Beberapa hari setelah percakapan panjang di malam hujan itu, aku mulai merasakan ada yang berbeda. Setiap kali membuka ponsel, mataku langsung tertuju pada aplikasi kencan yang menyimpan percakapan dengan HS. Setiap balasan darinya terasa seperti angin segar, yang membangkitkan rasa penasaran dan harapan. Kami semakin sering berbicara, lebih banyak berbagi cerita tentang kehidupan, mimpi, dan masa lalu.Aku tahu, seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa lebih tertarik padanya. Bukan hanya karena dia lebih tua, yang entah mengapa membuatku merasa tertantang dan ingin tahu lebih dalam, tetapi juga karena caranya berbicara yang penuh makna. Setiap kata yang dia pilih, setiap cerita yang dia bagi, seolah membawa dunia yang berbeda. Dunia yang lebih tenang, lebih bijaksana, dan penuh pemahaman.
Suatu malam, setelah bekerja lembur, aku membuka aplikasi kencan itu seperti biasa. Ternyata, HS sudah mengirim pesan terlebih dahulu.
“Gimana harimu? Sibuk banget ya? Aku agak kangen ngobrol, nih,” tulisnya.
Aku tersenyum membaca pesan itu. Ada rasa hangat yang membalut dadaku. Aku segera membalas.
“Baru selesai lembur. Tapi senang banget ada pesan dari kamu. Hariku jadi lebih baik sekarang.”
"Kerja lembur lagi? Capek ya?" jawabnya dengan emotikon wajah khawatir. "Aku harap kamu nggak terlalu stres."
Aku tertawa pelan. “Mungkin sedikit, tapi ini bagian dari pekerjaan. Kamu sendiri gimana? Masih sibuk dengan segala tanggung jawab?"
"Aku juga sibuk, tapi kadang merasa ada sesuatu yang kurang. Mungkin aku butuh lebih banyak waktu untuk diri sendiri, atau untuk berbicara dengan orang yang bisa memahami," balasnya, disertai emotikon wajah berpikir.
Aku membaca pesan itu beberapa kali, terkesan dengan keterbukaan HS. Ternyata, meskipun dia terlihat begitu kuat dan mandiri, dia juga merasakan kekosongan yang sama, seperti aku. Ada perasaan yang menghubungkan kami berdua, meskipun kami belum pernah bertemu langsung.
“Aku paham. Kadang kita merasa sendirian meskipun dikelilingi orang-orang. Tapi setidaknya, kita punya kesempatan untuk saling mendengarkan,” tulisku, merasa bahwa inilah momen di mana kami bisa saling memahami lebih dalam.
"Ya, benar. Aku senang bisa ngobrol sama kamu. Rasanya seperti ada seseorang yang benar-benar mendengarkan, tanpa menilai."
Aku terdiam sejenak. Kata-kata itu sangat menyentuh hatiku. Aku merasa seperti menemukan seseorang yang tidak hanya aku bisa percayai, tetapi juga seseorang yang bisa menenangkan perasaanku. Rasa kesepian yang sering menghinggapi setiap orang yang bekerja keras mulai memudar.
“Kita sepertinya punya banyak hal yang sama. Terkadang, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar, yang menunggu untuk ditemukan,” balasku dengan sedikit kebingungan pada diri sendiri.
HS tidak langsung membalas, tapi ketika akhirnya dia mengirim pesan, kata-katanya begitu dalam.
"Ada banyak hal yang kita tak tahu tentang diri kita sendiri. Mungkin kamu sedang dalam perjalanan untuk menemukannya. Semua orang punya kisah dan perjalanan mereka masing-masing."
Aku merenung sejenak, merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar percakapan ini. Seolah kami sedang berada di jalur yang sama, meskipun dengan arah yang berbeda. Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaan sementara atau sesuatu yang lebih, tetapi satu hal yang pasti—aku merasa semakin terhubung dengan HS.
“Kamu bener. Aku merasa seperti sedang berpetualang menemukan sesuatu yang lebih. Mungkin aku sedang mencari bagian dari diriku yang hilang,” tulisku dengan jujur.
“Aku harap kamu menemukannya, dan aku akan selalu ada jika kamu perlu berbicara,” jawabnya dengan sederhana, namun terasa sangat berarti.
Malam itu, percakapan kami berakhir setelah beberapa waktu. Aku merasa tenang dan lega, seperti ada sesuatu yang terlepas dari pundakku. Aku tak tahu apakah hubungan ini akan berkembang lebih jauh, tapi satu hal yang pasti—aku merasa ada sesuatu yang istimewa dalam percakapan ini.
Ponselku tetap tergeletak di atas meja, dan aku menatap layar dengan perasaan hangat. Mungkin aku hanya iseng saat pertama kali membuka aplikasi kencan itu, tetapi sekarang aku tahu, pertemuan dengan HS adalah hal yang tak pernah aku rencanakan. Dan aku tidak menyesalinya sama sekali.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Tak Terduga
RomanceDeskripsi: Awalnya, aku hanya iseng membuka aplikasi kencan untuk mengusir rasa bosan. Namun, tak disangka-sangka, aku bertemu dengan wanita ber inisial HS, seorang wanita yang lebih dewasa, dengan senyuman hangat yang penuh misteri. Obrolan ringan...