Chapter 1: Awal dari Keisengan

2 0 0
                                    

Malam itu, hujan turun deras membasahi jalanan kota yang sepi. Aku duduk di depan layar ponsel, merasa bosan setelah seharian bekerja. Rumah kos kecilku terasa sunyi, hanya ditemani suara rintik hujan yang semakin intens. Aku membuka beberapa aplikasi media sosial, berharap ada sesuatu yang bisa menghiburku. Namun, semua terasa sama saja.

Tiba-tiba, mataku tertuju pada sebuah ikon yang sudah lama tak tersentuh: aplikasi kencan yang dulu pernah kucoba hanya untuk iseng. Entah kenapa, malam itu ada dorongan aneh untuk membukanya kembali. "Ah, tidak ada salahnya sekadar melihat-lihat," pikirku sambil membuka aplikasi tersebut.

Begitu masuk, layar ponsel langsung dipenuhi wajah-wajah asing yang seakan berlomba-lomba menarik perhatian. Aku menggulir layar tanpa banyak berpikir, menyapu beberapa profil yang menurutku menarik, meskipun sebenarnya aku tidak terlalu berharap banyak. Aplikasi ini lebih sering menjadi hiburan semata daripada sesuatu yang serius.

Namun, saat aku hampir menutup aplikasi tersebut, sebuah profil menarik perhatianku. Nama yang terpampang di sana adalah HS. Foto profilnya menampilkan seorang wanita dengan senyuman yang hangat namun penuh misteri. Dia terlihat lebih dewasa, mungkin beberapa tahun lebih tua dariku. Entah kenapa, ada sesuatu yang membuatku tertarik. Bukan hanya karena parasnya, tetapi juga aura yang terpancar dari foto itu-kesan tenang dan dewasa yang tidak kutemukan di profil lainnya.

Dengan sedikit keraguan, aku menekan tombol "like". Ya, tidak ada salahnya mencoba, kan?

Tidak butuh waktu lama, notifikasi muncul. "HS menyukai profilmu!" Aku terkejut. Biasanya, respons seperti ini jarang terjadi, apalagi dari seseorang yang terlihat begitu menarik. Jantungku berdetak sedikit lebih cepat saat kubuka ruang obrolan.

"Hi, sepertinya kita punya kesamaan, sama-sama tidak bisa tidur di malam hujan," tulisku, mencoba memulai percakapan dengan nada ringan. Aku tidak terlalu berharap, mungkin dia hanya akan membalas singkat atau bahkan mengabaikanku sama sekali.

Namun, tidak lama kemudian, balasan masuk.

"Hi juga! Hujan memang membawa suasana yang bikin melankolis, ya. Jadi, kamu iseng-iseng main aplikasi ini juga?" jawabnya dengan emoji senyum.

Aku tersenyum kecil membaca balasannya. Dari caranya merespons, aku bisa merasakan bahwa dia adalah tipe orang yang terbuka dan ramah. Ini bukan pertama kalinya aku berbicara dengan orang asing di aplikasi kencan, tapi percakapan ini terasa berbeda-ada kenyamanan yang tak terduga.

"Ya, awalnya cuma iseng aja. Bosan sendirian di rumah kos. Kamu sendiri, kenapa masih terjaga?" balasku.

Percakapan pun berlanjut. Obrolan yang awalnya hanya basa-basi mulai berubah menjadi percakapan yang lebih mendalam. Kami berbicara tentang banyak hal-dari pekerjaan, hobi, hingga hal-hal kecil yang sering terlupakan seperti kenangan masa kecil dan mimpi yang belum tercapai. Ada sesuatu yang menenangkan dalam cara dia bercerita, seolah aku sedang berbicara dengan seseorang yang sudah lama kukenal.

Semakin lama kami berbincang, semakin aku menyadari bahwa ada banyak kesamaan di antara kami. HS ternyata seorang wanita karier yang mapan, mandiri, dan memiliki pandangan hidup yang menarik. Dia bercerita bagaimana dunia kerja yang keras kadang membuatnya merasa kesepian, dan di sinilah aplikasi ini menjadi pelarian sesaat dari rutinitas.

"Aku suka orang yang bisa diajak ngobrol panjang seperti ini," tulisnya pada satu titik. "Jarang-jarang bisa nyambung dengan seseorang di aplikasi."

Aku merasa tersanjung, entah kenapa. Ada sensasi aneh, semacam rasa penasaran yang membuatku ingin lebih tahu tentang wanita ini. Tapi di balik itu, aku juga menyadari bahwa dia lebih tua dan mungkin memiliki banyak pengalaman yang jauh di atasku.

"Aku juga merasa nyaman ngobrol sama kamu. Tapi, bukankah kamu lebih tertarik dengan pria yang seumuran atau lebih tua darimu?" tanyaku iseng, ingin tahu apa yang dia pikirkan.

HS hanya tertawa, "Usia itu cuma angka. Yang penting, bisa nyambung kan? Lagipula, kadang yang lebih muda justru punya semangat yang menyegarkan."

Jawaban itu membuatku tersenyum. Mungkin benar, usia hanyalah angka. Dan malam itu, aku merasa menemukan seseorang yang mengerti dan bisa diajak berbicara tanpa merasa dihakimi. Waktu terus berlalu tanpa kami sadari, hingga akhirnya aku melihat jam di layar ponsel.

"Wah, sudah jam 2 pagi. Nggak nyangka kita ngobrol selama ini," tulisku.

"Iya, nggak kerasa ya. Aku senang ngobrol sama kamu. Mungkin kita bisa lanjut lain kali?" balasnya.

"Pasti. Selamat malam, HS. Senang bisa kenal denganmu."

"Selamat malam. Jangan lupa mimpi indah."

Percakapan itu berakhir, tapi ada rasa hangat yang tertinggal. Aku tak menyangka, dari sekadar iseng bermain aplikasi, aku malah menemukan seseorang yang menarik. Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasa tidak lagi sendirian.

Bersambung...

Pertemuan Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang