Chapter 6

225 36 8
                                    

Boboiboy Fanfiction

© Boboiboy | Animosta Studio

Note : perlu diingat jika ini hanya karangan semata dan penulis tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini

.

.

"Aku tidak meminta kakak untuk menyukai kak Taufan, tetapi bisakah kakak mulai mengurangi kebencian itu? Bukankah kak Taufan tidak pantas menerima kebencian dari kita?"

Gempa memperhatikan saat Halilintar hanya bisa diam, menunduk menatap kertas-kertas di tangannya tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun. Merasa tak ada lagi yang harus dikatakan, Gempa membuka pintu dan mengatakan pada Halilintar jika dia harus segera kembali ke sisi Taufan. Sebelum dia keluar dari kamar, dia yakin mendengar Halilintar membisikkan sesuatu, tetapi mungkin itu hanya halusinasinya. Karena rasanya mustahil mendengar Halilintar berkata jika dirinya tidak pernah membenci Taufan disaat sikapnya menunjukkan hal yang sebaliknya.

Saat Gempa kembali ke tempat Taufan, kakaknya itu telah menyelesaikan rubiknya dan kini disibukkan dengan benda berbentuk dua gelang besi yang saling menyatu. Gempa mengenali benda tersebut sebagai salah satu puzzle IQ milik adik bungsu mereka, Solar. Kali ini bukan hanya Duri yang duduk di sisi Taufan, tetapi juga saudara bungsu mereka, Solar, ikut duduk di sisi Taufan sembari mengamati Taufan mengutak-atik benda di tangannya.

Ketiganya terlihat sangat serius, membuat Gempa tak ingin menganggu mereka. Dia juga merasa pemandangan yang mereka hasilkan begitu lucu, karena itu dia mengambil ponselnya dan memotret ketiganya. Kapan lagi melihat Taufan berada di dekat saudara-saudara mereka tanpa ketakutan atau merasa canggung?

Saat ketika Taufan berhasil memisahkan kedua gelang tersebut, Solar nampak tidak bisa menerimanya dan mulai menantang Taufan untuk menyelesaikan puzzle yang jauh lebih sulit. Sayangnya, tantangan dari Solar malah membuat ketidaknyamanan Taufan mulai kembali dan dia menjadi ragu-ragu. Seolah dia khawatir telah membuat Solar kesal padanya, padahal Gempa tau jika adik bungsu mereka hanya merasa tertantang karena Taufan berhasil menyelesaikan mainan kesukaannya. Hal ini karena belum ada yang bisa menyelesaikan mainan kesukaan Solar begitu cepat selain dirinya sendiri. Dan sekarang dia mengetahui jika kakak keduanya ternyata mampu melakukannya jauh lebih cepat dibanding dia, jelas membuat sifat kompetitif dalam dirinya bangkit.

Walau sebenarnya akan menyenangkan untuk melihat Taufan menyelesaikan mainan lain dari Solar, tetapi mungkin dia harus menghentikannya disini mengingat ketidaknyaman yang Taufan rasakan.

"Aku rasa kak Taufan akan melakukannya saat dia datang ke rumah Ayah dan Ibu, tetapi untuk sekarang lebih baik membiarkannya istirahat." Gempa berkata, mengalihkan perhatian ketiga saudaranya. Begitu melihat dirinya, wajah Taufan menjadi cerah. Dia mengembalikan dua gelang besi tersebut pada Solar dan mengambil rubik yang telah diselesaikannya.

"Lihatkan! Aku berhasil menyelesaikannya!" Kata Taufan. Dia begitu bersemangat untuk memamerkan hasil kerja kerasnya pada Gempa. Seperti seorang anak yang ingin menunjukkan apa yang mereka lakukan pada orang tua mereka. Gempa mengacak-acak rambut Taufan—tangannya dipukul oleh Taufan karena ini—sambil tertawa. Memuji Taufan karena bisa menyelesaikannya tanpa bantuan. Dengan pujiannya, Taufan mulai bersolek dengan bangga.

Senang melihat Taufan menjadi semangat seperti ini. Dia memilih untuk mengabaikan tatapan aneh yang dilayangkan oleh kedua adiknya dan memilih fokus pada Taufan seorang. Duri tersenyum penuh makna padanya, sementara Solar melihatnya dengan kebingungan juga rasa bersalah yang Gempa tak tau mengapa. Gempa tak tau apa yang kedua adik mereka pikirkan, dia hanya berharap mereka tidak lagi menganggap Taufan sebagai seseorang yang pantas untuk dibenci.

Menari dengan KataWhere stories live. Discover now