"Sejak kapan lo follow akun IG Laura?""Hah?"
"Lo follow Laura sejak kapan, setau gue kalian gak saling kenal untuk saling follow atau gue yang gak tau?"
Binar menghentikan kegiatannya menyantap bekal buatan bu Dewi yang dibawa Raga untuknya. Binar menoleh kearah Raga, mencoba mencerna pertanyaan Raga tadi mengenai Laura gebetan baru Raga. Binar merasa tidak memiliki kenalan bernama Laura, ia juga baru tau nama gebetan baru Raga setelah tidak sengaja dispill oleh cowok itu sendiri beberapa hari lalu. Tapi, Binar sama sekali tidak mengenal siapa gebetan Raga tersebut, apalagi sampai mereka harus saling follow di IG. Sejauh ini Binar hanya memfollow orang yang pernah berinteraksi dengannya secara langsung.
"Lo follow buat stalker akun dia?" Tanya Raga penuh curiga.
"Gue gak punya waktu buat hal-hal gak penting!" Sinis Binar.
"Tapi lo terbukti ngefollow gebetan gue, Binara!" Raga menunjukan tampilan layar HP kearah Binar dan memperlihatkan salah satu akun yang memang Binar follow. Binar merampas HP yang memang miliknya dari tangan Raga. Sejak tadi cowok itu sibuk memainkan HP milik Binar. Kebiasaan yang Raga lakukan jika sedang bersama Binar sejak dulu.
"Ayu?" Tanya Binar membuat Raga mengerutkan keningnya bingung mendengar nama yang Binar sebutkan.
"Ayu siapa? Gebetan gue Laura bukan Ayu." Sahut Raga.
"Astaga, namanya itu Laura Ayunda, gue sih kenalnya nama dia Ayu." Ucap Binar, memperlihatkan nama dari akun IG itu.
"Oke Ayu, lo kenal sama dia? kok gue gak pernah tau sebelumnya kalau lo sama Laura saling kenal." Ucap Raga.
"Siapa yang gak kenal sama Ayu? Kita cuma saling kenal, karna satu tingkat di bawah kita. Dia pernah satu acara gitu sama Bella, gue kenal Ayu juga lewat Bella juga." Jelas Binar.
"Menurut lo gimana?" Tanya Raga.
"Apanya?"
"Laur maksud gue Ayu, menurut lo anaknya gimana?" Tanya Raga lagi.
"Dia cantik, sejauh yang gue tau anaknya baik." Binar menjelaskan, Raga tersenyum mendengarnya.
"Menurut lo gue bakal cocok gak sama dia?" Tanya Raga lagi. Binar terdiam, ia merasakan ada perasaan yang tidak nyaman saat Raga menanyakan hal itu. Entah kenapa kali ini berbeda, sebelum-sebelumnya Binar biasa saja saat Raga menyebutkan nama gebetannya.
"Dalam artian?"
"Kalau gue pacaran sama dia. Menurut lo gimana?" Ucap Raga, Binar terdiam beberapa saat.
"Kenapa lo peduli sama pendapat gue? Sebelumnya lo tabrak-tabrak aja bahkan setalag gue nilai jelek gebetan lo." Ucap Binar menatap Raga.
"Yang ini beda, gue mau kedepannya akur hidup berdampingan. Jadi gimana, Laura cocok gak sama gue?" Tanya Raga lagi.
Binar diam dan menatap Raga dalam, Raga nampak memang sedang jatuh cinta kepada sosok Laura.
"Hmmm." Binar hanya menjawab singkat sambil mengangguk, ia nyaris tidak bisa berkata-kata lagi saat mendapati fakta kalau raut wajah Raga saat ini sama persis dengan raut Raga diawal ia mendekati Binar.
"Harusnya kali ini udah gak salah pilih ya, Bi. Gue ngerasa, Laura benar-benar type yang gue cari banget selama ini." Jelas Raga, Binar masih tetap diam. Nasi goreng dihadapannya sudah tidak sanggup ia lanjutkan untuk memakannya. Ucapan Raga sedikit melukai Binar, apakah sebelumnya Binar juga bagian dari salah pilih yang Raga maksud?
"Lo kenal Laura dari mana?" Binar mencoba bertanya, ia berusaha keras menetralkan persaannya, termasuk suaranya yang nyaris bergetar.
"Gue gak sengaja nabrak mobilnya beberapa minggu lalu, Bi. Cuma kecelakaan kecil, tapi ya tetap aja gue harus tanggung jawab, tapi dia terus-terusan nolak buat gue ganti rugi. Tapi setelah gue paksa ya akhirnya mau juga. Udah macam FTV jadul gitulah." Jelas Raga bersemangat.
"Lucu banget." Komentar Binar.
"Pertama kali gue ajak dia keluar, terus gue boncengin pake vespa butut, gue pikir dia bakal ilfil ke gue gitu kan. Ternyata gak sama sekali. Dia mau gue boncengin naik vespa, tanpa mengeluh panas atau takut rambutnya lepek. Manis banget kan, Bi. Dia kalau ngomong itu lembut banget, gue gak pernah ketemu cewek semanis dan segemes ini sebelumnya. Pokoknya dia type gue banget, Bi." Jelas Raga dengan senang, Binar bisa melihat kalau Raga benar-benar salting saat menceritakannya.
Mungkin Raga lupa dengan banyaknya moment gemesnya bersama Binar. Selama bertahun-tahun Binar juga tidak pernah mengeluh diboncengin naik vespa tua Raga. Mungkin Raga lupa atau semua waktu bersama Binar tidak semenyenangkan itu.
"Jadi udah sejauh mana progresnya?" Tanya Binar.
"Sebulan ini kita sudah beberapa kali jalan."
"Sebulan PDKT kayaknya kelamaan deh buat lo, iya gak sih?"
"Kan gue bilang Laura ini type gue banget, gue gak mau gegabah ambil pergerakan. Gue mau menikmati setiap moment PDKT kita." Ucap Raga.
"Gak takut diembat yang lain?" Tanya Binar.
"Nah itu dia, gue yakin yang ngedeketin cewek macam Laura gak cuma gue doang. Malam minggu ini rencannya gue mau menyatakan perasaan, gue beneran takut keduluan yang lain hehe." Raga kembali menjelaskannnya sambil malu-malu.
"Semoga berhasil ya, Ga." Ucap Binar, ia tersenyum sambil menutup kotak bekalnya. Selera makannya sudah benar-benar hilang seketika.
"Kok gak diabisin?" Tanya Raga, karna biasanya bekal buatan bu Dewi yang Raga bawa selalu dihabisin tanpa sisa oleh Binar.
"Tadi udah sarapan dibuatin mbok, nanti gue lanjut buat makan siang." Jawab Binar.
"Yaudah."
"Kayanya gue harus cepat-cepat cari pacar gak sih Ga? Kalau lo sama Ayu jadian, takutnya dia akan salah paham sama kita, kalau gue tetap nebeng sama lo." Ucap Binar, dan Raga terlihat mengerutkan keningnya, seakan tidak setuju dengan apa Binar ucapkan, "Menurut lo, gimana dengan Abyan?" Tanya Binar setelahnya.
"BIG NO, untuk Abyan."
"Kenapa?" Tanya Binar.
"Masa setelah gue ke Abyan?"
"Kenapa?"
"Lo mau orang-orang ngira lo udah digilir segroup gue?" Ucap Raga, Binar diam. "Lo gak harus punya pacar, masih ada Bella, Saba atau Calvin yang masih bisa ditebengin, gue juga masih aman-aman aja." Ucap Raga.
"Gue gak mau deh jadi alasan lo sama cewek tengkar."
"Gue bakal kasih Laura pengertian soal hubungan kita saat ini."
"Gak semua perempuan mau cowoknya punya temen cewek, apalagi temen ceweknya ini dulunya mantan cowoknya kan?"
"Gak ada yang salah dari hubungan pertemanan cowok dan cewek, dan juga wajar-wajar aja kalau temenan setelah putus." Ucap Raga. Binar memilih diam, ia menarik nafas panjang.
"Iya, tapi gak semua perempuan bisa terima itu, Ragana."
"Ya ampun Nar, kok jadi drama gini sih. Lagian belum tentu perasaan ini diterima Laura, walaupun gue 90 persen yakin bakal diterima." Ucap Raga dengan percaya diri, dan semakin membuat Binar Muak.
Kalian bisa baca versi lengkapnya di Karyakarsa ya•