Langit mulai merona merah keemasan ketika Jianyu, Meilin, dan Wei mendekati puncak gunung. Udara semakin tipis, dan setiap langkah menjadi semakin berat. Batu merah pemberian Liangmu berkilauan samar dalam genggaman Jianyu, seolah mengarahkan mereka ke tujuan yang telah ditakdirkan. Tetapi, aura yang mengintai di sekitar mereka terasa semakin gelap, seperti bayang-bayang yang mengintip dari balik kabut.
Di tengah perjalanan, Wei mulai merasa tidak nyaman. "Kalian tidak merasa... ada yang mengawasi kita?" gumamnya, berhenti sejenak untuk mengatur napas.
Meilin menatap sekitar, matanya menyipit menatap kabut yang semakin tebal. "Mungkin itu hanya perasaanmu, Wei," jawabnya, meski ada sedikit kegelisahan di suaranya.
Namun, Jianyu tahu bahwa Wei mungkin benar. Ia juga merasakan kehadiran yang dingin dan tak terlihat, seperti bayangan gelap yang terus mengikuti mereka. Ia berusaha untuk mengabaikannya dan terus mendaki, tetapi ketegangan itu makin lama makin tak tertahankan.
"Berhenti!" Jianyu mendadak berseru, menghentikan langkah mereka. Meilin dan Wei berhenti, menatapnya dengan bingung. Jianyu mengarahkan pandangannya ke dalam kabut yang menyelimuti sekeliling mereka, lalu berteriak, "Kami tahu kalian di sana! Tunjukkan diri kalian!"
Hening sejenak. Lalu, kabut bergolak, membentuk sosok-sosok bayangan yang semakin nyata. Dari balik kabut, muncul sosok-sosok makhluk tinggi dengan tubuh seperti asap hitam yang berwujud menyerupai manusia, tapi matanya bersinar merah menyala. Mereka adalah penjaga roh kuno, yang diciptakan untuk melindungi puncak gunung dan semua rahasia yang tersembunyi di dalamnya.
Salah satu dari makhluk itu melangkah maju. Suaranya seperti desiran angin malam yang dingin. "Mengapa kalian datang ke sini, anak-anak manusia? Apa yang kalian cari di tempat yang bukan untuk kalian?"
Jianyu menatap makhluk itu dengan keberanian yang dia paksakan. "Kami mencari jawaban untuk mengalahkan Nian, untuk menyelamatkan desa kami dari kehancuran. Kami tidak akan mundur sampai menemukan petunjuk yang kami butuhkan."
Makhluk itu mengamati mereka, lalu menggerakkan tangannya yang hitam pekat. Dalam sekejap, bayangan-bayangan itu meresap ke dalam tubuh Meilin, Wei, dan Jianyu, memaksa mereka untuk menghadapi ketakutan terdalam mereka.
Jianyu merasa dunia di sekitarnya berputar. Ia berada di sebuah desa yang hancur, hangus terbakar, dan semua orang yang dikenalnya terbaring tak berdaya di sekelilingnya. Suara rintihan dan tangisan memenuhi udara. Tubuh Jianyu membeku, ketakutan menguasai dirinya, dan ia merasa tak mampu bergerak atau berbuat apapun.
Sementara itu, Meilin merasakan dirinya terperangkap di lorong sempit yang gelap. Dinding di sekitarnya semakin mengecil, menghimpitnya tanpa ampun. Nafasnya semakin pendek, rasa takut akan ruang sempit menekan dirinya dengan kuat. Hanya keinginannya untuk membantu teman-temannya yang membuatnya terus berjuang untuk mengatasi ketakutannya.
Wei, di sisi lain, dikelilingi oleh bayangan dirinya sendiri, yang menertawakannya dan mengejeknya. Ketakutan terdalamnya adalah dirinya sendiri, perasaan bahwa ia selalu tidak cukup baik dan hanya menjadi beban bagi orang lain. Bayangan-bayangan itu menyudutkannya, membuatnya merasa tak berdaya.
Tapi, di tengah ketakutan itu, suara Jianyu bergema di dalam hati mereka. Ia berteriak, memanggil nama Meilin dan Wei, mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini. "Kita bersama-sama! Kita tidak akan membiarkan ketakutan ini menghentikan kita!"
Kata-kata Jianyu menggema dalam benak mereka, memecahkan pengaruh bayangan tersebut. Mereka kembali ke kenyataan, berdiri di hadapan makhluk-makhluk hitam itu, dengan nyala keberanian yang menyala di dalam diri mereka.
Makhluk itu mengangguk pelan, seolah mengakui ketangguhan hati mereka. "Kalian telah mengatasi ujian pertama. Ingatlah, kekuatan untuk menghadapi Nian bukan hanya berasal dari petunjuk atau kekuatan luar, tapi dari kekuatan di dalam diri kalian sendiri."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, bayangan-bayangan itu memudar, meninggalkan mereka bertiga dengan kesadaran baru tentang diri mereka sendiri.
Di depan mereka, jalan menuju puncak gunung terbuka lebih lebar, menandakan bahwa mereka telah diterima untuk melanjutkan perjalanan. Jianyu, Meilin, dan Wei melanjutkan langkah mereka dengan hati yang lebih kuat, siap menghadapi apapun yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)
AventuraDi sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, legenda kuno tentang makhluk jahat bernama Nian kembali menghantui. Setiap tahun, saat Imlek, Nian bangkit untuk menghancurkan desa, dan hanya kembang api serta ornamen merah yang dapat mengusirnya...