Bab 5

3.1K 11 0
                                    

hari ini adalah kepulangan aris dari rumah sakit. setelah menyelesaikan urusan administrasi lastri segera membereskan perlengkapan yang dibawa dari rumah. jam menunjukkan pukul setengah lima sore, namun belum ada tanda tanda kedatangan pak sastro. seperti janjinya kemarin pak sastro akan bersedia menjemput aris dan lastri dari rumah sakit. aris merasa berterima kasih sekali pada pak sastro atas kebaikannya apalagi dia merasa bertanggung jawab atas keadaan truk pak sastro yang dia bawa hingga seperti saat ini. belum lagi atas bantuan pinjaman uang untuk pengobatan dirinya sampai sembuh dia merasa beruntung punya bos seperti pak sastro.

namun tidak halnya dengan lastri, lastri merasa ada sesuatu dibalik kebalikan pak sastro apalagi melihat yang telah terjadi selama ini sudah dua kali pak sastro berhasil menyetubuhinya bahkan yang terakhir terjadi di ruangan tempat suaminya di rawat saat suaminya sedang di kamar mandi.

'sudah pak kita cari omprengan saja, mungkin pak sastro nya ndak bisa'

'sabar tho bu, ini pak sastro sms sudah sampai pasar kota'

'ya sudah'

lima belas menit kemudian pak sastro datang sendirian.

'gimana ris, sudah siap pulang'

'sudah pak sudah bosan di rumah sakit hahaha'

'ya sudah. sekarang kamu nunggu sini dulu. aku mau pinjam kursi roda dulu biar enak kesananya'

setelah beberapa saat pergi pak sastro kembali dengan seorang perawat dengan sebuah kursi roda. aris segera dipapah untuk duduk di kursi roda.

'sudah semuanya. ndak ada yang ketinggalan?' tanya pak sastro sambil mengangkat tas berisi pakaian.

satu persatu mereka keluar dari ruangan tempat aris selama 2 minggu terakhir dirawat. lorong lorong rumah sakit mereka lalui hingga akhirnya sampai di pintu utama rumah sakit. mereka berjalan menyeberangi area parkir. terlihat cr-v warna putih milik pak sastro sudah menunggu di bawah sebuah pohon angsana. mobil melaju menyusuri jalanan kota yang baru saja diguyur hujan. dalam perjalanan pulang pak sastro selalu memperhatikan lastri dari pantulan kaca. lastri tahu pak sastro memperhatikannya sepanjang perjalanan namun hanya mendiamkan dan memilih mengarahkan pandangannya ke luar jendela samping. perjalanan mulai memasuki jalanan berbukit dengan pepohonan lebat di pinggir jalan. perjalanan kurang lebih satu jam itu berakhir ketika mobil pak sastro memasuki halaman rumah lastri.

'wis tekan' kata pak sastro

mereka segera turun dari mobil. beberapa tetangga samping rumah juga mulai berdatangan untuk membantu. ada yang membukakan pintu, ada yang langsung membawakan tas, bahkan beberapa ada yang membawa plastik kresek yang entah apa isinya dan masuk ke dapur untuk menyiapkan suguhan untuk tamu yang mulai datang. aris dipapah oleh pak sastro dan pak heru, suami bu nining sedangkan lastri hanya mengikuti dari belakang sampai masuk ke dalam kamar.

'udah kamu istirahat' kata pak heru sesaat setelah aris direbahkan ke kasur.

'matur nuwun nggih pak sastro, pak heru, selama saya di rumah sakit sudah banyak ngerepotin bapak-bapak' sahut aris

'wis, rasah dipikir, sing penting kamu sehat cepet sembuh' timpal pak sastro

'betul itu ris, sudah sepantasnya sebagai tetangga kita harus tolong menolong'

sore itu banyak tetangga yang berdatangan untuk menjenguk. beberapa ada yang belum sempat menjenguk sewaktu di rumah sakit namun ada juga yang sudah ke rumah sakit namun datang menjenguk lagi ketika di rumah. mereka pun datang tidak dengan tangan kosong, ada yang membawa teh, kopi, gula, sembako, atau sekedar membawa amplop berisi uang. inilah yang membuat lastri bersyukur. meskipun baru saja terkena musibah namun banyak kerabat dan tetangga bahkan langganan tempe lastri yang cukup jauh rumahnya menyempatkan datang untuk memberikan bantuan secara materil dan moril untuk keluarga mereka.

saat sedang mengeluarkan barang barang dari dalam tas lastri berkata ' aduh pak, aku lupa buat nebus obat di apotik tadi'

'wah, gimana to bune? tadi kan pas perjalanan pulang seharusnya bisa mampir dulu ke apotik' jawaban aris

'ya wong namanya lupa gimana lagi, terus ini gimana pak ne'

'nanti nyuruh anis sama suaminya buat beli dulu ke apotik sebelum kesini'

'yaa, ndak bisa to pakne, wong harus pake resep dokter, trus anis sama suaminya juga baru datang besok'

'ya sudah belinya besok saja sekalian'

'lha trus pake ndak minum obat malam ini, jangan ah, sudah tak minta tolong bu nining buat nganter ke apotik'

lastri segera memanggil bu nining masuk ke dalam kamar

'begini lho bu, saya itu lupa beli obat, padahal obatnya bapak dari rumah sakit sudah ada yang habis'

'trus gimana mbakyu' jawab bu nining

'maaf sebelumnya mau ngerepotin bu nining, boleh gak saya diantar ke apotik sekarang?'

'wah, motornya baru dipake pakne, baru saja berangkat, lagian hujannya turun lagi ini lho'

'ada apa tho ini? ada apa?' tiba tiba suara pak sastro mengagetkan dari belakang

'ini lho pak, mbak lastri ini lupa belum nebus obat di apotik' jawab bu nining

'iya, toh nduk?'

'iya, pak obatnya sudah ada yang habis' jawab lastri dengan perasaan tidak enak setelah kedatangan pak sastro

'ya sudah, sekarang tak anter sekarang mumpung belum kemaleman'

'ndak usah pak, gak usah, matur nuwun' tolak lastri segera

'ndak papa yu, biar diantar pak sastro saja lagian hujannya sudah mulai tambah deres lho'

dengan terpaksa lastri menerima tawaran pak sastro, memang obat untuk suaminya harus dibeli sekarang. namun karena tawaran mengantar itu justru datang dari pak sastro lastri menjadi merasa tidak enak, bukannya tidak enak karena sudah terlalu merepotkan, tapi tidak enak karena ada sesuatu dibalik tawaran dari pak sastro itu.

'pakne, aku mau ke apotik dulu dianter sama pak sastro'

'iya, bune, ati ati, matur nuwun nggih pak sudah ngrepotin lagi'

'ndak usah dipikir, sudah kamu istirahat saja' jawab pak sastro

segera lastri berangkat ke apotek dengan mobil pak sastro setelah sebelumnya berpamitan kepada beberapa tetangga yang masih ada dirumahnya. langit di luar sudah gelap hujan juga semakin lebat. jam di tangan pak sastro menunjukkan pukul setengah tujuh malam. mereka segera masuk ke dalam mobil yang sejak tadi terparkir rapi di halaman rumah lastri. mesin mobil segera dihidupkan dan pak sastro memasukkan transmisi otomatis mobil itu. mobil berputar di halaman rumah sebelum akhirnya keluar menyusuri jalanan desa.

belum juga keluar dari kawasan desa tangan kiri pak sastro sudah mulai nakal meraba paha lastri

'jangan pak jangan' lastri terpojok

'sudah diam saja bentak pak sastro

sambil nyetir, tangan kiri pak sastro meraih tangan kanan lastri dan menuntunnya ke arah selangkangannya.

'dielus elus nduk'

dengan perlahan pak sastro membimbing lastri mengelus elus gundukan yang masih terbungkus celana khaki itu.

'kamu suka kan sama kontolku ini' kata pak sastro menggoda 'tempik mu pasti gatel kan sudah berhari hari tidak di sodok kontolku'

lastri hanya diam saja, namun tangannya masih mengelus elus penis pak sastro.

'sekarang dibuka nduk celana ku'

dengan terpaksa lastri menurunkan resleting celana pak sastro dan tanpa disuruh langsung membebaskan penis pak sastro

'wah sudah mulai pinter kamu nduk, ayo cepet ndang diemut'

Tua-Tua BerbisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang