6. Nada di Tengah Hening

32 2 1
                                    

𝙃𝙤𝙡𝙡𝙖𝙖 𝘿𝙖𝙧𝙡𝙞𝙣𝙜 🙌🏻 𓍢ִ໋🧸🌷͙֒♡
Aderra's Here!🕊️
Hppy Reading n Hppy great day🫶🏻
°❀⋆🕊️.ೃ࿔*:・
_____________________

Rumah harusnya jadi tempat pulang untuk melepas segala penat dari segala macam kejahatan yang ada di dunia. Tapi sekarang, kembali ke rumah malah terasa semakin melelahkan.
Keheningan yang menyesakkan itu tak akan pernah berakhir, suasananya begitu sepi dan nelangsa. Kilau yang sempat menyinari rumah itu sayup dan dan redup, baru beberapa waktu lalu terpatri secerca asa agar kilaunya kembali bersinar, tapi nyatanya? Semuanya terasa sunyi dan gelap sekarang. Rumah macam apa ini? Sepertinya bukan tempat untuk pulang, bukan lagi tempat ternyaman yang dulu sempat mereka rasakan.

Anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu dipaksa menghadapi dunia tanpa keutuhan keluarga dan tanpa lengkapnya kasih sayang. Ia masih terlalu kecil untuk menghadapi semua ini. Lagi pula tidak akan pernah ada anak yang siap untuk kehilangan keharmonisan keluarga, bukan?

Nafasnya menghela berat, seperti biasa Rayyan sampai rumah duluan, sedangkan Rhea akan tiba di rumah selesai adzan dzuhur berkumandang. Rayyan pulang sekolah dijemput ayah, setelah mengantarnya ke rumah, ayahnya kembali bekerja. Hari ini terasa begitu melelahan, anak laki-laki itu melangkahkan kaki menuju rumah sambil menenteng plastik kresek berisi lauk pauk yang tadi ia beli bersama Ayah.

Usai berganti pakaian, Rayyan naik ke bunk bed bagian atas dan merebahkan tubuh kecilnya disana. Anak itu menatap langit-langit kamar yang berjarak hanya semeter darinya.

"Mama, Ray rindu."

Ting!

Sebuah notifikasi berbunyi dari ponsel Ray, ia meraih benda pipih itu, kemudian memeriksanya.

Sebuah notifikasi berbunyi dari ponsel Ray, ia meraih benda pipih itu, kemudian memeriksanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°❀⋆🕊️.ೃ࿔*:・

Usai mengirimkan pesan pada Ray, Rhea memasukkan ponselnya ke dalam tas. Gadis itu berjalan menyusuri koridor, Bu Meisi meminta Rhea langsung mengantarkan formulir pendaftaran ekskul jika ia sudah selesai mengisinya. Saat ini Rhea berjalan menuju ruang guru untuk menemui Bu Meisi sambil memegang secarik kertas itu.

Kebetuan hari ini jadwal ekskul padus untuk latihan, Rhea bisa langsung ikut hari ini. Sekalian saja pikirnya, karena sore nanti dia juga akan bertemu Elio untuk cover lagu seperti katanya tadi pagi.

Di ujung jalan sana, mata Rhea menangkap sosok yang baru saja ia pikirkan sedang berdiri di koridor kelas delapan. Mata Rhea memicing, memperhatikan apa yang sedang cowok itu lakukan. Ia terlihat sedang merogoh saku celananya, mengeluarkan permen batang dari sana dan diberikannya pada gadis yang sedang menangis di kursi depan kelas. Alis Rhea bertaut, sesaat kemudian cowok itu menyadari kehadiran Rhea di seberang sana yang sedang memperhatikannya. Elio melambaikan tangan, cowok itu menepuk puncak kepala gadis yang tadi ia beri permen dan kemudian berlari menuju Rhea.

RHEA - The Weight of StayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang