Chapter 9

258 49 21
                                    

Boboiboy Fanfiction

© Boboiboy | Animosta Studio

Note : perlu diingat jika ini hanya karangan semata dan penulis tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini

..

..

Entah untuk keberapa kalinya hari itu Gempa ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Bisa-bisanya dia, pemuda dewasa berusia 24 tahun, malah ketiduran di lantai kamar kakaknya! Terlebih saat dia bangun pagi ini, Taufan sudah mencuci peralatan makan dan pakaian yang tak sempat Gempa cuci semalam juga tengah menjemur pakaian. Astaga, bahkan Taufan membuat sarapan untuk mereka! Walau nasi gorengnya sedikit asin. Gempa belum pernah merasa semalu ini karena bangun terlambat! Padahal dia yang selama ini mengurus semuanya, dia juga sudah terbiasa tidak tidur dan pergi ke kampus pada masa kuliahnya. Mungkin dia menjadi terlalu nyaman saat berada di kamar Taufan. Lagipula kamar kakanya memang sangat nyaman.

Gempa tersenyum tanpa sadar saat mengingat kehangatan di kamar milik kakaknya. Selimut yang membungkus dirinya semalam dan tubuh hangat yang memeluknya. Eh? Tunggu. Gempa memang tidak begitu mengingatnya, tetapi seperti samar-samar dia yakin memeluk seseorang semalam.

Astaga! Jangan bilang Taufan juga ikut tidur di lantai bersamanya! Padahal kakaknya itu begitu mudah masuk angin. Taufan memang suka tidur di lantai, tetapi Gempa hanya mengijinkan dia tidur di lantai ruang tamu karena disana terdapat permadani yang cukup tebal. Sementara di kamar Taufan tidak ada permadani dan lantai akan menjadi dingin saat malam. Semoga saja Taufan tidak masuk angin karena tidur bersamanya di lantai.

Disaat dirinya tengah kalut memikirkan tentang Taufan dan ketidakbecusannya pagi ini, tiba-tiba saja Gempa merasakan sesuatu yang dingin menempel di pipinya. Membuatnya berteriak tanpa sadar. Rupanya itu kaleng minuman yang ditempelkan pada wajahnya. Sang pelaku malah tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah.

"Apa kau baru dicampakkan oleh kekasihmu?"

Gempa memutar matanya, "Kau tau aku tidak memilikinya."

"Benar. Salahku mengira kau akhirnya akan mencari pasangan."

Gempa tak tau apakah dia harus merasa tersinggung atau bagaimana mendengar perkataan itu.

"Jadi, apa yang membuatmu terlihat kusut seperti ini?"

"Ini tentang kakakku."

"Tunggu, kakak yang mana? Kau punya dua kakak."

Gempa telah melupakan betapa menyebalkan temannya ini. Mungkin karena sudah lama mereka tidak bertemu yang membuat dia lupa dengan sifat temannya. Dia hanya dapat menghela nafas, membuka kaleng minuman yang tadi di tempelkan pada wajahnya.

"Kak Taufan."

"Oh, Taufan. Bagaimana kabarnya? Terakhir kali aku dengar dia masuk rumah sakit."

"Itu 'kan sudah 6 bulan yang lalu, dia baik-baik saja sekarang."

"Lalu kenapa dengannya sampai kau terlihat masam?"

"Aku membuatnya bekerja pagi ini karena aku ketiduran."

Ekspresi yang dipasang temannya terlihat biasa saja, dia tidak terkejut atau merasa aneh dengan hal itu, "Masalahnya dimana? Aku selalu membuat Abangku bekerja di pagi hari."

"Kau tidak mengerti, Fang. Kak Taufan itu tidak seharusnya bekerja keras macam itu. Dia mencuci piring, mencuci pakaian, membuat sarapan, bahkan sebelum aku pergi pagi ini dia sedang membersihkan rumah!"

Menari dengan KataWhere stories live. Discover now