Malam semakin larut ketika Jianyu, Yun, Wei, dan Meilin melangkah melewati batas desa Xianhua, menuju arah Gunung Baiyun. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit, dikelilingi pepohonan tinggi yang menutupi langit, membuat suasana menjadi gelap dan sunyi. Di udara, dingin menggigit kulit mereka, dan salju perlahan mulai turun kembali, menambah keheningan malam.
"Jianyu, apakah kita benar-benar tahu apa yang akan kita hadapi?" tanya Meilin dengan suara pelan, sedikit takut. Wajahnya yang cantik kini tampak lebih pucat, dan mata cokelatnya memantulkan kilauan kekhawatiran.
Jianyu menatap Meilin dan memberi senyuman yang mencoba meyakinkan, meskipun hatinya sendiri dipenuhi keraguan. "Kakek berkata kita akan menemukan sesuatu di gunung ini. Sesuatu yang bisa menghentikan Nian. Kita harus mencari tahu apa itu."
Yun, yang berjalan di samping Jianyu, menambahkan dengan nada serius, "Kakek juga bilang ada rahasia yang terlupakan. Aku rasa kita harus menemukan petunjuk itu dulu, baru kita bisa melawan Nian."
Wei yang berjalan di belakang mereka tidak berkata apa-apa. Sejak awal perjalanan, dia lebih banyak diam, memerhatikan sekitar dengan penuh kewaspadaan. Dia adalah tipe orang yang jarang berbicara, namun ketika dia berbicara, kata-katanya selalu penuh makna. Mungkin karena itulah Jianyu merasa lebih tenang memiliki Wei di tim mereka. Kekuatan fisiknya dan kecerdasannya sangat dibutuhkan dalam perjalanan ini.
Mereka berjalan dalam keheningan, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang teredam salju, sesekali diselingi angin dingin yang berhembus kencang. Meskipun mereka tahu jalan menuju gunung itu bisa memakan waktu hingga beberapa hari, perasaan takut dan gugup semakin menguat saat jarak semakin dekat.
"Sepertinya kita akan sampai di kaki gunung dalam beberapa jam," ujar Jianyu sambil memandang ke depan, mencoba mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang semakin terasa.
Mereka melanjutkan perjalanan hingga mencapai sebuah lembah kecil yang dikelilingi oleh batu-batu besar. Di sana, mereka berhenti untuk beristirahat sejenak, mengambil napas panjang dan menghangatkan tubuh mereka dengan api kecil yang berhasil mereka buat.
Sambil duduk mengelilingi api, Jianyu merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tidak hanya rasa takut terhadap Nian, tetapi juga perasaan cemas terhadap tugas yang kini dipikulnya. Dia bukan hanya pemimpin dalam perjalanan ini—dia adalah harapan desa mereka. Jika mereka gagal, bukan hanya masa depan mereka yang terancam, tetapi juga kehidupan orang-orang yang mereka cintai.
"Jianyu, apakah kakek benar-benar tahu apa yang kita cari?" tanya Yun dengan suara rendah, hampir berbisik.
Jianyu menatap Yun sejenak, lalu menjawab, "Aku tidak tahu pasti. Tapi aku rasa kakek tahu lebih banyak daripada yang kita duga. Dia selalu berhati-hati dalam berbicara tentang hal-hal seperti ini."
Yun mengangguk perlahan, tampaknya sedikit lebih tenang setelah mendengar jawaban Jianyu. Mereka semua tahu bahwa perjalanan ini tidak hanya fisik, tetapi juga ujian mental dan emosional.
"Apakah kalian merasa ada sesuatu yang aneh di sini?" tanya Wei tiba-tiba, memecah keheningan. Mata Wei yang tajam menyapu sekeliling mereka, mencari sesuatu yang tak terlihat.
Jianyu merasa perasaan yang sama. Ada ketenangan yang mencurigakan di lembah ini, seolah-olah alam pun menahan napas, menunggu sesuatu yang tak terlihat. "Aku rasa kita harus lebih hati-hati," jawab Jianyu, mengingatkan teman-temannya. "Nian mungkin tidak akan menunggu sampai kita siap."
Meilin menggenggam tangan Jianyu, seolah mencari keberanian dari sentuhan itu. "Apa yang akan kita lakukan ketika kita sampai di puncak gunung? Apa yang kita cari?"
Jianyu memandang langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Dalam hati, dia merasa ada sesuatu yang terhubung antara gunung ini dan legenda tentang Nian. "Aku tidak tahu persis apa yang kita cari, Meilin, tapi kita harus mencari tanda. Kakek mengatakan ada rahasia yang tersembunyi. Mungkin kita akan menemukannya di sana."
Mereka melanjutkan perjalanan, dan semakin mereka mendekati kaki gunung, semakin tebal salju yang mereka lewati. Hawa dingin semakin menusuk, dan udara terasa semakin langka, seolah gunung itu memiliki kekuatan magis yang mempengaruhi segala hal di sekitarnya.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah gua yang terletak di sisi gunung. Gua itu terlihat gelap dan menakutkan, dan sepertinya belum ada orang yang pernah datang ke tempat ini sebelumnya. Namun, Jianyu merasakan dorongan yang kuat untuk masuk ke dalam.
"Ini dia," kata Jianyu, matanya berbinar. "Ini tempat yang kita cari."
Mereka semua saling bertukar pandang, lalu dengan hati-hati memasuki gua yang gelap. Di dalam gua itu, mereka merasakan suhu yang jauh lebih rendah, seakan mereka telah masuk ke dalam dunia yang berbeda. Suara desisan angin yang menderu keluar dari dalam gua membuat mereka semakin waspada.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Meilin, suaranya bergetar.
Jianyu berjalan ke depan, memimpin mereka dengan hati-hati. "Kita harus mencari petunjuk di dalam sini. Ada sesuatu di dalam gua ini yang mungkin bisa membantu kita melawan Nian."
Namun, saat mereka semakin dalam memasuki gua, suasana berubah semakin mencekam. Di dinding gua, mereka menemukan lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan makhluk-makhluk raksasa dengan mata merah menyala. Di antara lukisan itu, ada sebuah simbol aneh yang tampak seperti sebuah mata yang melirik ke segala arah.
Jianyu menatap simbol itu dengan penuh perhatian. "Ini... sepertinya ini adalah tanda yang kita cari."
Namun, saat ia melangkah lebih dekat untuk memeriksa lebih lanjut, terdengar suara gemuruh dari dalam gua, dan sebuah cahaya merah yang menyilaukan muncul di kejauhan. Jianyu merasakan seluruh tubuhnya tegang, dan ia tahu—perjalanan mereka baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Behind the Fireworks (Indonesia Version)
AdventureDi sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, legenda kuno tentang makhluk jahat bernama Nian kembali menghantui. Setiap tahun, saat Imlek, Nian bangkit untuk menghancurkan desa, dan hanya kembang api serta ornamen merah yang dapat mengusirnya...