antara pohon pinus yang tinggi, membawa hawa dingin yang menusuk tulang ke desa Xianhua. Salju tebal menutupi tanah, membuat desa itu tampak seolah-olah terperangkap dalam waktu, seolah tak ada yang bisa mengubah ketenangan yang menyelimuti. Namun, meskipun salju menutupi segalanya, ada perasaan gelisah yang tak terucapkan di hati setiap penduduk.

Jianyu berdiri di depan rumahnya, menatap lampion merah yang bergoyang tertiup angin. Lampion-lampion itu terbuat dari kertas tipis yang dihiasi dengan tulisan kaligrafi yang melambangkan keberuntungan dan perlindungan. Setiap Tahun Baru Imlek, desa ini dihiasi dengan lampion merah, kembang api, dan ornamen yang mengusir roh jahat, tetapi bagi Jianyu, mereka lebih terasa seperti pengingat dari masa lalu yang gelap dan menakutkan. Setiap tahun, di malam Imlek, makhluk jahat yang dikenal sebagai Nian bangkit dari kedalaman gunung dan datang untuk menghancurkan desa. Legenda ini sudah ada sejak nenek moyang mereka, dan meskipun desa mereka selalu berhasil mengusir Nian dengan cara tradisional—kembang api dan ornamen merah—tahun ini, Jianyu merasa ada yang berbeda.

Jianyu menghela napas dan memutar tubuhnya, melangkah perlahan ke dalam rumah kayu yang sederhana, tempat keluarganya tinggal. Ibunya, seorang wanita paruh baya yang selalu tersenyum meski beban hidup terasa berat, sedang menyiapkan makan malam di dapur.

"Jianyu, kau sudah selesai berlatih di luar?" tanya ibunya sambil menatapnya dengan penuh perhatian.

"Sudah, Ibu," jawab Jianyu sambil duduk di meja makan. Namun, hatinya masih terganggu oleh perasaan tidak nyaman yang terus membayangi dirinya. Dia berusaha tersenyum, tapi senyumnya terasa dipaksakan.

Di luar, langit senja mulai berubah menjadi merah jambu, menandakan malam yang semakin dekat. Sebentar lagi, lampion-lampion akan dinyalakan, dan orang-orang di desa akan bersiap menyambut Imlek. Namun, Jianyu merasa bahwa tradisi yang selama ini dianggap sebagai perlindungan, tahun ini tak akan cukup. Sebuah bayangan gelap mengganggu pikirannya, dan dia tahu—ini bukan hanya tentang merayakan Tahun Baru. Ini adalah tentang bertahan hidup.

Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan pintu yang keras. Jianyu berjalan menuju pintu dan membukanya, hanya untuk melihat Yun, teman dekatnya, berdiri di depan dengan wajah cemas.

"Jianyu, kakek memanggilmu. Dia ingin bicara denganmu," kata Yun, matanya berbinar dengan kecemasan.

Tanpa berkata apa-apa, Jianyu mengikuti Yun menuju rumah kakeknya, Lao Geng. Rumah itu terletak di ujung desa, lebih tua dari kebanyakan rumah di sana. Dindingnya terbuat dari bambu yang sudah mulai rapuh, dan atapnya terlihat seperti sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki. Namun, di dalamnya, rumah itu dipenuhi dengan buku-buku kuno dan benda-benda antik yang menceritakan kisah-kisah lama. Lao Geng, sang kakek, adalah seorang sesepuh desa yang dihormati, tapi juga dikenal karena kebijaksanaan dan pengetahuannya tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia mistis.

Saat mereka memasuki rumah kakek, Jianyu melihat Lao Geng duduk di kursi kayu tua di dekat perapian. Wajah kakek itu tampak lebih tua dari biasanya, dan matanya yang tajam terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting.

"Jianyu, Yun, datanglah, duduklah," kata Lao Geng dengan suara berat yang selalu membuat orang merasa ada sesuatu yang serius. Jianyu duduk di hadapan kakeknya, menunggu kata-kata berikutnya dengan hati berdebar.

"Kakek, ada apa? Mengapa kami dipanggil?" tanya Jianyu, mencoba untuk tidak menunjukkan kecemasan di wajahnya.

Lao Geng menghela napas panjang, lalu memandang mereka dengan tatapan yang lebih dalam. "Nian... makhluk itu akan kembali. Dan kali ini, kekuatannya lebih besar dari yang pernah kita hadapi. Kita sudah mengusirnya selama bertahun-tahun dengan kembang api dan ornamen merah, tapi aku merasa itu tidak akan cukup lagi."

Jianyu terdiam sejenak. Dia tahu tentang legenda Nian—makhluk besar yang datang setiap tahun saat Tahun Baru Imlek, membawa kehancuran dan ketakutan. Namun, selama bertahun-tahun, desa mereka selalu berhasil mengusirnya dengan cara yang sama. Mengapa tahun ini berbeda?

"Lalu apa yang harus kita lakukan, kakek?" tanya Yun, yang juga merasa ragu.

"Kalian... kalian yang akan mencarinya. Kalian harus pergi ke Gunung Baiyun. Cari tahu apa yang bisa menghentikan Nian kali ini. Di sana, di dalam gunung itu, ada rahasia yang terlupakan. Rahasia yang hanya sedikit orang yang tahu."

Mendengar kata-kata itu, Jianyu merasa sebuah beban berat menekan dadanya. Dia tahu, perjalanan ini bukanlah perjalanan biasa. Mereka akan menghadapi bahaya yang tidak bisa diukur. Tapi di dalam hatinya, Jianyu merasa ada dorongan untuk melakukannya. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk seluruh desa mereka.

"Kakek, kami akan melakukannya," kata Jianyu dengan suara yang penuh tekad.

Lao Geng mengangguk perlahan. "Ingat, ini bukan sekadar petualangan. Ini adalah misi untuk menyelamatkan desa kita. Jangan pernah meremehkan apa yang kalian hadapi."

Setelah pertemuan singkat itu, Jianyu, Yun, dan teman-teman mereka—Wei dan Meilin—berkumpul di luar rumah kakek. Masing-masing memiliki ekspresi serius di wajah mereka, meskipun sebagian besar dari mereka masih merasa ragu tentang perjalanan yang akan datang.

"Jianyu, kita harus pergi malam ini, bukan?" tanya Wei, dengan suara yang sedikit ragu namun penuh semangat.

"Ya, kita tidak punya banyak waktu," jawab Jianyu. "Nian sudah mendekat."

Di langit yang mulai gelap, bintang-bintang bersinar terang. Jianyu merasakan perasaan yang campur aduk—takut, cemas, dan juga semangat. Sebagai pemimpin kelompok ini, dia tahu semua tergantung pada keputusan yang mereka buat. Namun, satu hal yang pasti, perjalanan ini akan mengubah hidup mereka selamanya.

Mereka meninggalkan desa dengan langkah pasti, menyusuri jalan setapak yang menuju ke gunung. Di kejauhan, suara kembang api mulai terdengar, dan lampion merah menyala terang, memberikan sedikit harapan di tengah kegelapan yang melanda hati mereka. Namun, di dalam hati Jianyu, dia tahu—Nian sudah datang, dan mereka harus siap menghadapi apa pun yang menanti di depan.

Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang