16.

41 10 3
                                    

Beberapa hari yang lalu, seseorang memberikannya sebuah amplop dan Harvor belum membukanya karena lupa. Ia terlalu sibuk dengan Noara juga pekerjaannya, hingga melupakan keberadaan amplop tersebut.

Kini amplop itu terasa berat di tangan Harvor meskipun tampak kosong, seolah ada beban yang lebih dari sekadar kertas di dalamnya.

Tangan Harvor terulur tanpa sadar, menarik ujung amplop tersebut dan mulai membukanya dengan hati-hati. Setelah membuka ujungnya, ia menarik keluar beberapa lembar foto yang terlipat rapi di dalamnya.

Tanpa sadar, jantungnya mulai berdetak lebih cepat, kala melihat foto-foto yang ada di dalamnya.

Foto pertama menunjukkan seorang wanita terbaring di sebuah ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi, seolah-olah kehilangan nyawa. Kulitnya yang pucat tampak hampir transparan di bawah pencahayaan lampu rumah sakit yang dingin. Mata perempuan itu terpejam rapat, tubuhnya dibalut dengan selimut tipis, dan beberapa alat medis menempel di tubuhnya, menandakan bahwa mungkin perempuan itu dalam keadaan koma atau semacamnya.

Harvor mengenal perempuan itu dengan sangat jelas, perempuan di dalam itu adalah Halvet, mantan kekasih sekaligus mantan tunangannya. Perempuan yang yang telah menghilang tanpa jejak, perempuan yang selama ini ia cari.

Lalu foto kedua, ketiga, dan keempat adalah gambar-gambar lain dengan sudut yang berbeda. Semua lembar foto itu menunjukkan Halvet dalam keadaan tak sadarkan diri dengan alat-alat medis yang menggantung di sekitarnya.

Tiap lembar foto itu membuatnya sangat sesak, seperti ada sebuah pukulan keras yang menghimpit dadanya.

Sungguh, benarkah itu Halvet? Perempuan yang selama ini ia cari keberadaannya? Ada ketidakpercayaan dalam hati Harvor, namun juga secerah harapan yang berharap bahwa perempuan itu memang Halvet yang selama ini ia cari.

Melihat keadaanya membuat hatinya sakit, tetapi di satu sisi ia merasa senang jika memang Halvet masih hidup.

Selama ini tidak ada yang percaya akan keberadaan perempuan itu dan menganggap Harvor hanya berhalusinasi, lihatlah sekarang? Halvet memang nyata.

Tangan Harvor kembali merogoh amplop dengan perasaan bercampur aduk, berharap ada petunjuk lain di dalamnya. Benar saja, terdapat selembar kertas kecil yang terlipat rapi.

Bola matanya bergerak gelisah membaca setiap kalimat yang tertulis dengan tinta hitam tebal.

Kau mencarinya, Harvor?
Bukankah kau mencarinya selama ini?

Di kalimat itu, ada sebuah kalimat tambahan, yang membuatnya paham ke mana arah dan tujuan amplop itu dikirimkan kepadanya.

Masih ada banyak foto yang bisa aku kirimkan kepadamu, kau mau melihatnya? Pasti kau sangat merindukannya.

Harvor tidak bisa bergerak, matanya hanya terfokus pada kata-kata itu, jantungnya hampir berhenti berdetak. Seketika wajah Halvet, perempuan yang pernah dia cintai terbayang jelas di dalam benaknya.

Berbagai pertanyaan kerap menghiasi kepala Harvor, seperti mengapa Halvet bisa berada di rumah sakit, dalam keadaan seperti itu? Apa yang terjadi padanya selama ini?

Dan yang paling mengusiknya adalah, siapa yang mengirimkan foto-foto ini kepadanya dan apa tujuannya?

Harvor menatap foto-foto itu dengan perasaan yang campur aduk, antara harapan, ketakutan, dan kebingungan.

Wajah perempuan itu sangat mirip dengan sosok yang selama ini ia kenal sebagai Halvet–tidak–Ia yakin jika itu memang Halvet, perempuan yang selama ini ia cari.

Setelah berpikir sejenak, ia kembali menghubungi Olan, tangan kanannya yang ia tugaskan untuk mencari Halvet selama ini. "Olan, aku butuh bantuanmu untuk mencari tahu lebih jelas mengenai perempuan dalam foto yang aku kirimkan kepadamu."

Someone Else's HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang