A/N : Versi PDF When We Kiss (full sampai ending) bisa kalian pesan di WA : +62 858‑6347‑4083. Selain itu, bisa dibeli juga di Google Play Books dan dukungan Karya Karsa @iamtillyd
***
Ponsel Saverio bergetar sepanjang malam ketika pria itu terlelap. Keesokan paginya, Savir menyadari bahwa Ibu dan Ayahnya menelepon berulang kali. Bahkan kedua adiknya—Orazio dan Matteo—mereka mengirimkan banyak pesan.
Orazio : Beritahu aku bahwa kau sedang bercanda dan berita itu bohong Savir.
Matteo : Apa kau yakin tentang ini? Aku baru saja ingin melamar Annie jika seandainya kekasihku tidak mau menikah.
Matteo : Kau tahu Kak, anakku bahkan sudah sangat menyukai Annie.[PESAN TERBARU]
Orazio : Angkat telepon, Ibu dan Ayah ingin berbicara.
Orazio : Kau seharusnya berbicara pada mereka terlebih dahulu.
Matteo : Demi Tuhan, kenapa Annie menikah dengan pria kutub sepertimu? Kau bahkan tidak tahu caranya tersenyum sama sekali.Saverio tahu bahwa pernikahannya dengan Antonieta yang mendadak akan menjadi bahan perbincangan, bukan hanya di media Inggris, tapi juga ke media dunia termasuk Italia. Mengingat Ayahnya adalah Romero Moretti—seorang taipan yang cukup terkenal di Italia.
"Akhirnya kau menelepon juga," bisik Ibunya, Megan Moretti, terdengar lega di seberang sana.
"Mama," sapa Saverio. "Bagaimana kabarmu?"
"Bagaimana menurutmu Saverio Moretti?" balas Ibunya sarkastik.
"Kau nyaris membuatku terkena serangan jantung karena kau bertindak tanpa memberitahu kami terlebih dahulu, apalagi hal ini menyebar dengan cepat ke media."
"Maafkan aku, Mama," bisik Savir. "Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu—"
"Kau menyadari kesalahanmu?" Megan Moretti mendengus sebelum melanjutkan ucapannya, "Kadang-kadang ... meskipun aku adalah wanita yang melahirkanmu, aku tidak bisa membacamu semudah itu. Aku tidak mengerti kenapa kau mengambil alih proyek hotel lama di London—Ayahmu bilang kau bersikeras mengakuisisi saham The Ritz Hotel. Rupanya ... kau ingin menikahi Antonieta, benar?"
"Kau mengejarnya tanpa memberitahu Mama?"
Savir tertegun mendengar ucapan Ibunya. Ia berdeham pelan sebelum berkata, "tidak. Saham itu adalah milikku, aku hanya mengambil hakku di sana dan karena potensial, maka aku mengembangkannya kembali. Hal ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya—"
"Tapi kau menikahinya, bagian mana lagi yang harus kausembunyikan?"
"Aku akan menjelaskan semuanya padamu Ma," jawab Savir tenang.
"...Jadi ucapan Ally tidak salah sama sekali? Ya Tuhan ... berapa lama hubungan kalian? Kau dan Annie sudah kembali bersama sejak lama? Savir, aku kecewa karena kau tidak berbicara terlebih dahulu. Bagaimana mungkin aku tidak menjadi wali dan saksi untuk pernikahanmu. Aku Ibumu—"
"Mama, ini tidak seperti yang kaupikirkan," desah Savir jengah. "Aku tidak menikahinya karena—"
"Menyedihkan sekali minggu kemarin kau membiarkan Ally pulang dengan pengasuh, kenapa Pamannya tidak mau berbesar hati meluangkan waktu untuk mengantarkannya ke Milan sehari saja..."
"...rupanya dia sedang menyiapkan pernikahan tanpa memberitahu kedua orangtuanya sama sekali," sindir Ibunya membuat Savir menghela napas.
"Mama, aku benar-benar sibuk saat itu—"
"Jadi kau sudah menyerah dengan kenyataan sekarang? Ayolah, Savir, wanita seperti Antonieta memang sulit untuk ditolak—"
Suara Ibunya di seberang sana yang semula marah mendadak berubah ceria, "Tapi terlepas dari betapa marahnya aku hari ini—aku sangat senang. Jadi kapan kau akan membawa Annie kemari? Apakah kita perlu membuat resepsi yang mewah di sini? Bagaimana kalau kita membuat pesta yang meriah dengan mengundang para kolega?"
"Apa kau menginginkan hadiah pulau untuk bulan madu? Ayahmu akan memberimu hadiah jika kau menginginkannya—"
"Tidak, Ma. Pernikahan kami sama sekali—"
"Ya ampun! Kau tahu meskipun aku kecewa aku senang sekali sekarang. Akhirnya! Please, cepatlah berbulan madu dan bawakan aku cucu!" pekik Ibunya di seberang sana.
Seharusnya Savir berbicara dengan Ibunya sejak awal, pikirnya dalam hati.
Tiba-tiba suara benda yang terjatuh diselingi dengan teriakkan nyaring terdengar dari luar kamar. Saverio seketika mematikan sambungan telepon dan refleks berderap melangkah ke luar.
Di dapur bersih, wanita berambut pirang dengan mata biru itu—yang tak lain adalah istrinya sekarang—terlihat berusaha memasukkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. Untuk beberapa saat, Saverio tertegun melihat Antonieta yang berdiri.
Wanita itu mengenakan pakaian tidur setengah lutut dengan tali sphagetti yang tersampir di pundak, dan tampak berbeda karena tidak mengenakan make up.
"Hai, selamat pagi suamiku," sapa Annie dengan senyuman manis di bibir. "Apa aku membangunkanmu?"
Savir mengalihkan pandangan dengan cepat ketika Annie memperbaiki tali yang terjatuh dari pundaknya.
Wanita itu tidak menarik sama sekali, Savir, pikir Savir dalam hati.
"Apa yang kaulakukan?" desis Savir kesal.
"Maaf, aku merusak gelasmu—letaknya terlalu tinggi. Aku akan menggantinya. Kirimkan saja merknya pada Lani."
"Ayo duduk, kita sarapan bersama, aku sudah membuatkanmu sphagetti—"
Ketika Savir mendekati kulkas dan mengabaikan ucapan Annie untuk mengambil segelas air putih, Annie berteriak nyaring.
"Savir! Api! Savir!" teriak wanita itu panik.
Kobaran api terlihat menyambar dari teflon, membakar habis seisi benda itu dan Savir dengan sigap menggunakan fire extinguisher dan berhasil memadamkannya.
"Maaf, sphagettinya gosong," cicit Annie masih berlindung di belakang tubuh Savir, tanpa wanita itu sadari keseluruhan tubuhnya menempel pada punggung Savir termasuk bagian paling intim dari wanita itu.
"Bagaimana jika aku buatkan sandwich? Kau bisa duduk terlebih dahulu dan minum kopi—"
"Apa yang kaulakukan?" desis Savir seraya menahan napas dan memejamkan mata—berusaha untuk tidak terkecoh dengan tubuh wanita itu.
"A-apa? Hm... a-aku berusaha untuk membuatkanmu sarapan—"
"Jauhkan tanganmu dari tubuhku," ujar Savir dingin. "Apa kau berniat membunuhku dengan membakar habis rumah ini?"
Apa kau berniat membakarku dengan tubuhmu Antonieta? Payudara wanita itu—sial.
"Maafkan aku, Savir. Aku pikir apinya cukup kecil—"
Antonieta tergagap seraya kembali memperbaiki tali di pundaknya yang kembali terjatuh. Kenapa hanya dengan melihat bayangan bra hitam itu Savir menerka-nerka bahwa ukurannya sangat pas dalam genggamannya?
Wanita itu benar-benar membuatnya kesal dan menguji kesabarannya.
"Apa kau berniat menggoda koki di sini?" bisik Savir kesal.
"Menggoda koki?" Annie mencicit. "Aku tidak mengerti, apa maksudmu—aku ingin memasak sendiri, bukan menggoda koki. Kupikir sphagetti adalah makanan favoritmu—"
"Aku tidak peduli dengan apapun yang akan kaulakukan. Tapi jangan pernah sekali-kali berpikir untuk menguji kesabaranku, Antonieta. Apa kau sudah lupa dengan posisimu?"
"Jangan bersikap murahan di rumah ini. Kenakan pakaian yang layak."
"Ka-kau tidak suka?"
Apa wanita itu bilang?
"Kaupikir menunjukkan bra hitammu—"
"Sphagetti Savir, kau tidak suka?"
Sialan wanita itu.
"Apapun yang kausentuh, aku tidak menyukainya," ujar Savir ketus. "Termasuk masakanmu."
Damn it, berapa kali wanita itu harus memperbaiki tali di sana?
"Kopinya Savir—"
"Buang saja. Aku tidak peduli."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Kiss
Romance[AFTER LIE WITH ME] Antonieta Damiano adalah seorang diva yang cantik, cerdas, dan memiliki suara merdu yang membuatnya digandrungi para pria. Namun hanya satu yang menarik perhatian Antonieta, si tampan yang dingin bernama Saverio Moretti, pria yan...