Judul: Pertemuan Tak Terduga
Setelah pertemuan di kafe itu, aku tak bisa berhenti memikirkan HS. Setiap senyum dan tatapan matanya masih terekam jelas di benakku. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Seseorang yang awalnya hanya sebuah nama di layar ponsel kini telah menjadi sosok nyata yang membuat hariku lebih berwarna.
Kami terus berkomunikasi setiap hari setelah pertemuan itu. Bedanya, kali ini ada sesuatu yang berubah. Percakapan kami menjadi lebih akrab, lebih intim. Seolah pertemuan singkat di kafe telah memecahkan sekat yang selama ini ada di antara kami.
Suatu malam, seperti biasa, aku menerima pesan darinya.
“Aku masih teringat kafe itu. Tempat yang nyaman, tapi jauh lebih nyaman karena ada kamu,” tulisnya dengan emotikon hati di akhir kalimat.
Aku tersenyum lebar, merasa jantungku berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang istimewa dalam kata-katanya. “Senang bisa membuatmu merasa nyaman. Jujur, aku juga nggak bisa berhenti memikirkan pertemuan itu. Mungkin kita harus melakukannya lagi?”
Pesan berikutnya dari HS muncul setelah jeda beberapa menit, seolah dia sedang berpikir. “Aku juga pengen. Gimana kalau kita coba tempat lain? Mungkin lebih dari sekadar ngopi?”
“Sounds good! Kamu punya tempat yang ingin dikunjungi?” tanyaku dengan semangat.
“Ada satu tempat spesial. Gimana kalau kita pergi ke pantai? Aku selalu suka suasana pantai di malam hari. Tenang dan menenangkan,” balasnya.
Pantai di malam hari terdengar seperti ide yang sempurna. Aku tidak pernah membayangkan bisa menikmati suasana malam bersama seseorang seperti HS. "Aku setuju. Kapan kita pergi?"
“Kamu pilih waktu yang pas buatmu. Aku bisa menyesuaikan,” tulisnya dengan cepat.
Setelah berdiskusi sejenak, kami memutuskan untuk bertemu akhir pekan ini. Aku tidak sabar menanti hari itu tiba. Rasanya, setiap kali kami bertemu, selalu ada sesuatu yang baru untuk ditemukan, dan itu membuatku semakin penasaran dengan HS.
---
Akhir pekan itu akhirnya tiba. Aku menjemputnya di depan apartemennya, dan untuk pertama kalinya, aku melihatnya lebih santai. Dia mengenakan gaun kasual dengan rambut terurai, tampak lebih muda dan segar daripada sebelumnya.
“Hai, sudah siap untuk petualangan malam?” sapaku sambil membuka pintu mobil untuknya.
Dia tersenyum, tatapannya penuh kehangatan. “Tentu saja. Aku selalu siap kalau sama kamu.”
Perjalanan menuju pantai terasa begitu menyenangkan. Kami tertawa, berbicara tentang banyak hal, dari musik favorit hingga film yang pernah kami tonton. Aku merasa semakin nyaman dengannya, seolah-olah kami sudah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun.
Setelah perjalanan sekitar satu jam, kami tiba di pantai yang sepi. Hanya ada suara ombak yang tenang, dan angin malam yang menyapa kami dengan lembut. HS berjalan ke arah bibir pantai, melepaskan sepatunya, dan merasakan pasir dingin di kakinya. Aku mengikutinya, berdiri di sampingnya sambil menikmati pemandangan laut yang luas di bawah sinar bulan.
“Tempat ini indah banget,” kataku, memecah keheningan.
“Ya, ini salah satu tempat favoritku untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota,” jawabnya sambil menatap ke arah laut. “Aku suka bagaimana laut bisa membawa kedamaian, meskipun hidup kadang terasa begitu kacau.”
Aku menoleh ke arahnya, melihat sisi lain dari HS yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ada ketenangan dalam suaranya, tapi juga sebersit kesedihan yang tersembunyi di balik matanya. “Kamu terdengar seperti seseorang yang sudah melalui banyak hal,” kataku pelan.
Dia tersenyum tipis, menatapku sejenak sebelum menjawab. “Mungkin benar, mungkin juga tidak. Tapi aku selalu percaya bahwa setiap pertemuan punya alasan. Seperti kita, misalnya. Kalau aku nggak iseng buka aplikasi itu, mungkin kita nggak akan pernah bertemu.”
Aku merasa tersentuh dengan kata-katanya. “Aku juga berpikir hal yang sama. Kadang hal-hal yang tidak direncanakan justru membawa kebahagiaan yang tak terduga.”
Kami terdiam sejenak, menikmati kebersamaan kami di bawah langit malam yang dipenuhi bintang. Kemudian, dia berbalik menghadapku, menatapku dengan tatapan yang dalam.
“Kamu tahu? Aku sudah lama nggak merasa senyaman ini sama seseorang,” ucapnya pelan. “Kamu berbeda.”
Aku merasa dadaku berdesir mendengar kata-kata itu. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang membuatku merasa istimewa. “Aku juga merasa begitu. Mungkin, karena kita saling melengkapi.”
HS tersenyum, dan aku tahu momen ini adalah sesuatu yang akan selalu kuingat. Malam itu, kami menghabiskan waktu berjam-jam berbicara, tertawa, dan bahkan terdiam bersama, hanya mendengarkan suara ombak. Ada kedekatan yang semakin tumbuh, seolah kami adalah dua jiwa yang akhirnya menemukan satu sama lain di tengah dunia yang luas ini.
Ketika malam semakin larut, aku mengantarnya pulang. Di perjalanan pulang, kami lebih banyak diam, tapi bukan karena kehabisan topik. Diam kami adalah diam yang nyaman, seperti kami sudah saling memahami tanpa perlu banyak kata.
Sebelum turun dari mobil, HS menatapku dan berkata, “Terima kasih untuk malam ini. Aku benar-benar bahagia.”
“Aku juga, HS. Aku harap kita bisa mengulangi ini lagi.”
Dia tersenyum, kemudian mendekat untuk memberikan kecupan singkat di pipiku sebelum melangkah keluar. Aku tertegun sejenak, merasa seperti baru saja menerima hadiah yang sangat berharga. Setelah dia masuk ke apartemennya, aku duduk di mobil selama beberapa menit, membiarkan perasaan hangat itu meresap sebelum akhirnya mengemudi pulang.
Malam itu, aku tidur dengan senyum di wajahku, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya di antara kami. Satu hal yang pasti, pertemuan ini adalah awal dari sesuatu yang tak pernah kuharapkan, namun sangat aku syukuri.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Tak Terduga
RomanceDeskripsi: Awalnya, aku hanya iseng membuka aplikasi kencan untuk mengusir rasa bosan. Namun, tak disangka-sangka, aku bertemu dengan wanita ber inisial HS, seorang wanita yang lebih dewasa, dengan senyuman hangat yang penuh misteri. Obrolan ringan...