**
Ditemani angin malam yg berhembus dingin, oline berjalan menelusuri tepian sungai Seine. Langkahnya semakin terasa berat ketika satu-persatu bayangan momen dirinya bersama erine mulai bermunculan.
Gadis dengan senyuman disertai matanya yg menyipit berlari kecil didepannya, rambut panjangnya yg tergerai amat mempesona. Tatapannya yg penuh rasa penasaran dan antusias membuat wanita lain yg lebih tinggi darinya itu tak dapat menghentikan senyuman lebarnya, iya wanita itu adalah dirinya sendiri.
Tepat di jembatan ini, malam itu kedua pasangan kekasih saling menebarkan kehangatan satu sama lain. Alangkah bahagianya jika kesempatan itu bisa berlangsung selamanya. Oline tidak mau memudarkan senyuman manis erine yg terpancar dengan tulus padanya. Andai saja ia bisa memutar kembali waktu, oline tidak akan memilih jalan ini, pilihan yang berujung pada kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Oline merasa sangat dicintai oleh gadis itu. Sun dan erine, adalah dua sosok dalam satu raga yg sama, yang saat itu berhasil menghidupkan kehampaan yg dirinya alami. Meski beberapa kali oline sudah membuatnya kecewa, erine tetap setia dan menerimanya.
Lo bodoh caroline!
Lo udah sia-sia in cewek sebaik dan setulus dia.Bener apa yang dibilang Lana, Lo itu pecundang!
Lo bahkan gak akuin erine sebagai pacar lo di depan orang-orang.
Lo harusnya bangga punya erine dalam hidup lo.Maaf erine, gue terlalu egois dan naif...
Oline menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya. Entahlah ia tak bisa menghitung sudah berapa kali dirinya menangis hari ini. Memikirkan erine selalu membuat hatinya ikut tergores.
Oline mempercepat langkahnya, ia harus segera menemui erine.
Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit akhirnya oline sampai di rumah sakit.
Jujur saja ia ragu untuk masuk ke ruangan ini. Apalagi setelah perdebatan tadi siang dengan Lana.
Ketika membuka pintu, oline menghembuskan nafas lega. Tidak ada lana disana, hanya ada regie yang tengah tertidur di sofa. Nampaknya gadis itu kelelahan.
Tanpa berniat untuk membangunkan regie, oline perlahan menghampiri erine yg masih menutup matanya dengan tenang. Seberapa dosis obat yg dokter berikan sampai erine begitu terlelap dalam tidurnya?
Oline duduk di samping ranjang, ia meraih jemari erine. oline merapatkan bibirnya, sungguh ia tak mau jika harus menangis lagi. Dikecupnya kening erine dengan pelan.
"Eyin sayang.. oyin minta maaf ya.
Apapun yg udah eyin denger, oyin harap eyin bisa memfilternya"Oline menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.
"Iya, selama tiga tahun kemarin, aku ingkar dari janji aku sendiri. Aku- aku emang pacaran sama andrew. Tapi itu bukan kemauanku erine.. aku terpaksa. Seperti yg udah aku jelasin ke kamu, semua yg aku lakuin cuma demi mommy.Aku juga udah putus dari dia, tepat dua minggu sampai akhirnya kita dipertemukan lagi. Aku serius sama omonganku kali ini, aku mau lanjutin perjalanan kita. aku mau memperbaiki semuanya sama kamu. aku gak mau kehilangan kamu lagi, eyin. Aku janji, aku gak akan pernah lepasin kamu. Abis ini, ayo kita pergi sama-sama, ayo kita susun lagi rencana-rencana indah kita itu. Bukan lagi di Paris. Dan cuma ada kita berdua" lirih oline, ia menelungkupkan wajahnya pada punggung tangan erine yg sedari tadi digenggamnya.
Oline mengecup jemari lentik itu beberapa kali, berharap apa yg telah diucapkannya dapat tersampaikan pada erine. Oline tentu akan mengatakan ini lagi secara langsung nanti saat erine sudah tersadar. Tapi untuk sekarang ia hanya ingin merasa lega saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun! -orine (SEASON 2)
Romance⚠️gxg⚠️ Cerita sekuel lanjutan dari Sun! -orine Pertemuan di Paris kembali menghidupkan memori yang dulu sempat hilang begitu saja. Benar kata oline, bumi akan terus mengorbit mengitari matahari. Kedua hal itu tak dapat terpisahkan. Seperti halnya i...