💙Marrying Fate💙
.
.
.
.
.
Saat ini Zee sedang berada di ruangan milik sang papa yang ada di sekolahnya. Tadi setelah berbicara dengan Marsha, sebenarnya Zee ingin mengejar kekasihnya itu namun ternyata sang papa lebih dulul
muncul di hadapannya dan memintanya untuk ikut serta dengannya."Kenapa pa?" Tanya Zee saat keduanya sudah duduk di sofa yang terdapat di ruangan Pak Saktio.
"Ini untuk pertama kalinya papa tidak marah saat kamu melanggar peraturan sekolah, Zee. Jadi, sudah pacaran?"
Zee mengernyit bingung mencerna maksud dari ucapan sang papa, "Zee kan memang pacaran sama Marsha" Jawabnya
"Bukan Marsha, maksut papa itu Chika. Kalian sudah pacaran?"
"Mana mungkin aku pacaran sama nenek lampir itu"
Pak Saktio berdecih pelan, "Nggak pacaran kok ciuman di kantin"
Zee memilih diam tak mau menyahuti ucapan papanya karena ia tau bakal kemana arah pembicaraan tersebut. Pemuda itu mengambil ponsel barunya dari kantong lalu bergerak memainkannya.
"Udah bicara kan sama Chika? Papa mau secepatnya kalian menikah, kalau bisa sih akhir bulan depan, bersamaan sama anniversary pernikahan mama dan papa"
"Pa? Apaan sih, kenapa buru buru? Zee aja sampai sekarang belum bisa nerima pernikahan ini. Nggak ada minat juga buat ngomong sama tuh cewek, mending papa aja sana yang ngomong sama dia"
"Yang nabrak papa dia sampai meninggal siapa?"
Zee terkejut saat mendengar ucapan Pak Saktio, "Pa! Jangan kenceng kenceng! papa mau orang orang tau kalau putra papa ini pembunuh? Udah ah, mending aku balik ke kelas"
Pak Saktio membiarkan Zee beranjak meninggalkan ruangannya, padahal tadinya Zee sudah senang bisa leyeh leyeh diruangan sang papa tanpa harus mengikuti kegiatan belajar di kelas. Tapi, mengingat topik pembicaraan mereka yang menurutnya menjengkelkan, lebih baik Zee mendengarkan materi materi yang dijelaskan oleh guru saja walaupun sebenarnya ia tidak suka tapi masih mending daripada harus mendengarkan ucapan sang papa yang tak hentinya membahas tentang Chika.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul empat belas yang artinya bel pulang sekolah sudah saatnya berbunyi. Para siswa siswi segera berhamburan keluar dari ruang kelas dengan tas yang berada di pundak. Semua seperti tergesa gesa untuk pulang namun tidak dengan Zee dan Chika, mereka masih harus menjalankan hukuman yang tadi telah diberikan oleh pak kepala sekolah.
Saat ini keduanya sudah berada didepan toilet dengan masing masing telah membawa peralatan kebersihan, mereka didampingi oleh salah satu guru kesiswaan yang bernama Bu Anin.
"Chika, kamu bersihkan toilet perempuan, dan Zee bersihkan toilet laki laki. Kalian harus membersihkannya sampai benar benar bersih, nanti saya akan cek satu persatu pekerjaan kalian jika ada yang tidak bersih maka kalian harus mengulangnya besok!" Memang Bu Anin ini terkenal sebagai guru yang killer, cara bicaranya juga judes.
Dengan langkah gontai, Chika berjalan menuju toilet perempuan. Pikirannya sekarang tengah kacau karena hari ini juga atasannya alias papa Olla ingin bicara dengannya. Entah mimpi apa ia semalam sampai sampai hari ini harus menerima berbagai kemalangan dan semuanya berasal dari satu orang yang sama,
"Sumpah gue benci banget sama cowo brengsek itu!" Gerutu Chika dengan tangan yang bergerak maju mundur menyikat lantai toilet,
Sedang fokus menyelesaikan pekerjaannya, tiba tiba Zee datang menghampiri Chika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Fate
JugendliteraturJika takdir datang untuk membantumu, cinta akan datang menemuimu. Sedangkan kekecewaan datang tidak dimaksudkan untuk menghancurkanmu, ia datang untuk memperkuat dan memberimu ketabahan untuk mencapai takdirmu - Zee & Chika . . . . . . . . .