Mobil yang ditumpangi Cazzie berhenti di depan gerbang Cazzecies International High School. Gadis bersurai panjang itu menuruni mobilnya setelah mengucapkan terimakasih kepada Antonio. Melambaikan tangan sebagai formalitas agar terlihat seperti ayah dan anak, Cazzie membalikkan badan dan melangkahkan memasuki gerbang setelah mobil itu melesat pergi.
Elit, satu kata yang menggambarkan bangunan sekolah baru Cazzie kali ini. Gadis itu benar benar kagum dengan infrastruktur sekolah barunya. Benar benar sangat mewah dan keren menurut Cazzie. Ia jadi penasaran seberapa kaya dan terkenal kah sang ayah yang merupakan duda anak satu itu sehingga memiliki sekolah sebesar ini.
Tak ingin berlama lama, Cazzie segera mengambil langkah menuju kelasnya. Sehari sebelumnya, kelas masing-masing peserta didik telah diumumkan melalui website resmi CIHS. Dan Cazzie masuk ke dalam kelas X MIPA 1, salah satu kelas unggulan. Para murid yang bisa masuk kelas tersebut adalah para siswa dari keluarga elite. Maka dari itu unggulan yang dimaksud bukanlah mengenai otak, melainkan harta dan kuasa.
Sesampainya di kelas, ternyata sudah hampir semua temannya datang dan memilih tempat duduk. Cazzie mengedarkan pandangan kemudian melangkah menuju salah satu kursi kosong yang terletak di barisan kedua sebelah kanan.
"Hai," sapa Cazzie pada seorang perempuan yang pagi-pagi sudah menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan.
Perempuan itu menegakkan badannya, menatap Cazzie yang tersenyum kearahnya. "Hai," balasnya sembari menguap.
"Namaku Cazzie Elleanor, kau bisa memanggilku Cazzie. Dan kau?"
"Adlyn Clarabella Damaresh," ucapnya membalas uluran tangan Cazzie.
"Senang berkenalan denganmu, Adlyn," ucap Cazzie masih senyumannya. Ia harus menampilkan kesan baik kepada semua orang agar tak ada yang membencinya nanti. Itu adalah salah satu rencananya untuk menghindari akhir menyedihkan.
"Ya, aku juga, walaupun tak terlalu," gumam Adlyn seadanya.
"Kalian tak ingin berkenalan denganku?" Sebuah suara dengan nada centil dari belakang menyita perhatian kedua gadis yang tengah berkenalan itu.
"Oh, hai," sapa Cazzie.
"Hai juga. Aku Izora Julliane Braxton," ucapnya memperkenalkan diri.
"Cazzie Elleanor."
Gadis bernama Izora itu mengangguk angguk paham. "Dan kau putri tidur, siapa namamu?" tanya Izora pada Adlyn yang hendak kembali tidur.
"Kau tuli? Jelas tadi kau mendengar namaku," kesal gadis itu.
"Ck, dasar putri tidur. Aku mana memperhatikan bodoh!" balas Izora kesal.
Cazzie menggeleng tak habis pikir dengan kedua orang itu. Padahal mereka baru mengenal, tapi sudah saling mengolok saja.
"Namanya Adlyn Clarabella Damaresh," ungkap Cazzie menengahi.
"Damaresh? Kau adik dari kak Altair yang tampan itu ya?" tanya Izora, sedikit mencondongkan badannya ke depan agar bisa menjangkau Adlyn.
Merasa terusik dengan Izora yang terus menggoyangkan kursinya, Adlyn akhirnya kembali menegakkan badan. "Kalau iya memangnya kenapa? Kau mau daftar sebagai kakak iparku? Jangan harap karena aku sudah mem-blacklist-mu sejak tadi karena kau mengganggu."
Izora menyengir lebar. "Jangan begitu lah. Aku ini calon kakak ipar yang baik, tahu."
"Kau pikir aku percaya?"
"Ck, dasar tidak asik!" cibir Izora.
"Biar apa? Biarin!" balas Adlyn sebelum kembali pada kegiatan tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Transmigration
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang Elaina yang merupakan gadis SMA biasa masuk ke dalam novel yang diceritakan oleh sahabatnya. Ia memasuki raga sang antagonis wanita yang akan mati dibunuh oleh antagonis pria. Novel berjudul Mozza untuk Aluna, mengisa...