2. Hari Pertama, Perasaan Pertama

12 0 0
                                    

𝙃𝙞𝙞 𝙎𝙬𝙚𝙚𝙩𝙝𝙚𝙖𝙧𝙩🙌🏻 𓍢ִ໋🧸🌷͙֒♡
Aderra's Here🕊️
Hppy Reading n Hppy great day🫶🏻
°❀⋆🕊️.ೃ࿔*:・
______________________

Pagar biru besar menjulang dihadapan Rhea, saat ini Rhea dan Ayahnya telah sampai disekolah barunya.  Salah satu SMP Negeri di Kota itu. Sedangkan Rayyan telah diantar lebih dulu oleh mereka ke sekolah barunya yang juga Sekolah Dasar Negeri di sana.

Sebenarnya sangat disayangkan karena Rhea hanya akan bersekolah disini di tahun terakhirnya berada di Sekolah Menengah Pertama. Tapi mau tidak mau Rhea harus mengikuti orang tuanya yang pindah kerja dan beberapa alasan lainnya. Rhea dengan ikhas menerimanya.

Gadis itu mengekori ayahnya yang berjalan lebih dulu menuju kantor administrasi, suasana sekolah itu masih ramai, terlihat anak-anak berseragam putih biru yang berserakan di lapangan menandakan upacara baru saja selesai. Masing-masing dari mereka menuju ke kelas, toilet, bahkan ada beberapa yang langsung menuju ke kantin.

Mata Rhea melihat keramaian itu dengan senyuman di wajahnya, matanya menyisir sekitar. Mereka melewati beberapa ruangan yang berada di koridor yang sama. Rhea memperhatikan bangunan-bangunan itu satu-persatu.

"Selamat Pagi Pak Deni." Sapa seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam PNS dengan rapi. Bapak itu mengulas senyum diwajahnya.

"Selamat Pagi, Pak Bejo" Balas Deni dengan tangan kiri diletakkan di dadanya tanda hormat.

Ayah Rhea mendelikkan mata ke arah anak gadisnya itu, memberi kode padanya agar segera menyalami Pak Bejo - Wakil Kesiswaan sekolah tersebut. Mengerti kode ayahnya, Rhea langsung menyalami Pak Bejo dan memberikan senyum manisnya.

Pak Bejo mempersilahkan mereka masuk kedalam ruangan, berbicang singkat menjelaskan tata tertib dan seragam sekolah, serta memberitahukan letak kelas yang akan ditempati oleh Rhea. Gadis itu menyimak dengan seksama, tak ada satu penjelasan pun terlewatkan olehnya.

"Rhea, Ayah tinggal yaa, sekolah yang bener." Titah ayahnya seraya membelai puncak kepala Rhea.

"Siap, Yah." Rhea berlagak memberi hormat. "Anak pintar ayah ini akan jadi kebanggaan dan punya banyak teman. Ayah tenang aja." Deni tertawa kecil dan mencubit pipi Rhea, gemas.

Pak Bejo tersenyum melihat keduanya, "Mari Rhea, Bapak antar."

"Dadaah, Ayaahh! semangat kerjaa!!!" Teriak kecil Rhea seraya melambaikan tangannya hingga punggung ringkih itu menghilang di belokan koridor.

Gadis berusia 15 tahun itu berjalan beriringan dengan Pak Bejo, ponytail nya menari seirama dengan langkah kakinya. Senyumnya tak luntur, sesekali ia membagi senyum itu pada orang-orang yang berpapasan dengannya, ntah itu guru atau anak-anak sebayanya yang kebetulan lewat dan membuat mereka tersenyum kikuk tanda kebingungan.

Saat ini pekarangan sekolah sudah berangsur sepi, karena sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai. Rhea tiba di kelas yang bertulisan IX.3 di atas pintunya. Kelas yang semula ramai itu mendadak diam serentak melihat kedatangan mereka.

"Selamat pagi Bu Dal?" Sapa ramah diberikan Pak Bejo pada seorang wanita muda berparas cantik yang sedang meletakkan barang-barangnya di meja guru.

"Pak Bejo, selamat pagi juga. Eeh ini anak baru itu yaa? Kemari, sayang." Jawab Bu Dal, beliau adalah wali kelas sekaligus guru matematika yang mengajar di kelas itu, kelas yang akan ditempati oleh Rhea. Bu Dal masih sangat muda, usianya sekitar 26 tahun. Rhea agak takjub melihatnya. Cantik.

Rhea menyalami Ibu Dal seraya memberikan senyum simpulnya. Jujur saja ia sangat kikuk saat ini. Suasana awkward itu menyelimutinya, tatapan-tatapan dan bisikan-bisikan tertuju pada Rhea, namun gadis itu berusaha untuk tetap tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RHEA - The Weight of StayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang