"jeng jeng jeng! Kejutan!"nada senang itu membuat Arjuna mengumpat dengan suara kecil. Melihat Septian yang mencengkram dagu Joshua begitu kuat, serta lebam pada pipi Joshua.
Panggilan video itu memuat wajah Joshua yang kesakitan dari jarak yang begitu dekat. Hingga sedikit terlihat buram.
"Bangsat! Di mana Lo, sat?!"Arjuna berteriak keras. Tak memperdulikan orang-orang di sekitar.
"Arjuna. Jangan gegabah,"kata Hava mencoba membuat Arjuna bersikap lebih tenang.
Tawa yang terdengar mengejek terdengar dari seberang sana."tebak sendiri, kalau bisa."
"Ah, mari ke topik yang sebenarnya. Kalian, mau Joshua kesayangan kalian ini selamat, kan? Kalau begitu, hapus semua bukti-bukti kalian tentang saya."suara Septian mulai mendingin. Lalu wajah kesakitan Joshua kembali menghiasi begitu kuku Septian menancap pada pipi Joshua.
"Jangan dengerin dia! Pokoknya kalian jangan hapus bukti-bukti itu!"Joshua mulai berbicara. Namun Septian mulai menutup mulut Joshua dengan tangannya sekencang yang dia bisa.
Hava menatap itu dengan khawatir. Lalu pandangannya menangkap sesuatu di sana. Ruangan itu sepertinya berada di lantai atas. Terlihat mewah dan besar.
Dan jika dilihat lebih jeli, terlihatlah papan nama di depan meja Septian yang sedikit terlihat. Sudah jelas ini adalah kantor pusat milik Septian yang berada di tengah kota ini.
Segera ia tepuk pundak Arjuna. Membuat si pemuda menoleh.
"Kayaknya aku tau di mana itu,"bisiknya agar tak terdengar oleh Septian.
Mereka berempat mulai saling tatap. Walaupun Radit masih sedikit memproses apa yang mereka bicarakan.
Teriakan septian tiba-tiba terdengar. Terlihat pria itu melepaskan tangannya dari mulut Joshua. Sepertinya pemuda itu telah menggigit tangan Septian. Lalu panggilan video pun berakhir.
"Saya akan menyiapkan polisi. Kalian bisa masuk ke dalam mobil saya yang warna hitam di luar. Ini kuncinya."Dipta memberikan kunci itu pada Hava, lalu berlari dengan tergesa.
Ketiga laki-laki itu pun mulai mengikuti perintah. Keluar dari bangunan itu menuju mobil milik Dipta.
***
"Sialan!"Septian menendang kursi Joshua. Membuatnya terjatuh dengan kepala yang membentur lantai.
Pria itu menatap pada tangannya yang terasa sakit. Dadanya kembang kempis karena amarah. Dia, tak pernah merasakan sakit seperti ini semenjak berumur tujuh tahun. Septian telah menjaga dirinya sendiri dari rasa sakit dari umur tujuh tahun.
Dan kini ia kembali merasakannya hanya karena gigitan manusia sial seperi Joshua.
Ia menatap tajam pada Joshua yang masih mencoba melepaskan diri.
Perlahan Septian menatap mata dan menarik napas menenangkan diri.
Saat kembali membuka mata, ia kemudian menghampiri Joshua dan kembali mengangkat kursinya.
"Apa gigimu mau ku copot satu-satu? Kenapa kamu jadi sangat kasar dengan saya?"dengan suara lembut pria itu berkata.
Membelai pipi yang tadinya ia tampar sekuat tenaga. Namun Joshua menggerakkan kepalanya menjauh. Lalu tanpa di duga meludahi tangan Septian.
"kurang ajar,"desisnya sebelum kembali menampar kepala Joshua. Kemudian ia berdiri. Berjalan pergi untuk membersihkan tangannya dengan kepala panas karena emosi. Dan kerena emosi itu pula, ia melupakan orang-orang yang telah ia ancam tadi yang kini telah berada di lantai bawah gedung miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua in another universe(again)
Fantasiacover by pinterest not bl🙅🏻♀️ Season dua dari "just Joshua." Joshua merasakan kematian untuk kedua kalinya. Dia pikir, ini adalah yang terakhir. Namun, takdir memberikan jalan lain untuknya. Pemuda dengan lesung pipi itu terbangun di dalam raga J...