𝙃𝙞𝙞 𝙎𝙬𝙚𝙚𝙩𝙝𝙚𝙖𝙧𝙩🙌🏻 𓍢ִ໋🧸🌷͙֒♡
Kita berjumpa lagiiii
sori banget rabu kemarin kelupaan up
Hppy Reading n Hppy great day🫶🏻
°❀⋆🕊️.ೃ࿔*:・
_____________________Hari ini adalah hari terakhir ujian subsumatif. Setelah bergelut dengan soal-soal yang memusingkan kepala itu, Rhea memilih untuk duduk di sebuah taman kecil di dekat sekolahnya. Ia tidak langsung pulang ke rumah, gadis itu ingin menghirup udara segar dan melancarkan aliran darahnya. Hari sudah sore, langit mendung dan angin berhembus pelan.
Saat Rhea sedang menikmati similir angin sore itu, Elio datang dengan langkah santai, membawa dua botol minuman dan tiba-tiba duduk di sebelah gadis itu.
Rhea terperanjat, Elio menyerahkan salah satu botol berisi air mineral itu pada Rhea, mendelikkan mata dan alisnya, memberi isyarat pada Rhea untuk menerima botol itu.
"Capek, ya?"
Rhea tersenyum, "Lumayan sih."
Rhea hendak memutar tutup botol minuman itu, tapi Elio langsung mengambil alih. Dibukanya botol tersebut hingga menimbulkan suara kecil, namun cukup jelas di tengah keheningan sore itu. Elio menyerahkan botol yang sudah ia buka pada Rhea, tapi gadis itu hanya diam memandangi botol di tangannya sendiri.
"Kenapa diem aja? Haus, kan?" tanyanya ringan, dengan nada yang terasa seperti lelucon kecil.
Rhea mengangguk pelan, lalu memutar tutup botolnya sendiri sambil tersenyum tipis. "Iya, makasih ya."
Elio hanya mengangguk dan menampakkan lengkungan sabit di bibirnya dan meneguk air miliknya. Matanya memperhatikan langit yang mendung, seolah mengawasi kapan hujan akan turun. Angin membawa harum tanah basah yang samar, seperti memberikan sebuah pertanda.
Rhea mencuri pandang ke arah Elio, memperhatikan pahatan indah ciptaan Tuhan itu dari samping. Side profile Elio menawan sekali. Rhea merasa suasana sore itu begitu aneh, seperti ada sesuatu yang menggantung di udara. Ia meneguk perlahan air nya sambil terus memperhatikan Elio. Cowok itu terlihat santai, menatap langit yang mulai merona jingga.
"Lo selalu ada aja ya," ujar Rhea pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.
Elio menoleh, salah satu alisnya terangkat. "Maksudnya?"
Rhea tertawa kecil, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Nggak tau. Kayak... selalu tahu kapan harus muncul."
Satu sudut bibir Elio terangkat. "Muncul gimana?"
"Ya..." Rhea terdiam sejenak, memilih kata-kata dengan hati-hati. "Kayak sekarang, gitu. Gue lagi pengen sendiri, terus lo tiba-tiba dateng. Tapi anehnya gue malah nggak ngerasa terganggu."
Elio tertawa kecil, suaranya terdengar ringan. "Berarti gue berhasil jadi teman yang gak nyebelin, dong?"
Rhea ikut tertawa, perasaannya terasa semakin aneh.
"Kebetulan aja mungkin. Lagian, gue lagi jogging tadi, terus ngeliat lo ada di sini. Jadi gue beliin air sekalian buat lo."
"Iya sih," Rhea mengangguk pelan, ia kembali memperhatikan setelan yang dipakai Elio memang menjelaskan bahwa cowok itu baru saja selesai berolahraga. Gadis itu baru menyadari bahwa ia sudah cukup lama duduk disini.
Hati Rhea berdebar lebih cepat dari biasanya. Rasanya ada sesuatu yang harus ia katakan, tapi lidahnya kelu. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha mencari cara untuk memulai tanpa terdengar canggung.
Elio menoleh, memandang Rhea dengan alis sedikit terangkat. "Ada apa? Serius amat mukanya."
Setelah beberapa saat hening, Rhea akhirnya memberanikan diri berbicara. "El..." Ia berhenti sejenak, menatap botol minuman di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA - The Weight of Staying
Teen FictionKamu tau lagu Taruh - Nadin Amizah? Lagu itulah yang menggambarkan Rhea. Saat keutuhan keluarganya hilang, dunia Adity Rhea Ledy yang tenang berubah menjadi medan pertempuran emosional. Sebagai seorang kakak, ia harus bertahan untuk adiknya, Rayyan...