Keseharian Elio bersama keluarga posesifnya.
.
.
.
Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu.
"MINGGIR! MINGGIR LIO TAMPAN MAU LEWAT!" - Elio
"Kemari, Elio Riley Sergeyev." - Baron
"Lio sayangnya mommy."...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat malam╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・
Selamat malsab~
enjoy~
.
.
.
Saat merajuk Elio pasti tidak akan melepaskan diri dari sang kakak sulung, seperti sekarang bayi kucing itu terlihat sedang digendong piggyback oleh Eiser seperti anakan monyet yang bergantung pada induknya.
Walau tadi sudah terlihat seperti tidak marah lagi nyatanya si kecil masih sedikit kesal sehingga memutuskan untuk tidak sekolah padahal ia sudah mengenakan seragam sekolah lengkap dan tinggal pergi saja.
Elio dengan pikiran liciknya mengancam semua anggota keluarganya yaitu jika ingin dimaafkan maka ia harus diberi izin untuk tidak masuk sekolah.
Permintaan itu disanggupi oleh Baron dan Irene, tidak masalah jika tidak masuk sekolah satu hari saja daripada harus didiamkan berhari-hari oleh bayi kucing kesayangan mereka.
Saat ini kedua bersaudara itu baru saja tiba di perusahaan milik Eiser dan tadi begitu turun dari mobil Elio langsung bersorak minta digendong, Eiser tentu dengan senang hati menggendong sang adik
Siapa yang tahu jika si sulung ini adalah bucin nomor satu si bungsu, di balik wajahnya yang datar ada hati yang selalu berbunga-bunga saat berdekatan dengan bayi kucingnya.
Sstt ini rahasia, cukup Eiser saja yang tahu, Elio jangan nanti si kecil semakin besar kepala dengan hidung yang kembang-kempis merasa narsis.
"Kakak."
"Hm, kitten?"
"Lio masih ngambek."
Eiser mengangguk, "Lalu?"
"Biar Lio ga ngambek lagi, kakak harus turutin semua permintaan Lio."
"Jika tidak melewati aturan kakak tentu mengabulkannya."
"Aturan teruuuss! Lio males deh dengernya!" ucap Elio sambil mendengus kesal, kenapa semuanya hanya tentang peraturan-peraturan dan peraturan?!
"Turuti atau tidak sama sekali." Titah Eiser membuat sang adik mau tidak mau mengganggu namun bukan Elio namanya jika tidak bertingkah.
"Iyain aja deh, nanti buat makan siang Lio mau mam pedas level 50~"
Permintaan sang adik yang diucapkan dengan nada santai itu sukses membuat mata Eiser melebar dengan sudut bibir berkedut.
"Tidak." jawab Eiser tanpa berpikir panjang karena memang tidak ada jawaban lain selain kata tidak.
"Jangan pelit-pelit dong kakak tampan, awas ntar jodohnya nyangkut di DC Cakung!"