Chapter 8: Pagi yang Berbeda

0 0 0
                                    


Pagi setelah percakapan semalam terasa berbeda. Aku terbangun dengan perasaan yang aneh, seolah ada sesuatu yang berubah dalam diriku setelah berbicara panjang lebar dengan HS. Biasanya, aku tidak terlalu memikirkan percakapan di aplikasi kencan, tapi kali ini, semuanya terasa lebih nyata.

Aku membuka mata dan menatap ponsel yang tergeletak di samping tempat tidur. Tanpa sadar, aku meraih ponsel itu, berharap ada pesan baru dari HS. Dan benar saja, sebuah notifikasi muncul.

"Selamat pagi! Apa kamu tidur nyenyak setelah ngobrol semalam?" tulisnya.

Aku tersenyum kecil. Bahkan di pagi hari, dia masih teringat percakapan kami semalam. Balasanku pun datang dengan cepat.

"Pagi! Tidur nyenyak kok, cuma aja rasanya aneh karena kebanyakan ngobrol sampai larut. Haha."

Tak lama kemudian, pesan dari HS kembali muncul.

"Ah, aku juga jarang ngobrol semalam sampai segitunya. Tapi itu bikin aku merasa nyaman. Jarang ada orang yang bisa ngobrol santai seperti itu, apalagi di aplikasi ini."

Membaca pesan itu, aku merasa ada ikatan yang semakin kuat di antara kami. Sesuatu yang lebih dari sekadar obrolan biasa.

"Senang bisa jadi orang yang bisa bikin kamu nyaman," balasku dengan tulus.

Percakapan kami berlanjut, dan aku merasa semakin dekat dengan HS. Meskipun kami baru saling kenal beberapa hari, tapi aku merasa seolah sudah mengenalnya lebih lama. Suatu hal yang sulit dijelaskan, tapi ada perasaan nyaman yang tak bisa aku hindari.

Siang itu, aku memutuskan untuk mengajak HS bertemu secara langsung. Kami sudah cukup sering berbicara dan merasa nyaman satu sama lain, jadi kenapa tidak mencoba untuk melanjutkan percakapan ini di dunia nyata?

"Bagaimana kalau kita ketemu hari Sabtu? Aku tahu sebuah tempat yang enak untuk ngobrol," tulisku dengan penuh harapan.

Tak lama, pesan balasan datang.

"Sabtu? Sounds good! Aku senang kalau kita bisa bertemu. Aku juga ingin tahu lebih banyak tentang kamu."

Aku bisa merasakan kegembiraan yang sama dalam balasan pesannya. Ini bukan hanya tentang iseng lagi; kami berdua sudah mulai merasakan adanya kedekatan yang lebih dari sekadar percakapan online.

Sabtu datang, dan aku merasa sedikit gugup, meskipun aku sudah merasa nyaman berbicara dengannya melalui chat. Aku berdiri di depan cermin, memeriksa penampilanku. Ini bukan kencan pertama, tapi ada sesuatu yang istimewa tentang pertemuan kali ini. Aku ingin membuat kesan yang baik, tapi tetap santai.

Setibanya di tempat yang kami pilih, aku melihat HS sudah menunggu di meja dekat jendela. Dia mengenakan pakaian yang sederhana namun elegan, dengan senyuman hangat yang langsung membuatku merasa tenang.

"Hei, HS," sapaku sambil mendekat.

"Hei! Senang akhirnya bisa bertemu langsung," jawabnya, suaranya terdengar lebih hangat dibandingkan di pesan teks.

Kami saling tersenyum, dan sejenak kami duduk diam, menikmati kebersamaan yang sebelumnya hanya ada dalam percakapan online. Perasaan gugup itu perlahan menghilang, digantikan dengan rasa nyaman yang semakin kuat.

Obrolan kami pun dimulai dengan ringan, tentang hal-hal sehari-hari yang mungkin tidak terlalu penting, tapi justru membuat suasana menjadi lebih akrab. Seiring berjalannya waktu, kami mulai berbicara tentang mimpi, ambisi, dan bahkan kekhawatiran yang selama ini kami simpan sendiri.

HS membuka sedikit lebih banyak tentang kehidupannya, tentang bagaimana dia bekerja keras untuk mencapai kesuksesan, tetapi juga merasa kesepian di tengah semua itu. Aku bisa merasakan kerentanannya, meskipun dia tampak begitu kuat.

"Aku rasa aku terlalu fokus pada pekerjaan, jadi kadang lupa untuk menikmati hidup," katanya dengan nada pelan.

Aku menatapnya dengan serius. "Kadang memang seperti itu. Tapi kita nggak bisa terus-menerus mengejar sesuatu tanpa menikmati perjalanan itu, kan?"

Dia tersenyum, dan aku merasa ada kedalaman yang baru dalam senyumannya. "Kamu benar. Mungkin aku perlu belajar lebih santai dan menikmati momen seperti ini."

Percakapan itu semakin dalam, dan aku merasa semakin mengenalnya. Ini bukan lagi tentang sekadar bertemu seseorang di aplikasi kencan—ini tentang dua orang yang saling berbagi cerita dan membuka diri satu sama lain.


Ketika pertemuan itu berakhir, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diriku. Aku tak sabar untuk bertemu lagi, untuk lebih mengenal HS lebih dalam lagi. Malam itu, aku merasa ada harapan baru yang muncul dalam hidupku—harapan yang mungkin hanya bisa tumbuh karena kehadirannya.

Bersambung...

Pertemuan Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang