✨✨✨
"Kantin yok!" seru Izora beberapa detik setelah guru yang mengajar di kelas mereka keluar.
"Boleh deh, gue juga laper," sahut Cazzie.
Mereka sudah beranjak dari duduknya. Kini tinggal putri tidur kita yang masih asik berkelana dalam mimpi. Bahkan gadis itu tak mau repot repot mendengarkan guru sejarah tadi.
"Adlyn, kalo Lo gak bangun sekarang kita tinggal," ancam Izora membuat Adlyn segera mengangkat wajahnya.
"Ikut ke kantin gak, Lyn?" tanya Cazzie. Adlyn mengangguk, kemudian bergabung dengan mereka.
Ketiga gadis itu berjalan beriringan menuju kantin, bersama dengan murid murid lainnya yang juga memiliki tujuan sama. Setibanya di kantin mereka segera mengantre di salah satu stan untuk memesan makanan.
Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit hingga ketiga gadis itu telah mendapatkan nampan berisi pesanan masing masing. Mereka segera mengedarkan pandangan mencari kursi kosong di tengah para siswa lainnya.
"Mana nih, gak ada kursi kosong," gumam Izora masih berusaha mencari.
"Cazzie!" teriak seseorang, yang langsung membuat ketiga gadis itu menoleh ke sumber suara.
"Eh iya Lo belum jelasin ke gue soal tuh ketos, Zie," ujar Izora ketika melihat Mozza yang melambaikan tangan menyuruh mereka bergabung.
"Cari kursi lain aja yuk, jangan sama mereka deh nanti jadi gosip," ajak Cazzie dengan raut memelas.
"Tapi gak ada kursi kosong lagi, Zie." Izora memberitahu.
"Trus gimana dong?" tanya Cazzie dengan nada lemas.
"Sama mereka aja," putus Adlyn. Gadis itu segera mendekati meja Mozza dkk dan duduk di samping Altair, kakaknya.
"Ck, dasar tuh anak main nyelonong aja," cibir Izora. "Udah Zie kita gabung aja daripada berdiri gak jelas di sini juga sama aja jadi pusat perhatian."
Cazzie menghela napas panjang. Sabar, Zie. Orang sabar jodohnya Wonwoo, batin gadis itu.
"Wih, ada pacarnya pak ketos nih," celetuk Daniel sedetik setelah Cazzie duduk. Tuh kan, mana bisa Cazzie sabar kalo gini caranya.
"Apaan sih, Kak. Siapa juga yang pacaran," elak Cazzie, berusaha menahan nada kesalnya.
"Masa sih? Gak pacaran tapi berangkat bareng?" sahut Izora turut menyudutkan Cazzie. Sebenarnya tuh anak sahabatnya siapa sih. Baru juga ketemu masa udah klop aja sama Daniel.
"Kebetulan doang tuh," alibi Cazzie.
"Kebetulan apa kebetulan?" goda laki-laki bersurai legam itu.
"Niel," peringat Mozza menyadari gadis di sampingnya merasa risih.
"Iya iya, maaf. Bercanda doang atuh, Pak."
Tak menghiraukan ucapan temannya, Mozza mengambil botol sambal dan kecap yang berada di depan Altair. "Nih, jangan banyak-banyak," pesan laki laki itu meletakkan sambal dan kecap di samping mangkuk Cazzie. Tak lupa ia mengambilkan garpu dan sendok untuk gadis itu.
"Makasih, Kak," gumam Cazzie, mulai menuangkan sambal dan kecap ke dalam mangkuk baksonya.
"Lyn, ambilin sambal sama kecap juga dong," pinta Izora, bermaksud menyindir kedua seloji itu.
Adlyn menaikkan sebelah alisnya. "Lo mau makan piscok pake sambel?" tanyanya heran. Pasalnya temannya itu hanya membeli sebungkus piscok dan es teh tadi.
"Ck, gak asik Lo!" gerutu Izora disambut tawa dari keempat orang di sana. Kecuali Altair yang hanya tersenyum tipis sih.
"Makannya jangan suka jailin orang, Dek," ujar Daniel disambut pelototan tajam Izora.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Transmigration
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang Elaina yang merupakan gadis SMA biasa masuk ke dalam novel yang diceritakan oleh sahabatnya. Ia memasuki raga sang antagonis wanita yang akan mati dibunuh oleh antagonis pria. Novel berjudul Mozza untuk Aluna, mengisa...