Chapter 15: A Test of Faith

1 0 0
                                    


Jianyu, Meilin, dan Wei melanjutkan perjalanan mereka dengan semangat yang semakin besar setelah bertemu dengan sang naga dan menerima petunjuk penting. Jalan di depan mereka menjadi semakin sempit dan sulit dilewati, namun setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada tujuan yang selama ini mereka dambakan—mengakhiri teror Nian dan menyelamatkan desa mereka.

Ketika petunjuk naga mengarahkan mereka ke sebuah lembah terpencil, mereka tiba di sebuah desa tua yang tampak sepi dan terbengkalai. Pohon-pohon meranggas di sekitar mereka, dan suara angin mengalun seperti bisikan dari masa lalu. Jianyu melihat bangunan-bangunan tua yang hancur dan jalanan yang dipenuhi debu, menandakan bahwa desa ini sudah lama tidak dihuni.

"Apa desa ini... pernah dilanda Nian?" bisik Meilin dengan raut wajah ngeri.

"Kelihatannya begitu," jawab Wei, mengamati puing-puing di sekitar mereka. "Mungkin desa ini pernah mengalami nasib yang sama seperti yang akan dialami desa kita jika kita gagal."

Jianyu merasakan angin dingin yang tiba-tiba menusuk kulitnya. Entah mengapa, dia merasakan seolah desa ini menyimpan lebih banyak dari sekadar reruntuhan; sepertinya ada sesuatu yang menunggu mereka di sini, sebuah jawaban yang tak terucapkan.

Saat mereka melangkah lebih dalam, tiba-tiba seorang lelaki tua muncul dari balik bayangan bangunan. Dia mengenakan jubah usang yang kusut, dengan wajah yang tampak muram dan mata yang berkilat penuh rahasia. Lelaki tua itu menatap mereka dengan tajam, membuat ketiganya terkejut dan waspada.

"Apa yang membawa kalian ke sini, wahai anak-anak pemberani?" tanyanya dengan suara serak yang bergema di antara bangunan kosong.

Jianyu maju selangkah, memperkenalkan diri dan tujuan mereka. "Kami datang mencari cara untuk menyelamatkan desa kami dari makhluk yang disebut Nian. Kami diberi petunjuk untuk datang ke tempat ini."

Orang tua itu terdiam sejenak, lalu mengangguk dengan pelan, seolah memahami sesuatu yang hanya dia ketahui. "Aku adalah Peng You, penjaga terakhir dari desa ini," katanya dengan nada dalam. "Desa ini, seperti desamu, juga pernah menjadi sasaran Nian. Kami mencoba melawan, tapi pada akhirnya kami tidak cukup kuat."

Wei dan Meilin saling bertukar pandang. "Apa ada sesuatu di sini yang bisa membantu kami?" tanya Meilin penuh harap.

Peng You menatap mereka dengan penuh kebijaksanaan, lalu mengangguk perlahan. "Ada. Tapi untuk mendapatkannya, kalian harus siap menghadapi ujian yang tak hanya menguji kekuatan kalian, tetapi juga hati kalian."

Jianyu menggenggam tangannya erat. "Kami siap, apa pun ujiannya," katanya dengan tegas.

Peng You mengisyaratkan mereka untuk mengikutinya ke sebuah bangunan kecil di ujung desa. Saat mereka memasuki ruangan gelap yang berdebu, mereka melihat sebuah patung naga besar berdiri di tengah ruangan, dengan cakar yang seolah menggenggam sesuatu. Di kaki patung itu, ada sebuah gulungan kertas kuno yang tampak rapuh, seperti tidak tersentuh selama bertahun-tahun.

"Ini adalah gulungan kebijaksanaan," jelas Peng You. "Di dalamnya, terdapat mantra perlindungan yang sangat kuat. Tetapi hanya mereka yang benar-benar memiliki keberanian sejati yang mampu menggunakannya."

Jianyu menatap gulungan itu, merasa berat untuk mengulurkan tangannya. Ia tahu betapa pentingnya gulungan itu bagi desa mereka, tetapi ia juga merasakan bahwa ujiannya tidak akan mudah. Ia merasakan bahwa ini bukan sekadar soal mantra, tetapi sebuah ujian bagi hati mereka.

Peng You menatap ketiganya, kemudian berbicara dengan nada serius. "Jika kalian ingin membawa gulungan ini, kalian harus menyerahkan sesuatu yang sangat berharga bagi kalian. Hanya dengan begitu, mantra ini akan memiliki kekuatan yang kalian butuhkan."

Mereka bertiga terdiam. Jianyu tahu bahwa ini bukan tentang benda fisik, tapi tentang pengorbanan yang sebenarnya. Setelah beberapa saat, Jianyu berbicara. "Aku akan menyerahkan keberanianku, jika itu yang diperlukan untuk menyelamatkan desaku."

Meilin dan Wei mengangguk, menunjukkan bahwa mereka juga siap memberikan apa pun yang diperlukan.

Peng You tersenyum tipis, dan dengan gerakan halus, ia menyerahkan gulungan tersebut ke tangan Jianyu. "Keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan kalian akan menjadi kunci kekuatan mantra ini. Gunakanlah dengan bijak."

Setelah menerima gulungan, Jianyu merasa beban di bahunya semakin besar, namun hatinya juga penuh dengan harapan. Mereka telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga, sebuah harapan bagi desa mereka. Namun perjalanan masih panjang, dan ujian sebenarnya baru saja dimulai.

Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang