Bab XXIX

585 17 0
                                        

Setelah kegiatan tadi akhirnya mereka duduk sambil menikmati teh dan pemandangan taman yang begitu indah dari luar jendela. Berbagai bunga melambai-lambai di luar sana dengan sepoian angin. Kakek george bahkan sudah menganti pakaian karena pakaian yang ia kenakan tadi telah kotor. Sambil meminum kopi amera perhatikan sekeliling nya, ternyata banyak yang berubah pada kediaman kakek george. Saat ia berkunjung pertama kali ke kediaman kakek george ia tak melihat vas serta pajangan foto sang kakek yang terpapang besar di dinding. Namun kini semua telah banyak berubah.

"Aku senang kau berkunjung kemari amera, lain kali mari kita berkebun bersama lagi," ucap kakek george dengan senyuman yang merekah lebar.

"Tentu kek, lain kali aku akan mengunjungi mu."

Kakek george menyesap kopi nya kemudian menaruh nya kembali ke atas meja. "Oh iya, bagaimana dengan pekerjaan mu cesar?" Kini kakek george yang bertanya pada cesar.

"Semua nya berjalan dengan lancar, tuan vincent juga setuju dengan proyek tersebut. Dia sepertinya tertarik dengan proyek ini."

"Itu bagus, namun ada beberapa hal yang ingin ku bicarakan dengan mu berdua nanti."

"Baiklah," ucap cesar mengangguk paham.

Mereka pun kembali berbincang-bincang, mengenai pekerjaan atau pun beberapa hal yang menurut amera tidak terlalu penting. Namun ia senang, mungkin karena kakek george. Beliau memang selalu hangat kepada siapapun dan itu mengingatkan amera dengan mendiang kakek nya dulu. Sudah sekitar 10 tahun mendiang kakek nya meninggal namun bagi nya kenangan akan sang kakek selalu hidup bersama nya. Hanya jiwa dan raga nya saja yang mati namun tidak dengan kenangan nya.

_______


Kini tinggalah cesar dan sang kakek yang berjalan jalan di taman berdua, kakek memang ingin berbicara dengan cesar berdua namun mengenai apa, cesar tidak bisa menebak nya. Sedangkan amera, wanita itu di ajak mengelilingi kediaman tersebut yang tentunya di dampingin oleh pelayan kakek george. Masih terus cesar ikuti langkah kakeknya di belakang.

"Apa kau benar-benar mengalami amnesia?" Tanya kakek george. Kebetulan sekali beliau tahu tentang masalah tersebut dari ayah nya cesar saat beliau masih berada di australia.

"Benar kakek."

"Lalu bagaimana hubungan mu dengan amera sekarang?" Tanya sang kakek masih melanjutkan langkahnya. Suara tongkat sang kakek begitu berbunyi serentak dengan langkahnya.

"Hubungan kami baik-baik saja," jawab cesar.

"Tentang perceraian nya,apa amera masih berniat untuk berpisah?" Pertanyaan sang kakek membuat cesar bingung, bagaimana kakek nya tahu mengenai permasalahan tersebut.

"Mungkin kau tak ingat dengan hal tersebut, namun harus ku beritahu pada mu bahwa kesalahan mu itu bisa saja menghancurkan segalanya. Walaupun kau bersikeras untuk membuat gadis itu menjadi menantu keluarga ini, tapi aku tak akan membiarkan hal tersebut terjadi begitu saja. Jadi segera perbaiki hubungan mu dengan amera, aku tak ingin ada lagi kata perpisahan dalam hubungan kalian."

Cesar terdiam sesaat kemudian barulah ia menjawab perkataan sang kakek dengan sopan. "Baiklah kakek, aku pasti akan memperbaikinya," jawab cesar mengangguk.

"Jadi bagaimana dengan cassie, apa kau masih bersama dengan nya," tanya kakek george menghentikan langkah nya kemudian berbalik menatap cesar. Namun pria itu menggeleng dengan kepala yang sedikit merunduk.

"Aku sudah tidak lagi bersama dengan nya,kek. Aku kini sadar bahwa aku sudah melakukan kesalahan. Jadi sudah ku putuskan untuk memperbaiki segalanya walaupun sebenarnya amera masih berniat untuk bercerai."

Raut wajah cesar tampak begitu kecewa ketika teringat bahwa amera masih berniat untuk berpisah. Padahal setelah apa yang terjadi ia sudah meminta maaf kepada amera, namun mungkin saja kesalahan nya itu sama sekali tidak bisa di maafkan oleh wanita itu. Seperti kata orang, perselingkuhan tidak bisa di maafkan. Mungkin begitu lah hubungan cesar dan amera.

"Kau harus menyakin kan nya, dan jangan coba lagi untuk mengulangi kesalahan yang sama. Kau harus nya tahu bahwa di dunia ini kau tidak bisa mengambil dua pilihan. Kita tidak boleh bersikap serakah."

Cesar paham betul apa yang saat ini kakek george katakan. Mungkin memang benar bahwa di dunia ini kita hanya bisa mengambil satu pilihan saja. Jika kita bersikap serakah maka kita tak akan mendapatkan apapun setelah nya.

"Aku mengerti kakek," jawab cesar mengangguk.

_______

"Kau yakin tidak ingin menginap disini saja?" Tanya kakek george kala ia mengantar amera dan juga cesar ke pintu depan kediaman nya. Waktu memang semakin cepat, maka dari itu keduanya memutuskan pulang karena besok cesar harus pergi menemui tuan vincent untuk membicarakan proyek nya lebih lanjut.

"Maafkan kami kakek, lain kali saja kami menginap nya," jawab amera memegang kedua tangan kakek george dengan hangat. Entah mengapa berat sekali untuk meninggalkan kakek george. Mungkin benar, amera memang sudah menganggap kakek george seperti kakek nya sendiri.

"Baiklah tidak masalah, tapi lain kali kalian bisa datang dengan membawa cicit ku. Aku ingin sekali mendengar kabar baik dari kalian." Senyum kakek george merekah lebar, ia memang berharap bahwa ia masih bisa melihat anak cesar dan amera di usia sekarang. Sedangkan amera tampak tersipu malu hingga matanya membulat lebar.

"Kakek ini bicara apa. Kami ini masih muda, jadi kami tidak ingin terburu-buru," sahut cesar yang entah sejak kapan tiba di belakang amera. Padahal katanya tadi ia mau melihat kuda di kandang belakang.

"Muda apa nya, kau itu sudah tua. Usia mu bahkan sudah berkepala tiga, sudah seharusnya kau memiliki anak. Kau lihat kakak mu, bryan. Di umur nya yang ke 29 dia bahkan sudah memiliki anak. Sedangkan kalian." Kakek menghela napas berat. Bukan maksud beliau untuk memarahi keduanya, namun beliau berharap bahwa keduanya tidak terlalu bersantai-santai. Memiliki anak memang sudah seharusnya mereka putuskan, apalagi jika mengingat umur amera yang tak lama lagi berkepala tiga. Itu pastinya akan mengambil resiko berat bagi amera jika mereka masih terus bersikap santai.

"Tapi baiklah, aku pun tidak akan memaksa kalian. Tapi aku ingatkan saja bahwa kalian tak bisa terus menerus bersikap terlalu santai sedangkan usia amera terus berjalan. Kita tentunya tidak bisa mengambil resiko bagi amera. Dan memiliki anak sebetulnya tidak lah terlalu buruk, dengan nya hubungan kita bisa lebih dekat. Tapi itu terserah bagi kalian berdua, putuskan yang mana yang baik bagi kalian. Komunikasi kunci utama nya."

Setelah mendengar perkataan kakek george amera merenungkan hal tersebut selama perjalanan pulang. Bukan dirinya tak mau memiliki anak, tapi tentu saja peran ibu itu adalah hal yang besar. Wanita bisa menjadi ibu tapi semua wanita belum tentu bisa menjadi ibu yang baik. Ia bahkan belum yakin pada dirinya sendiri untuk menjadi peran ibu yang baik. Berbeda dengan cesar, pria itu tampak sudah siap dengan hal tersebut. Bukan nya mengapa namun di usia cesar yang sekarang, bisa di katakan bahwa ia sudah sudah benar-benar siap.

his farewell attempt (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang