Kini hanya ada Harvor dan Noara di dalam mobil, melanjutkan perjalanan pulang. Suasana di antara Harvor dan Noara terasa sedikit lebih bebas dibandingkan sebelumnya, tanpa kehadiran Nolan.
Di sepanjang jalan, Noara duduk di sebelah Harvor dengan senyum yang tampak penuh arti, matanya sesekali mengarah pada pria itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
Tangan Noara yang semula terlipat di pangkuannya perlahan bergerak, menyentuh ujung paha Harvor dengan sentuhan yang sangat ringan. Gerakannya halus, tetapi cukup untuk menarik perhatian Harvor. Secara tak langsung mulai mencoba menggoda suaminya lagi.
Harvor yang merasakan pergerakan lembut itu dan menoleh ke arah Noara. Ekspresinya sedikit terkejut, tetapi ia memilih untuk tetap tenang, meskipun ada sedikit dorongan yang muncul di dalam dirinya.
"Tanganmu nakal, ya, Noa?" Suaranya terdengar tenang, berbanding terbalik dengan tubuhnya yang mulai gelisah karena tangan Noara yang kini berada di pangkal pahanya, seakan memberi sinyal yang lebih jelas.
Noara tersenyum lebar, tangan nakalnya semakin berani perlahan naik dan meremas lembut gundukan celana Harvor. Padahal tadi Harvor sudah susah payah membuatnya tidur, dan kini dengan mudahnya Noara kembali membangunkannya, hah sial.
Harvor memilih untuk tetap fokus pada jalan, mencoba menenangkan dirinya. "Kau harus berhati-hati, Noa," suaranya hampir berbisik, tak bisa menyembunyikan ketegangan pada tubuhnya.
Noara hanya tertawa kecil, puas melihat ekspresi Harvor. "Hati-hati apa? Kenapa aku harus berhati-hati?"
"Apakah kamu bisa menunggunya sampai kita tiba di rumah?" tembak Harvor yang mengerti maksud sinyal-sinyal yang diberikan oleh istrinya.
Noara menggelengkan kepala, matanya tak lepas dari wajah Harvor. "Tidak mau, aku mau melakukannya di sini," jawabnya dengan tanpa beban.
Sontak Harvor terkejut mendengar jawaban itu, meskipun ada sedikit tawa yang muncul. "Ini di mobil, Noa," katanya, seolah mencoba menahan diri. "Bagaimana jika tiba-tiba Nolan keluar dari dalam bagasi?" ejeknya.
Noara tertawa mendengar pernyataan itu. "Tepikan mobilnya, Arve," ujarnya. Awalnya Harvor tagu namun ia terprovokasi dan akhirnya menepikan mobil. Saat mobil berhenti, ia menoleh dan tertawa melihat Noara yang sudah membuka kancing bajunya dengan tenang.
"Kau sangat mandiri, ya?" Harvor tertawa akan setiap kejutan yang perempuan itu lakukan, selalu ada hal-hal aneh dan gila yang membuat Harvor tak bisa menahan tawanya.
Matanya tertuju pada Noara yang tengah tersenyum lebar, tampak sangat cantik. "Aku hanya mempermudahmu."
"Aku lebih suka di repotkan," Dengan mudahnya Harvor membawa tubuh Noara, mendudukkan perempuan itu ke atas pangkuannya kemudian mengambil alih pekerjaan kecil yang Noara lakukan, membuka pakaian perempuan itu.
"Cepat sekali kau bereaksi, Arve." Tawa Noara pecah, merasakan milik suaminya di bawah sana. "Aku hanya menyentuhmu beberapa detik."
"Siapa yang akan tahan jika memiliki istri secantik ini? Beruntung kaca mobil ini gelap, aku tidak ingin berbagi pemandangan indah ini."
"Jadi aku cantik?"
"Kau tidak tau? Bukankah itu sudah jelas?" Meski hanya sebuah pujian biasa, tetap saja Noara tidak bisa menahan diri untuk tidak tersipu.
Wajahnya memerah, ia lebih malu mendengar pujian secara tak langsung itu ketimbang membuka seluruh pakaiannya di hadapan Harvor. "Arve," Noara menatap Harvor dengan mata penuh arti, seolah meminta izin.
Bibir mereka bertemu dengan lembut, namun penuh dengan gairah perasaan yang menggebu. Seketika suasana di dalam mobil berubah menjadi panas, Harvor gencar meninggalkan berbagai kecupan pada wajah, tengkuk, hingga leher Noara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Else's Hands
Storie d'amoreSetelah mengalami trauma mendalam dan kehilangan cinta pertamanya dalam sebuah misi rahasia membuat kehidupan Harvor, seorang prajurit khusus kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Bayang-bayang akan Halvet, cinta pertamanya yang terus menghantui kehi...