Chapter 12: The Flame of Hope

1 0 0
                                    


Setelah ujian kegelapan yang mereka hadapi, suasana terasa lebih tenang, meski masih banyak misteri yang belum terungkap. Meskipun keheningan itu menenangkan, Jianyu bisa merasakan sesuatu yang lebih besar sedang menanti mereka. Setiap langkah mereka sekarang terasa lebih berat, seperti ada sesuatu yang mendekat, menunggu untuk diuji kembali.

Mereka melanjutkan perjalanan melalui lorong sempit yang dikelilingi oleh dinding batu yang licin dan basah. Udara semakin dingin, dan suara langkah kaki mereka terdengar menggema, seolah ruang ini tak memiliki ujung. Meilin memegang erat lengan Jianyu, yang juga merasakan ketegangan di antara mereka.

"Semuanya terasa berbeda sekarang," kata Meilin dengan suara pelan. "Aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita."

"Aku juga merasakannya," jawab Jianyu, berusaha menjaga ketenangan. "Tapi kita harus tetap fokus. Kita sudah dekat."

Tiba-tiba, di ujung lorong, mereka melihat sebuah cahaya yang mulai bersinar di kejauhan. Cahaya itu tidak seperti cahaya biasa—itu tampak berkilauan, hampir seperti api yang menyala di tengah kegelapan. Mereka berlari ke arahnya, penuh harapan, berharap cahaya itu membawa mereka pada jawaban yang telah lama mereka cari.

Ketika mereka tiba di ruang yang dipenuhi cahaya itu, mereka menemukan sebuah altar batu besar di tengahnya. Di atas altar itu, terletak sebuah obor besar yang menyala dengan api berwarna merah terang. Api itu bukan hanya api biasa—itu tampak hidup, seolah memiliki kekuatan sendiri, menyala dengan semangat yang tak tergoyahkan.

"Ini... ini berbeda," kata Wei, terpesona oleh api itu. "Aku belum pernah melihat api seperti ini sebelumnya."

"Ini bukan api biasa," kata Jianyu, matanya tidak lepas dari obor yang menyala. "Ini adalah simbol harapan, simbol kekuatan yang tersembunyi. Ini adalah cahaya yang kita butuhkan untuk melawan kegelapan."

Meilin mendekat, hati-hatinya merasakan panas dari api itu. "Apakah kita harus memegangnya?"

"Jika kita ingin melanjutkan, kita harus mengambilnya," jawab Jianyu dengan tegas. "Api ini adalah ujian berikutnya. Kita harus menunjukkan bahwa kita siap untuk menghadapi apa pun yang ada di depan."

Mereka saling memandang, merasa keberanian mereka teruji. Jianyu menarik napas dalam-dalam dan mendekati obor itu. Dengan hati-hati, ia meraih gagang obor yang panas. Namun, alih-alih merasakan rasa sakit, ia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya. Api itu tidak membakar; sebaliknya, api itu memberinya kekuatan, memberikan semangat yang seolah berasal dari dalam dirinya.

"Aku merasa... seperti api ini mengalir dalam diriku," kata Jianyu, suaranya penuh kekuatan yang baru ditemukan.

Meilin dan Wei mengikuti langkahnya, meraih obor itu satu per satu. Begitu mereka memegangnya, mereka merasakan hal yang sama—sebuah kekuatan yang mengalir dari dalam diri mereka, memberikan keyakinan dan harapan yang sebelumnya hilang.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar di dalam gua. Batu-batu di sekitar mereka mulai bergoyang, dan dinding gua bergetar hebat. Jianyu menatap sekelilingnya, mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Sepertinya ada sesuatu yang akan muncul," kata Wei, matanya waspada.

Meilin menggenggam erat obor itu. "Apakah ini berarti kita siap untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar?"

Jianyu mengangguk. "Kita harus siap. Api ini bukan hanya simbol. Itu adalah harapan kita. Dan kita akan menggunakannya untuk melawan apa pun yang datang."

Tiba-tiba, dinding gua di hadapan mereka pecah, dan dari dalam kegelapan, sebuah makhluk raksasa muncul. Itu adalah monster besar dengan tubuh yang dipenuhi oleh bayangan, namun matanya menyala dengan api yang sama seperti obor yang mereka pegang. Makhluk itu memandang mereka dengan tatapan mengerikan, seolah menilai siapa yang layak untuk bertahan hidup.

"Apa itu?" teriak Meilin, hampir tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Itu... itu adalah Bayangan Api," jawab Jianyu dengan suara pelan. "Makhluk yang terlahir dari kegelapan, dan sekarang kita harus menghadapinya. Ini adalah ujian terakhir."

Makhluk itu bergerak maju, mengangkat tangan besar yang diliputi oleh bayangan api. Jianyu dan teman-temannya berdiri tegak, tidak mundur meskipun rasa takut mulai merayap di hati mereka. Mereka tahu, jika mereka ingin melindungi desa mereka, mereka harus melewati ujian terakhir ini. Mereka harus menghadapi Bayangan Api dengan segala kekuatan yang mereka miliki.

"Jangan takut," kata Jianyu dengan tegas, api di tangannya menyala lebih terang. "Kita memiliki cahaya di dalam hati kita. Kita tidak akan mundur!"

Dengan semangat yang membara, mereka maju menghadapi makhluk itu. Api mereka menyala terang, siap untuk mengalahkan kegelapan yang datang menghantui mereka.

Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang