Cazzie mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin. Ia merasa seperti ada yang memperhatikannya, namun semua orang di kantin tampak asik dengan kegiatannya masing masing.
"Lo kenapa, Zie?" tanya Izora yang menyadari gelagat aneh Cazzie.
"Gak papa sih. Cuman kok gue ngerasa kayak ada yang ngeliatin gitu ya," cerita Cazzie jujur.
"Setan kali," celetuk Adlyn yang sontak saja mendapatkan geplakan dari Izora.
"Mulut Lo minta dibungkem pake cabe rawit, Lyn," ujar gadis itu kesal. Izora ini tipe yang penakut sekali kalo sudah berurusan sama makhluk halus.
"Ck, bercanda doang elah," gumam Adlyn, mengusap lengannya yang sedikit panas karena geplakan Izora yang tak main main.
"Ke kelas aja yuk, gue gak nyaman di sini," ajak Cazzie pada akhirnya. Ia sempat berpikir, apakah yang memperhatikannya secara diam diam adalah bodyguard ayahnya, atau orang lain?
"Ya udah deh ayo, lagian bentar lagi bel," setuju Izora.
Mereka beranjak dari duduk dan segera melangkah hendak meninggalkan kantin. Ketika asik melangkah sembari berbincang santai, badan Cazzie terasa seperti didorong oleh seseorang.
Bunyi pecahan gelas terdengar sesaat setelah isinya membasahi seragam Cazzie. Gadis itu meringis pelan ketika sikunya sedikit tergores hingga mengeluarkan darah segar.
"Cazzie!" seru Izora dan Adlyn bersamaan.
Izora menatap nyalang perempuan yang menunduk ketakutan di depannya, sedangkan Adlyn membantu Cazzie berdiri.
"Lo apa apaan sih?!" teriak Izora menyita perhatian seluruh siswa yang berada di kantin.
"Hiks ... Ma- Maaf, Kak," lirih perempuan itu masih dengan wajah yang menunduk, ditambah air mata yang mengalir deras. Padahal Cazzie aja yang jatuh gak nangis tuh.
"Gue bukan kakak Lo ya! Dan ngapain Lo nangis? Gue ada nyakitin Lo? Yang ada Lo nabrak sahabat gue sampek dia jatuh anj-" maki Izora dengan emosi yang sudah memuncak. Ia sungguh tak menyukai gadis menye-menye seperti itu.
"Ma-maaf ... Ak- aku ga sengaja," ucap gadis itu tergagap. Ia masih menundukkan kepalanya.
"Zahira!" Seorang laki laki berseru. Ia mendatangi mereka dan segera memeluk gadis yang tengah menangis itu. Ternyata namanya Zahira. Ah, Cazzie baru ingat jika perempuan itu juga sekelas dengannya.
"Kak Mozza, ak-aku ga sengaja," adu gadis itu, menangis di pelukan Mozza. Iya, laki laki yang datang sebagai pahlawan kesiangan itu adalah Mozza si tokoh protagonis. Ya tidak heran sih, namanya juga protagonis.
"Lo apa apaan bentak bentak dia?" tanya Mozza dengan nada marah.
"Ck, buta Lo, Kak? Jelas jelas dia duluan yang nabrak Cazzie sampe jatuh terus seragamnya basah semua!" bela Izora tak terima.
"Dia kan udah minta maaf, gak seharusnya Lo bentak bentak kayak gitu!"
Izora terkekeh pelan. " Mentang mentang Lo itu ketua OSIS, gue ga takut ya. Yang salah di sini tuh dia, kenapa dia juga yang nangis? Haus perhatian apa gimana?" cibir Izora pedas.
"Hiks ... Aku ga bermaksud... Hiks ... Aku ga sengaja nabrak dia." Zahira kembali membela diri, berusaha mengambil simpati Mozza kembali.
"Tuh dia bilang ga sengaja dan dia udah minta maaf. Ngapain sih Lo perpanjang lagi sampe bentak bentak dia? Lihat Zahira sampe ketakutan gara gara Lo!" seru Mozza membuat Izora semakin naik pitam. Benar benar ya ini orang. Image ganteng Mozza di kepala Izora kini dengan mudahnya terbalik menjadi rasa jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Transmigration
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang Elaina yang merupakan gadis SMA biasa masuk ke dalam novel yang diceritakan oleh sahabatnya. Ia memasuki raga sang antagonis wanita yang akan mati dibunuh oleh antagonis pria. Novel berjudul Mozza untuk Aluna, mengisa...