Marrying Fate - 11

1K 178 28
                                    

💙Marrying Fate💙
.
.
.
.
.






Chika berjalan memasuki bengkel yang sudah akrab di matanya. Bau minyak dan suara mesin yang berputar selalu menjadi ciri khas. Tempat ini sudah menjadi tempat persinggahan ternyamannya selama satu bulan ke belakang setelah rumah dan sekolah,

Namun, kali ini suasana terasa berbeda. Saat memasuki ruangan, Chika melihat Pak Berman berdiri di dekat meja kerjanya. Ada ekspresi cemas di wajahnya, yang membuat Chika merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Pak Berman, maaf terlambat, tadi saya masih ada urusan disekolah" sapa Chika dengan senyum lemah, meskipun hatinya sudah mulai curiga.

Pak Berman menoleh, wajahnya tampak tegang. "Chika, ada yang harus saya bicarakan sama kamu"

Chika merasakan ketegangan di udara. Ia pun segera mendekat, duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Pak Berman. "Ada apa ya, Pak?" Sebenarnya, Chika sudah bisa menebak apa topik pembicaraan mereka kali ini,

Pak Berman menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum berbicara. "Chika, saya sudah memikirkan ini matang-matang. Kamu tahu kan, kita udah kenal lama, dan Olla juga teman dekat kamu. Tapi, ada hal yang terpaksa harus saya sampaikan"

Chika menunggu dengan perasaan tak menentu, tetapi ia tetap mencoba tersenyum.

"Ini tentang... kerjaan kamu disini" kata Pak Berman akhirnya, suara pria itu terdengar berat. "Salah satu anak Pak Saktio melapor bahwa dia mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh kamu waktu dia datang ke sini, benar begitu?"

Chika hanya sedikit terkejut, "Pak... Saya bisa jelaskan gimana kejadiannya, saya nggak pernah melakukan apa-apa yang nggak baik di sini! Semua kerjaan pasti saya kerjakan dengan serius! Tapi untuk kasus Zee, dia itu memang punya dendam pribadi sama saya pak" jawab Chika, nadanya mulai naik.

Pak Berman mengangkat tangan, memberi tanda agar Chika tenang. "Chika, saya tahu kamu bukanlah orang yang suka menyepelekan pekerjaan, tapi masalahnya... Kamu pasti tau kan Zee itu anak siapa? Pak Saktio punya pengaruh besar. Saya tidak bisa mengabaikan laporan dia, meskipun saya tahu kamu tidak bersalah. Tapi, saya harus bertindak sesuai situasi saat ini"

Chika merasa cemas. "Jadi... maksud Bapak, saya harus berhenti kerja di sini?" tanyanya pelan, meskipun hatinya mulai terasa sesak.

Pak Berman menunduk, seakan merasa sangat berat untuk mengatakan itu. "Saya sangat menyesal, Chika. Saya nggak ingin memecat kamu. Tapi kalau saya nggak melakukan ini, bisa-bisa kita semua yang kena masalah besar. Kamu tahu kan, kalau Zee itu nggak akan segan-segan pakai kekuasaan ayahnya untuk membuat masalah lebih besar"

Chika menatap Pak Berman, kebingungannya mulai berganti dengan rasa marah yang menggelegak. "Pak Berman, saya sudah kerja keras di sini. Saya juga nggak pernah bikin masalah. Tapi sekarang hanya karena si Zee, saya harus keluar? Gimana bisa saya terima begitu saja, pak?"

Pak Berman menghela napas panjang, matanya tampak penuh penyesalan. "Saya mengerti, Chika. Ini bukan keputusan yang gampang buat saya, tapi... Saya nggak punya pilihan lain. Saya harus berhati-hati demi kelanjutan Sinambela Repair and Service kedepannya, dan ini keputusan yang sangat sulit"

Chika bisa merasakan kepedihan di suara Pak Berman, dan sejenak ia menunduk, mencerna semuanya. Tapi hati kecilnya mulai kesal dengan ketidakadilan ini.

"Pak, saya ngerti Bapak ada di posisi yang sulit, tapi saya nggak terima kalau harus berhenti gara-gara ulah Zee"

Pak Berman menggigit bibir, menahan perasaan. "Saya nggak mau kamu merasa diperlakukan tidak adil. Kalau saya bisa bantu, saya pasti akan lakukan. Tapi saat ini... Saya harus melindungi bengkel ini dan semuanya"

Marrying FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang