Udara di dalam gua semakin berat. Setiap langkah yang mereka ambil, semakin terasa beban yang harus mereka pikul. Jianyu, Meilin, Yun, dan Wei terus bergerak maju, meskipun mereka semua tahu bahwa perjalanan ini tidak hanya akan menguji fisik mereka, tetapi juga hati dan jiwa mereka. Setelah mendengar kisah tentang Li Wei, Jianyu merasa ada sesuatu yang menggelisahkan dalam dirinya. Apa yang harus mereka lakukan agar tidak berakhir seperti pahlawan yang terperangkap dalam takdir kelam itu?
Di depan mereka, gua itu semakin sempit, dan cahaya obor semakin redup, seakan gua itu menelan mereka sedikit demi sedikit. Dalam diam, mereka berjalan lebih hati-hati. Setiap sudut yang mereka lewati terasa penuh dengan misteri yang tak terungkapkan.
Yun tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Jianyu. "Jianyu, kamu merasa ada yang aneh, kan?"
Jianyu mengangguk, wajahnya serius. "Aku merasa ada yang mengawasi kita. Sesuatu yang tidak kita lihat, tapi kita bisa merasakannya. Ini bukan hanya tentang Nian, ini lebih dari itu."
Meilin mengeratkan genggaman pada obornya, matanya menyapu gua yang gelap. "Mungkin ini ujian. Setiap langkah kita menuju ke dalam gua ini seperti mengundang sesuatu yang lebih besar. Kita harus berhati-hati."
Wei, yang biasanya lebih tenang, kini mulai terlihat cemas. "Apa yang akan kita lakukan jika kita tidak bisa menghadapinya? Aku takut kita akan kehilangan lebih dari yang bisa kita bayangkan."
Perkataan Wei menggema dalam hati Jianyu. Dia tahu bahwa ketakutan itu tidak bisa dibiarkan menguasai mereka. Mereka harus maju. Mereka tidak punya pilihan lain.
Namun, di saat mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba tanah di bawah kaki mereka bergetar. Semua orang berhenti, tubuh mereka kaku. Beberapa detik kemudian, suara gemuruh besar terdengar dari jauh, semakin mendekat. Gua itu seakan hidup, dan sesuatu yang sangat besar sedang mendekat ke arah mereka.
"Tunggu! Ada yang tidak beres!" teriak Yun, dengan suara terengah. Namun, sebelum mereka bisa berbuat apa-apa, tanah di bawah mereka mulai retak, dan dinding gua yang semula stabil kini mulai bergerak.
"Apa yang terjadi?" teriak Meilin panik.
Jianyu berlari menuju teman-temannya dan menarik mereka menjauh dari dinding yang bergerak. "Jangan berhenti! Kita harus keluar dari sini!"
Namun, gua itu seperti tidak memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri. Sebuah suara menggelegar mengguncang seluruh gua, suara yang begitu keras hingga membuat mereka tersungkur ke tanah.
"Kamu tidak bisa menghindar," suara itu menggema di seluruh gua. "Semua yang datang ke sini harus menghadapi takdir mereka."
Tiba-tiba, muncul sebuah sosok besar di depan mereka. Bayangannya menghalangi cahaya obor mereka. Sebuah makhluk hitam, berbulu lebat, dengan mata yang menyala merah, muncul dari kegelapan. Dirasakan oleh Jianyu, makhluk itu bukan hanya fisik yang menakutkan, tapi sesuatu yang lebih. Sesuatu yang mengingatkan pada kata-kata penjaga batu: "Takdir kalian akan diuji di sini."
Jianyu merasakan sepasang mata itu menatapnya, seakan menilai. Makhluk itu bukan Nian, tetapi sesuatu yang lebih jahat, lebih tua—sesuatu yang terikat dengan kekuatan yang jauh lebih dalam dan gelap.
"Siapa... siapa kamu?" teriak Meilin, suaranya penuh ketakutan.
Makhluk itu hanya tersenyum, meskipun senyumannya itu terkesan lebih seperti senyuman penuh kebencian. "Aku adalah ujian kalian," katanya dengan suara yang serak, "Kalian yang datang ke sini, siapa pun yang mencoba menggulingkan takdir, harus membayar harga."
"Takdir?" Jianyu bertanya, merasa kata-kata itu semakin menekan dirinya. "Kami hanya ingin menyelamatkan desa kami. Apa yang kau inginkan?"
Makhluk itu tertawa, suara tawanya begitu dalam dan menggema di seluruh gua. "Desa kalian hanyalah bagian kecil dari permainan ini. Takdir kalian, seperti takdir Li Wei, telah diputuskan sejak lama."
Jianyu merasakan ada sesuatu yang mengancam mereka lebih dari yang bisa mereka bayangkan. Apakah ini ujian yang sebenarnya? Jika mereka gagal, apakah nasib mereka akan seperti Li Wei—terperangkap dalam dunia gelap ini selamanya?
Wei berteriak, melangkah maju dengan obor yang menyala terang. "Kami tidak takut padamu!" katanya dengan berani.
Makhluk itu menatap Wei sejenak, lalu menyeringai. "Kalian memang berani. Tapi beranikah kalian untuk mengorbankan segala yang kalian miliki untuk menyelamatkan dunia ini? Untuk menyelamatkan orang yang kalian cintai?"
Suasana seketika menjadi tegang. Jianyu memandang teman-temannya, merasakan keberanian mereka yang semakin menguat. Namun, di dalam hati, dia tahu bahwa tantangan kali ini lebih berat daripada yang pernah mereka bayangkan.
"Kita tidak akan mundur," ujar Jianyu, suara penuh tekad. "Kami datang ke sini untuk mengalahkan Nian dan menyelamatkan desa kami, apapun yang harus kami korbankan."
Makhluk itu tersenyum penuh amarah. "Kalian mungkin tidak memiliki pilihan. Takdir sudah memilih kalian."
Kemudian, dengan sekejap, makhluk itu menghilang dalam kegelapan, meninggalkan mereka dalam keheningan yang tegang.
Jianyu menarik napas dalam-dalam, memandang teman-temannya yang terengah-engah. "Kita harus lebih siap dari ini. Apa pun yang datang selanjutnya, kita harus menghadapinya bersama."
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, tetapi sekarang, setiap langkah terasa lebih berat. Takdir mereka semakin jelas—mereka harus menghadapi pengorbanan yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan sebelumnya. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan mengubah mereka selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)
AdventureDi sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, legenda kuno tentang makhluk jahat bernama Nian kembali menghantui. Setiap tahun, saat Imlek, Nian bangkit untuk menghancurkan desa, dan hanya kembang api serta ornamen merah yang dapat mengusirnya...