15. Cukup

396 92 20
                                    

**

"Erine?"
kata yg singkat bahkan nyaris tak terdengar itu menyatu terbawa angin.

Gadis bergaun emas tersebut berbalik dan bergegas pergi meninggalkan jalannya acara. Lana sempat menahannya tapi erine tak menggubris. Ia tak bisa berdiam lebih lama lagi.

sakit.
sungguh, ini sangat menyakitkan.

"Erine tunggu!"
Ujar oline, ia meletakkan cincin yg di pegangnya disembarang tempat.
Hal itu menarik atensi semua tamu undangan yg hadir, bagaimana tidak saat ini oline adalah pusat perhatian di atas stage. Andrew juga sempat mencengkram pergelangan tangannya, namun dengan sekuat tenaga oline menghempaskannya, ia tak mau kehilangan jejak erine.

Oline berlari meninggalkan acara, menciptakan kegaduhan yg dihasilkan oleh orang-orang disana. Sudahlah, oline tak peduli apapun. Tujuannya saat ini hanyalah erine.

"OLINE!" Teriak Indah yg tak menyangka dengan kelakuan anaknya itu. Daddy dengan cepat merangkulnya.

"Calmez-vous d'abord. Je dirai à quelqu'un de le poursuivre"
(Kamu tenang dulu, biar saya menyuruh orang untuk mengejarnya)

Sedangkan Andrew masih mematung ditempatnya, ia menggertakkan geraham seraya mengepalkan tangannya dengan kuat, urat-urat yang tercetak jelas terlihat mengeras.

Terdengar riuhnya orang-orang yang saling berbisik satu sama lain menyaksikan kejadian yg tak terduga ini.





Sementara itu erine terus berlari tanpa arah, pandangannya kabur akibat genangan di pelupuk matanya. Erine melepaskan heels yang dipakai lalu menentengnya.

Makin lama langkahnya semakin terasa berat, erine kini telah berada di ujung batas pagar sungai Seine. Ia menjatuhkan high heels itu.
Tangannya beralih menumpu pada tembok pembatas setinggi pinggang.

Tubuhnya bergetar hebat dengan kedua bahu yg naik turun. Air mata tiada henti membanjiri pipi mulusnya.
Erine menangkup wajahnya kemudian menyisir kasar rambut panjangnya kebelakang.

Apa yang baru saja ia saksikan secara langsung didepan matanya benar-benar membuat hatinya terluka.

Lo jahat oline...
lo jahat...

"GUE BENCI SAMA LO!!" Teriakannya melayang tertiup desiran angin menuju arus sungai yang kini riaknya kian deras.

Tangisnya begitu pecah, erine tidak peduli dengan keadaannya yg berantakan malam ini. Ia terlanjur menangis tersedu-sedu.

Tanpa ia sadari, dibelakangnya sudah ada oline yang berdiri terpaku memandangi punggung gadisnya ini.

Jauh di perlintasan sana bisa terlihat Eiffel Tower yang menyala keemasan senada dengan baju yg erine kenakan. Permukaan air sungai melukiskan warna-warna lampu kota yang nampak kelap kelip.

Oline tahu erine tengah menangis saat ini. Dan itu adalah hal yg paling tidak ia sukai. Lagi dan lagi, ialah penyebab jatuhnya air mata itu.

Dengan mata yg berkaca-kaca, oline berjalan gontai perlahan. Menghampiri perempuan yg amat dicintainya.

Ketika ia sudah berada tepat dibelakang erine, oline terdiam selama beberapa saat. Isakan tangis yang tercipta dari mulut erine membuat tubuhnya semakin kaku. Dadanya kembali sesak. Oline mengambil udara sebanyak mungkin untuk memasok paru-parunya yg menyempit.

Sun! -orine (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang