Chapter 19: The Oracle's Secrets

1 0 0
                                    


Setelah mengalahkan raksasa batu di pegunungan, Jianyu, Meilin, dan Wei melanjutkan pendakian mereka. Dengan setiap langkah, rasa penasaran bercampur ketakutan memenuhi hati mereka. Gunung ini tidak hanya penuh misteri, tapi juga menyimpan rahasia kuno yang mungkin bisa memberi mereka petunjuk penting tentang kelemahan Nian.

Setelah mendaki berjam-jam, mereka mencapai sebuah gua tersembunyi di balik air terjun yang mengalir deras. Dari luar, gua itu tampak biasa saja, tapi Jianyu merasa ada sesuatu yang istimewa di dalamnya. Gema angin yang berdesir seolah mengundang mereka untuk masuk, dan cahaya biru samar tampak berkilau dari dalam kegelapan.

"Kita harus masuk," kata Jianyu.

Meilin dan Wei mengangguk, mengikuti Jianyu melangkah ke dalam gua. Begitu mereka melangkah masuk, suasana berubah. Dinding-dinding gua dihiasi ukiran kuno, menampilkan gambar naga yang berputar-putar di langit dan makhluk-makhluk lainnya yang tak mereka kenali. Di tengah gua, terdapat sebuah altar batu yang dihiasi dengan simbol-simbol kuno.

"Ini... seperti tempat pemujaan," gumam Wei, suaranya bergetar.

Ketika mereka mendekati altar, bayangan samar seorang wanita tua muncul, seolah terbentuk dari asap tipis yang bergerak anggun di udara. Wajahnya penuh kerutan, namun matanya berkilau bijak. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Liangmu, seorang peramal yang menjaga rahasia tentang dunia roh dan makhluk-makhluk legendaris seperti Nian.

"Jika kalian mencari kelemahan Nian, kalian harus siap membayar harga," suara Liangmu terdengar lembut namun penuh kewibawaan.

Jianyu mengangguk tegas. "Kami siap melakukan apa saja untuk melindungi desa kami."

Liangmu menatap mereka dalam-dalam, seakan memeriksa ketulusan niat mereka. Lalu, ia mengulurkan tangannya, menunjukkan sebuah batu kecil bercahaya merah. Batu itu tampak berdenyut seperti jantung, seolah hidup.

"Batu ini adalah kunci, namun bukan untuk melukai Nian. Sebaliknya, ia akan menunjukkan kalian jalan menuju solusi tanpa kekerasan. Namun, untuk memahami petunjuknya, kalian harus menguji hati kalian masing-masing," jelas Liangmu.

"Bagaimana caranya?" tanya Meilin penasaran.

Liangmu memberi tahu mereka bahwa mereka harus berjalan ke tempat suci di puncak gunung dan meletakkan batu tersebut di sana saat matahari terbenam. Hanya dengan begitu, mereka akan menerima petunjuk dari roh naga yang pernah mengalahkan Nian ribuan tahun yang lalu.

"Satu lagi yang harus kalian ingat," lanjut Liangmu. "Jangan biarkan ketamakan atau keegoisan menguasai hati kalian dalam perjalanan ini. Nian bukan sekadar monster—ia adalah perwujudan dari ketakutan dan kehancuran yang diciptakan oleh hati manusia itu sendiri. Kalian harus mampu menghadapi ketakutan dalam diri kalian."

Jianyu, Wei, dan Meilin terdiam, merenungkan peringatan itu. Liangmu lalu menghilang, meninggalkan mereka bertiga dalam keheningan gua.

Saat mereka keluar dari gua, matahari mulai merendah, seolah menandakan waktu yang tepat untuk memulai perjalanan menuju puncak gunung. Jianyu menggenggam batu merah itu dengan hati-hati, merasakan energi hangat yang meresap ke dalam telapak tangannya. Meski tugas yang diberikan terlihat sederhana, kata-kata Liangmu menggema dalam pikirannya—mereka harus menghadapi ketakutan mereka sendiri.

"Apapun yang menanti kita di puncak, kita akan menghadapinya bersama," kata Jianyu, mencoba meyakinkan dirinya dan teman-temannya.

Dengan langkah penuh keyakinan, mereka bertiga mulai mendaki lagi, menuju puncak gunung yang seolah memanggil mereka ke arah takdir yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang