"Huh, capek banget gue sumpah!" keluh Izora sembari mengusap peluh di keningnya.
"Halah, tadi aja sok sok an bilang gak papa kalo yang ngehukum kak Mozza," cibir Adlyn yang duduk di sebelah gadis itu.
Setelah menyelesaikan hukuman tadi, mereka memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam istirahat telah berbunyi. Kini ketiga gadis itu telah menghadap pesanan masing masing.
"Ya gue mana tau hukumannya bersihin halaman. Kan gue kira kak Mozza bakalan hukum kita dengan cara romantis, kayak jadiin kita babunya atau gimana gitu," ujar Izora sembari menopang dagunya, membayangkan jika hal itu benar benar terjadi.
Adlyn meraup kasar wajah temannya itu. "Kebanyakan baca Wattpad Lo!"
"Suka-suka gue lah, ngurusin amat Lo hidup orang," bela Izora. Adlyn hanya memutar bola mata jengah.
"Eh iya, Zie, habis ini kita ngapain?" tanya Izora, beralih pada Cazzie yang sejak tadi hanya menjadi pengamat pembicaraan mereka.
"Kayaknya bakalan ada materi tentang narkoba sama sama bullying deh, Zor. Gue sendiri juga kurang tau soalnya gak terlalu inget juga sama jadwalnya," jelas Cazzie.
Izora mengangguk angguk. "Duhh, gak sabar banget gue ketemu sama kak Mozza lagi," gumam gadis itu.
Cazzie membalasnya dengan senyuman tipis. Padahal dia malah berharap tidak bertemu lagi dengan kakak kelasnya itu, kenapa temannya malah menginginkan hal sebaliknya.
"Suka Lo sama dia?" tanya Adlyn.
"Emangnya siapa sih yang gak suka sama cowok modelan kak Mozza? Udah ganteng, baik, pinter lagi. Nih ya, sebagian besar piala yang ada di sekolah ini tuh yang nyumbang kak Mozza tau!" Izora bercerita dengan menggebu-gebu. Menampilkan keantusiasan gadis itu di dalamnya.
"Halah cowok modelan begitu tuh kebanyakan nyakitin. Ya gak, Zie?" ujar Adlyn, menatap Cazzie yang sibuk dengan makanannya.
"Gak tau juga sih, gak pernah pacaran sama yang modelan kaya gitu. Mantan gue biasa biasa semua, gak ada yang sepinter itu sampai borong piala buat sekolah," ungkap Cazzie berpendapat. Dari ingatan yang ia dapat, Cazzie asli memang sempat memiliki beberapa pacar ketika di Australia.
"Ih cowok modelan kak Mozza tuh idaman banget loh, Zie, Lyn." Izora menjeda kalimatnya, menoleh memperhatikan Mozza yang berada tak jauh dari tempat duduk mereka.
"Tuh liat, dari pertemanannya aja kita bisa lihat. Temennya para cakep cakep semua. Ada Abang Lo juga tuh, Lyn," ujar gadis itu membuat Cazzie dan Adlyn mengikuti arah pandangnya.
"Maksud Lo mereka idaman karena tampan?" komentar Cazzie setelah memperhatikan Mozza yang duduk bersama beberapa temannya. Pasti mereka para tokoh novel. Tak heran jika ketampanannya di atas rata rata.
Izora menjentikkan jarinya. "Bingo. Seratus buat Lo, Zie."
"Dasar cewek mandang fisik," cibir Adlyn tak suka.
"Halah gak usah munafik deh Lo. Kalo disuruh milih antara cowok ganteng sama cowok burik juga pasti Lo milih yang ganteng kan?" tuduh Izora pedas.
"Ya iya lah," gumam Adlyn mengundang tawa dari Cazzie. Sungguh aneh kedua teman barunya itu.
"Tuh kan, kita sama." Izora mengangkat telapak tangannya, disambut tepukan dari tangan Adlyn. Jadilah mereka bertos ria karena hal sepele itu.
"Udah yuk mending kita ke kelas sekarang. Sepuluh menit lagi pasti disuruh kumpul di aula buat materi nanti," ajak Cazzie.
Kedua gadis di depannya mengangguk. Mereka pun beranjak dari kantin menuju kelas.
***
Waktu terus berlalu, tak terasa jam pulang sekolah telah datang sejak dua puluh menit yang lalu. Cazzie saat ini sudah berada di dalam mobilnya bersama Antonio yang menjemputnya tepat waktu. Kedua temannya juga sudah pulang ke rumah masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Transmigration
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya jika seorang Elaina yang merupakan gadis SMA biasa masuk ke dalam novel yang diceritakan oleh sahabatnya. Ia memasuki raga sang antagonis wanita yang akan mati dibunuh oleh antagonis pria. Novel berjudul Mozza untuk Aluna, mengisa...