𝙃𝙤𝙡𝙡𝙖𝙖 𝘿𝙖𝙧𝙡𝙞𝙣𝙜 🙌🏻 𓍢ִ໋🧸🌷͙֒♡
Momma Derra's Here🕊️😚
Shick Shack Shock
Py Reading🫶🏻°❀⋆🕊️.ೃ࿔*:・
_____________________Malam itu, Deni pulang lebih awal dari biasanya. Ketika ia masuk rumah, Rhea sedang membaca di ruang tamu, tinggal beberapa hari lagi ujian subsumatif diadakan. Gadis itu terlihat lebih serius dalam belajar, sedangkan Rayyan sibuk bermain game di pojok ruangan.
Pandangan Rhea teralihkan kearah pintu yang berderit itu, melihat ayahnya dengan senyum lebar yang mendekati mereka sambil membawa beberapa kantong belanjaan.
"Gimana kalau kita masak bareng malam ini? Kali ini, kita bikin yang spesial. Manggang ikan di luar!" katanya penuh semangat.
Rayyan langsung melompat dari kursinya, "Asiiik, bakar-bakar nih!" sementara Rhea hanya tersenyum kecil walaupun dalam hatinya sangat antusias.
"Ayah nggak lembur lagi malem ini?" Tanyanya kemudian. Jujur saja beberapa hari ini Deni yang selalu pulang larut malam membuat Rhea sangat sebal, meski ia juga kasihan melihat ayahnya harus pontang-panting sendirian demi menghidupi mereka berdua.
"Nggak dong, malem ini khusus buat kalian." Deni melempar senyum hangat. "Sorry yaa, kemarin itu ayah nggak sempet nyicipin sop buatan kamu, Rhe." Ujarnya penuh rasa bersalah.
Rhea tersenyum mendengar penuturan Deni, ketulusan tersorot dari manik pekat milik ayahnya itu. Sebelum Rayyan tiba-tiba merusak moodnya.
"Nggak apa-apa yah, syukur ayah nggak nyicip. Lidah Ray nyaris rusak karena makan sop larutan garamnya kak Rhe."
"RAAY!" Rhea berteriak dan memelototkan matanya. Sedangkan Rayyan hanya nyengir tak berdosa.
Deni tertawa mendengar ucapan Rayyan, "Beneran Rhe?"
"Ayaaah, jangan mulai deh." Balas Rhea memelas, wajahnya tertekuk menahan kesal.
"Oke-oke, sorry yaaa. Ayah beneran minta maaf nih."
"Nggak apa-apa ayah." Rhea menggeleng pelan, memberikan senyum menenangkan pada ayahnya itu. "sekarang. Yuk bayar kesalahan ayah dengan manggang ikan bareng!!" Gadis itu langsung mengambil alih kantong belanjaan yang dijinjing ayahnya, lalu membawanya ke dapur, disusul oleh Rayyan dan ayah.
Mereka mulai membersihkan ikan bersama. Rayyan mencoba membantu tapi malah membuat dapur berantakan, Rhea gemas sendiri melihatnya.
"Ray, itu bumbunya buat ikan, bukan buat wajah lo!" ledek Rhea saat melihat pipi adiknya tercoret bumbu ikan bakar.
Deni hanya tertawa, "Biarin aja, Rhe. Sekalian maskeran itu." Celetuknya.
Deni mengajarkan mereka cara membumbui ikan dengan benar, sambil mengingat-ingat resep yang dulu selalu digunakan oleh Leni-mamanya Rhea.
"Mama dulu selalu nambahin jeruk gini, biar seger katanya." Ucapnya sambil memeras jeruk nipis di atas ikan. Wajah Deni masih ceria, walau Rhea dan Rayyan dapat melihat kerinduan tercetak jelas di sana.
Hening beberapa saat.
"Ehemm," Rhea berdehem, berusaha menetralkan suasana yang tiba-tiba berubah awkward.
"Nih yah, tambahin lagi kecapnya." Timpal Ray seraya menyodorkan botol kecap ke ayahnya. Sepertinya anak laki-laki itu memang peka terhadap keadaan.
Malam semakin gelap, mereka pindah ke halaman rumah. Rhea dan Rayyan membawa piring, sendok, nasi, serta ikan yang sudah di bumbui untuk dibawa keluar. Ayah menyiapkan api dan panggangan, sementara Rhea dan Rayyan membantu menyiapkan alas duduk dan lilin untuk dekorasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA - The Weight of Staying
Teen FictionKamu tau lagu Taruh - Nadin Amizah? Lagu itulah yang menggambarkan Rhea. Saat keutuhan keluarganya hilang, dunia Adity Rhea Ledy yang tenang berubah menjadi medan pertempuran emosional. Sebagai seorang kakak, ia harus bertahan untuk adiknya, Rayyan...