⚠ TW! Suicide
¯ Klandestin ¯
Kakinya melangkah pelan. Menutup pintu perlahan, seakan tak ingin membangunkan tubuh yang terlelap—tepatnya belum sadarkan diri di kamar serba putih itu.
Untuk pertama kalinya, Asa memberanikan diri untuk menatap langsung kondisi sang korban. Bunyi monitor menjadi lagu teror dan deru napas yang tersendat membuatnya tercekat. Tangannya bergerak pelan menyentuh pipi dingin yang dihiasi goresan yang mulai menghitam.
"M-maaf..."
Tercekat.
Sebelah tangannya yang berbalut perban terangkat memukul dadanya yang terasa begitu sesak. Lututnya gemetar tak mampu menopang tubuh kurusnya. Semesta seakan memang memaksanya untuk berlutut, tak ada kekuatan tersisa di tubuh bagian bawahnya. Tangannya jatuh hingga menyentuh tangan gadis yang terbaring lemah itu dan menggenggamnya begitu erat. Mengingat perkataan perawat yang mengantarnya tadi.
Bukankah seharusnya ia yang lebih menderita?
Kenapa malah gadis ini menganggung akibat dari perbuatannya?
Kepalanya menunduk dengan tangan yang masih setia menggenggam sembari terus memanjatkan doa dengan putus asa. Kini Asa mengerti, mengapa orang-orang bilang jika rumah sakit lebih banyak mendengar doa-doa tulus daripada tempat ibadah manapun. Karena kini ia adalah salah satu pelantunnya.
Asa mengangkat kepalanya,
Apakah ia sedang berhalusinasi?
Padahal menurut perkiraannya, obat bius di tubuhnya seharusnya sudah berakhir. Jadi seharusnya ia tak mengalami gejala halusinasi sekarang. Ia terus menatap jemari di genggamannya, hingga--
"Ibu..."
Asa tersentak. Rasa takut kembali menjalari sekujur tubuhnya, menghantarkan rasa tak nyaman di ruang hatinya. Apalagi setelah suara serak dan lirih mengalun di telinganya. Genggaman keduanya terlepas kasar. Tubuhnya gemetar membuat kakinya melangkah kembali ke pintu tanpa diperintah.
Ruangan yang tadinya begitu terang kini berubah gelap.
Asa mendapati dirinya terjebak di ruang kosong yang begitu gelap. Lampu hanya menyorot dirinya, seakan dirinya kini tengah dipertontonkan di depan banyak pasang mata. Kakinya berlarian tak tentu arah.
Kenapa tak ada pintu keluar?
Tolong, Asa sangat takut.
Hingga ia merasakan seseorang menyentuh pundaknya. Begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin | Asa X Rora
FanficKlandestin. (adj) Veiled in secrecy; Hidden beneath the surface. ⚠ This story contains gxg, if you're uncomfortable, please stay away. Start: 27 September 2024 End: - ©Aiileeee, 2024