Elano : 13

3.8K 127 2
                                    

Dirumah besar ini, Zora dilanda rasa bosan. Ia tidak bisa bekerja dan sialnya harus terjebak dengan Elano yang terus menerus meminta hal cabul padanga.

"Ayolah kak, cuma pegang doang. Aku pengen ngerasain tangan kakak di penisku, ayolah kak" rayu Elano. Ia berbicara dengan nada merengek agar Zora memenuhi keinginannya.

"Gila lo, cabul!" Sudah kesekian kalinya Zora mengatakan hal seperti itu tetapi Elano masih terus merengek padanya.

"Kan cuma pegang, ga aku masukin kak"

"Udah gak waras lo"

Zora berjalan menuju kamarnya. Elano pun mengikutinya dari belakang. Sebelum Elano benar-benar dekat dengan pintu kamarnya, Zora langsung menutup pintu itu lalu menguncinya.

Gila, wajar saja Zora tidak menuruti keinginan bocah laki-laki itu, dipikir ia ani-ani apa? Zora tidak semurah itu! Ada gitu orang yang badanya gede malah merengek padanya dengan nada manja? Mungkin itu hanya Elano saja. Gak malu apa sama tuh badan kalau merengek terus.

Zora terus saja mengoceh tidak jelas. Dan ia juga masih mendengar suara Elano dari luar kamar ini.

Zora tidak peduli. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut dan bantal supaya bisa sedikit meredam suara Elano yang berisik.

Elano yang kesal karena Zora tidak memperdulikannya. Ia pun menendang pintu kamar gadis itu dengan sekali hentakan. Elano tersenyum saat Zora melihatnya terkejut. Ia segera membanting tubuhnya pada kasur empuk milik Zora lalu mencium dalam-dalam aroma sprei yang mengeluarkan harum tubuh gadis kesayangannya.

"Elano keluar! Tau batas ga si?!"

"Kak? Apa kau lupa kalau ini rumahku? Kakak cuma menumpang"

"Lo yang maksa ya anjing!"

"Kalo tidak dipaksa kakak tidak punya pilihan, kakak kan miskin"

Zora kesal tapi ucapan Elano ada benarnya juga. Ia hanya hidup sebatang kara dan gara-gara laki-laki ini semua perusahaan menolaknya untuk bekerja.

Kalau tidak ada Elano mungkin Zora sudah meninggal di hari-hari yang lalu karena kelaparan.

"Kak aku mau-"

Sebelum anak itu melanjutkan bicaranya. Zora menutup mulut seksi Elano dengan tangan mungilnya. Ia tidak mau menuruti keinginan gila bocah itu.

Elano tersenyum. Ia sedikit membuka mulutnya lalu menjilat telapak tangan gadisnya itu. Zora yang terkejut pun langsung menarik tangannya. Ia melongo melihat tingkah gila Elano.

"Manis, kakak habis makan coklat kan?"

Gadis itu tak menanggapi. Zora bergegas turun dari kasur tinggi itu untuk melarikan diri, namun pergerakan Elano jauh lebih cepat sehingga ia bisa meraih pinggang ramping itu untuk ia peluk dari belakang.

"Mau kemana hmm? Disini aja kak" goda Lano dengan nada nakalnya. Itu berhasil membuat Zora merinding ketakutan. Elano mode birahi lebih menakutkan dari pada mode marah.

"Apa disini panas? Kenapa aku kepanasan kak. Lihatlah keringat yang mengalir di perutku" Elano membalikkan tubuh kecil Zora supaya mata indah itu bisa melihat perutnya yang penuh otot karena ia latih setiap hari.

"Pakai bajumu!" Zora tidak paham sejak kapan anak ini telanjang dada? Padahal tadi masih lengkap menggunakan kaos hitamnya.

Elano menatap gadisnya sayu. Alisnya sedikit menyatu dengan mulut yang sedikit terbuka. Ia juga mengeluarkan sedikit suara desahan yang hanya bisa didengar oleh Zora saja.

Laki-laki itu menarik tangan Zora ke arah perutnya meskipun ada penolakan dari gadis itu. Ia menggerakkan tangan lentik itu ke atas dan ke bawah mengelus sixpack nya.

Elano mendesah karena geli, sedangkan Zora tetap ingin melepaskan diri. Tangannya kini sudah tidak suci lagi.

Karena terlalu terbawa suasana. Tangan Elano mulai nakal. Ia mengarahkan tangan Zora pada benjolan dibawah perut itu yang masih terbalut celana pendek yang tipis.

"Ahh... Zorahh..." Desah Elano.

"Lepasin anjing!" Maki Zora. Tenaga laki-laki ini sangat kuat. Elano bahkan sama sekali tidak bergerak saat ia menarik tangannya. Padahal laki-laki itu memegangnya hanya menggunakan satu tangan saja.

Elano menutupi mulutnya. Ia tersenyum senang lalu menarik Zora kedalam pelukannya. Posisi mereka masih terduduk diatas kasur. Tetapi karena Lano yang menariknya terlalu kencang, Zora sampai terangkat hingga ia duduk diatas pangkuan laki-laki itu.

"Fucking crazy your stupid! Let me go!" Zora berkali-kali memaki Elano. Ia sangat takut.

"No baby... Biarkan aku menanam benihku dulu disini" Elano mengelus perut rata Zora dibalik kaos polos itu. Sambil tersenyum menyeringai Elano mendorong kepala Zora supaya bibir mereka menyatu.

Elano pun langsung melumat bibir kecil itu lama. Zora sedikit memberontak tetapi lama-kelamaan ia merasa terbuai akan ciuman Lano.

"Yes, like that dear" ucap Lano disela-sela lumatan mereka. Beberapa detik kemudian Lano sengaja diam. Ia tidak menggerakkan bibirnya, namun Zora masih menggeraksn bibir kecil itu. Itu artinya Zora suka ciumannya.

Lima menit mereka berciuman Lano melepaskan tautan itu. Zora segera menghirup udara dengan rakus karena ia merasa paru-parunya kering sekarang.

Saat Zora membuka mulutnya untuk mengambil udara. Ibu jari Lano mengusap pelan bibir bagian bawah Zora. Terlihat bibir itu sedikit membengkak karena Elano berkali-kali menggigitnya.

Elano menatap gadisnya penuh nafsu. Ia memasukan ibu jarinya ke dalam mulut gadis itu perlahan.

"Hisaplah" perintah Lano.

Zora hanya menatapnya. Ia pun menurut lalu menghisap ibu jari laki-laki itu bagaikan bayi yang menghisap jempolnya.

Elano menikmati gerakan lidah gadis itu. Tangan satunya lagi ia letakan pada paha Zora yang celananya tersingkap sedikit.

Perlahan tangan Lano naik ketas. Ke dalam celana Zora yang oversize dan berbahan tipis itu. Ketika ia menyentuh bibir vagina yang masih tertutupi kain lagi, Zora menghentikan tangannya.

Gadis itu menyingkirkan ibu jari Elano yang masih berada didalam mulutnya yang membuat sedikit air liurnya jatuh ke bajunya.

Zora menggeleng, Elano merespon dengan menaikkan satu alisnya. Ia tidak mengerti maksud dari gadis itu.

"Jangan" ucap Zora dengan air matanya yang keluar. Ia menunduk, menangis.

Meskipun kecewa karena tadi hampir saja. Elano memeluk gadisnya itu. Menenangkannya dengan mengusap-usap punggung bagian belakang.

"Maafin Lano, tadi kelepasan" ucapnya.

Zora mengangguk. Kepalanya dibenamkan oleh Lano di dada laki-laki itu. Zora hanya bisa menutupi wajahnya. Ia malu. Bagaimana bisa dirinya juga ikut terbuai akan permainan Elano? Zora bodoh tapi Zora suka ciuman dari Elano.

Hampir saja dirinya kehilangan mahkota berharga yang sudah lama ia jaga. Hanya karena ciuman itu Zora hampir saja tidak perawan. Untungnya kesadarannya kembali muncul sehingga ia bisa menghentikan hasutan setan diruangan ini.

Seseorang tolong bawa Zora. Bawa dirinya menghilang dari pandangan Elano. Ia sangat malu. Dirinya yang menolak tetapi dirinya juga yang terbuai. Zora sungguh tidak bisa melihat wajah Elano lagi sekarang. Pasti bocah itu akan selalu mengejeknya tentang hal ini.

.
.
Next..

Elano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang